Pages

Showing posts with label Warehouse. Show all posts
Showing posts with label Warehouse. Show all posts

Thursday, September 11, 2025

SIPOC Analysis di Warehouse

SIPOC Analysis adalah salah satu metode pemetaan proses yang sederhana tetapi sangat efektif dalam membantu manajemen warehouse memahami keseluruhan alur kerja secara menyeluruh. 

Apa itu SIPOC?

SIPOC merupakan akronim dari Supplier, Input, Process, Output, dan Customer. Dalam konteks gudang, kelima elemen ini membentuk rantai yang saling terhubung dan menentukan keberhasilan operasional. 

SIPOC adalah diagram tingkat tinggi yang menggambarkan:

  1. Supplier (Pemasok): Pihak yang menyediakan input ke dalam proses.
  2. Input (Masukan): Sumber daya atau data yang dibutuhkan untuk menjalankan proses.
  3. Process (Proses): Rangkaian aktivitas inti yang terjadi di warehouse.
  4. Output (Keluaran): Produk atau hasil yang dihasilkan setelah proses selesai.
  5. Customer (Pelanggan): Pihak yang menerima output, baik internal maupun eksternal.

SIPOC membantu warehouse manager melihat keseluruhan rantai proses, bukan hanya potongan kecil aktivitas.

Supplier di sini dapat berupa vendor yang mengirimkan barang, perusahaan transportasi yang mengantarkan produk, maupun divisi internal seperti pembelian atau produksi. 

Dari supplier inilah warehouse menerima berbagai input, baik berupa barang fisik, dokumen pendukung seperti invoice atau surat jalan, hingga sumber daya non-fisik seperti sistem informasi (misalnya Warehouse Management System) dan tenaga kerja. Semua input ini menjadi bahan utama yang memicu berlangsungnya proses dalam gudang.

Proses di warehouse biasanya mencakup lima tahap utama, yaitu receiving atau penerimaan barang, put away atau penempatan barang ke lokasi penyimpanan yang sesuai, picking atau pengambilan barang sesuai permintaan pelanggan, packing atau pengemasan agar barang siap dikirim, serta shipping atau pengiriman barang kepada pihak penerima. Proses-proses ini tampak sederhana, namun dalam praktiknya melibatkan koordinasi yang kompleks antara manusia, mesin, sistem, dan data. Kualitas pelaksanaan setiap tahapan sangat menentukan output yang dihasilkan. 

Output dari warehouse bisa berupa stok barang yang tersimpan rapi sesuai kategori, pesanan pelanggan yang telah diproses dan dikemas dengan baik, laporan persediaan yang akurat dan real-time, hingga keberhasilan pengiriman barang tepat waktu dengan kondisi yang sesuai harapan.

Customer dalam SIPOC di warehouse bukan hanya pelanggan akhir yang menerima barang, melainkan juga pihak internal perusahaan. Divisi produksi, misalnya, membutuhkan pasokan material yang lancar dari gudang untuk menjaga kelancaran jalur perakitan. 

Distributor dan retail mengandalkan kecepatan serta ketepatan pengiriman dari warehouse agar stok di pasar tidak terganggu. Sementara manajemen perusahaan membutuhkan laporan stok dan pergerakan barang yang akurat untuk membuat keputusan strategis. Dengan demikian, warehouse memiliki peran penting sebagai simpul distribusi yang tidak hanya melayani pelanggan eksternal, tetapi juga menjaga keseimbangan operasional internal.

Manfaat penerapan SIPOC Analysis di warehouse sangat besar. 

Pertama, SIPOC membantu mengidentifikasi sumber masalah. Misalnya, ketika terjadi keterlambatan pengiriman, analisis SIPOC dapat menelusuri apakah hambatan muncul karena input dari supplier yang tidak lengkap, proses internal yang lambat, atau karena faktor output seperti kesalahan saat packing. 

Kedua, SIPOC memberikan peta visual sederhana yang membantu semua pihak, mulai dari manajemen hingga staf lapangan, untuk memahami bagaimana setiap elemen saling terhubung. Hal ini mendorong komunikasi yang lebih baik antar tim. 

Ketiga, SIPOC juga menjadi dasar dalam upaya continuous improvement. Dengan mengetahui titik lemah dalam rantai Supplier–Input–Process–Output–Customer, manajemen warehouse dapat mengambil langkah perbaikan yang lebih tepat sasaran.

Sebagai contoh nyata, sebuah warehouse e-commerce melakukan SIPOC Analysis setelah menerima banyak keluhan pelanggan mengenai keterlambatan pengiriman. Dari hasil analisis, ditemukan bahwa masalah tidak terletak pada tim pengiriman, melainkan pada input berupa dokumen order yang sering tidak lengkap dari supplier atau vendor. 

Akibatnya, proses picking dan packing menjadi tertunda karena tim gudang harus melakukan pengecekan ulang. Dengan temuan ini, perusahaan memperbaiki standar komunikasi dengan supplier dan menambahkan sistem verifikasi otomatis pada Warehouse Management System. Hasilnya, tingkat keterlambatan berkurang drastis dan kepuasan pelanggan meningkat.

Melalui contoh tersebut, terlihat jelas bahwa SIPOC bukan sekadar alat pemetaan proses, tetapi juga strategi manajerial yang membantu warehouse menjadi lebih efisien, transparan, dan responsif terhadap perubahan. Penerapan SIPOC memungkinkan perusahaan untuk melihat proses gudang dalam gambaran besar, sehingga tidak hanya terjebak pada detail teknis, tetapi juga mampu memahami keterkaitan antar elemen dalam rantai logistik. 

Dengan demikian, SIPOC Analysis di warehouse merupakan langkah penting menuju efisiensi operasional, peningkatan layanan pelanggan, dan keunggulan kompetitif dalam dunia logistik yang semakin dinamis.


Sumber :

https://warehousemanagement.id/implementasi-sipoc-analysis-di-warehouse-untuk-efisiensi-operasional/

Saturday, March 8, 2025

Perbandingan dan Perbedaan Antara ABC (Based on Part Value) dan FNSD (Based on Quantity and Consumption)

Dalam manajemen persediaan, klasifikasi material atau barang sangat penting untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan meningkatkan efisiensi operasional. Dua metode klasifikasi yang umum digunakan adalah ABC Analysis (berdasarkan nilai barang) dan FNSD Analysis (berdasarkan kuantitas dan konsumsi). Meskipun keduanya bertujuan untuk meningkatkan pengelolaan inventaris, metode ini memiliki pendekatan yang berbeda dalam pengelompokannya.


1. ABC Analysis (Activity-Based Classification Based on Part Value)

ABC Analysis adalah metode klasifikasi yang mengelompokkan barang berdasarkan nilai total penggunaannya dalam inventaris. Pendekatan ini mengikuti prinsip Pareto (80/20 Rule), yang menyatakan bahwa sekitar 20% item menyumbang 80% dari total nilai inventaris, sementara sisanya memiliki kontribusi yang lebih kecil terhadap nilai keseluruhan.

Klasifikasi dalam ABC Analysis:

  1. Kategori A (High-Value Items):

    • Merupakan barang dengan nilai tinggi tetapi jumlahnya sedikit.
    • Biasanya hanya mencakup 10-20% dari total jumlah barang, tetapi berkontribusi terhadap 70-80% dari total nilai inventaris.
    • Contoh: Komponen mahal dalam industri manufaktur seperti mesin, suku cadang elektronik, atau bahan baku khusus.
  2. Kategori B (Medium-Value Items):

    • Barang dengan nilai menengah yang memiliki jumlah sedang.
    • Sekitar 30% dari total barang, dengan kontribusi 15-20% terhadap total nilai inventaris.
    • Contoh: Alat produksi umum atau bahan habis pakai yang memiliki harga sedang.
  3. Kategori C (Low-Value Items):

    • Barang dengan nilai rendah, tetapi memiliki jumlah sangat banyak.
    • Bisa mencakup 50% dari total jumlah barang, tetapi hanya menyumbang 5-10% dari total nilai inventaris.
    • Contoh: Baut, mur, lem, alat tulis kantor, dan komponen kecil lainnya.

Kelebihan ABC Analysis:

✔ Memfokuskan kontrol pada barang bernilai tinggi untuk mengurangi biaya inventaris.
✔ Membantu dalam pengambilan keputusan pembelian dengan memprioritaskan item penting.
✔ Meningkatkan efisiensi manajemen gudang, karena pengelolaan barang bisa lebih tepat sasaran.

Kekurangan ABC Analysis:

✖ Tidak mempertimbangkan frekuensi penggunaan barang dalam pengelompokan.
✖ Bisa mengabaikan barang dengan konsumsi tinggi tetapi nilai rendah.
✖ Membutuhkan pemantauan berkala, karena nilai barang bisa berubah dari waktu ke waktu.


2. FNSD Analysis (Classification Based on Frequency and Consumption Rate)

FNSD Analysis adalah metode klasifikasi inventaris berdasarkan frekuensi penggunaan dan tingkat konsumsi barang. Pendekatan ini lebih berorientasi pada pergerakan barang di dalam gudang, bukan hanya nilai ekonomisnya.

Klasifikasi dalam FNSD Analysis:

  1. Fast Moving (F):

    • Barang yang sering digunakan dan memiliki tingkat konsumsi tinggi.
    • Persediaan harus selalu tersedia karena barang ini penting untuk operasional.
    • Contoh: Bahan bakar, suku cadang rutin, alat pelindung diri (APD) dalam pabrik.
  2. Normal Moving (N):

    • Barang yang memiliki konsumsi stabil, tetapi tidak secepat kategori Fast Moving.
    • Biasanya memiliki siklus pemesanan yang lebih lama dibanding barang Fast Moving.
    • Contoh: Bahan baku tambahan yang tidak selalu digunakan setiap hari.
  3. Slow Moving (S):

    • Barang yang memiliki pergerakan lambat dan jarang digunakan.
    • Stok yang terlalu banyak dari kategori ini bisa menyebabkan pemborosan karena lama tersimpan.
    • Contoh: Suku cadang mesin yang hanya digunakan saat perbaikan besar.
  4. Dead Stock (D):

    • Barang yang tidak pernah digunakan dalam periode waktu tertentu dan dianggap usang atau berlebih.
    • Sebaiknya dihapus dari inventaris atau dijual/dibuang untuk mengurangi beban gudang.
    • Contoh: Barang lama yang sudah tidak relevan dengan produksi saat ini.

Kelebihan FNSD Analysis:

✔ Membantu dalam pengelolaan stok berdasarkan kebutuhan operasional.
✔ Mencegah penimbunan barang yang tidak perlu, sehingga mengurangi biaya penyimpanan.
✔ Memastikan barang Fast Moving selalu tersedia, sehingga operasi tidak terganggu.

Kekurangan FNSD Analysis:

✖ Tidak memperhitungkan nilai barang, sehingga bisa saja barang bernilai tinggi dikelola seperti barang bernilai rendah.
✖ Tidak mempertimbangkan pengaruh nilai finansial terhadap keputusan inventaris.
✖ Bisa menyebabkan prioritas yang salah jika tidak diintegrasikan dengan metode lain.


Perbandingan ABC dan FNSD Analysis

FaktorABC AnalysisFNSD Analysis
Dasar KlasifikasiBerdasarkan nilai barang dalam inventarisBerdasarkan frekuensi penggunaan dan konsumsi
Tujuan UtamaMengoptimalkan biaya dengan memprioritaskan barang bernilai tinggiMengelola ketersediaan stok untuk memastikan barang yang sering digunakan selalu tersedia
Kategori BarangA (High-Value), B (Medium-Value), C (Low-Value)Fast Moving (F), Normal Moving (N), Slow Moving (S), Dead Stock (D)
KelebihanFokus pada efisiensi biaya dan pengelolaan inventaris bernilai tinggiMemastikan ketersediaan barang untuk operasional
KekuranganTidak mempertimbangkan frekuensi penggunaanTidak mempertimbangkan nilai barang
PenerapanDigunakan untuk kontrol pembelian dan manajemen investasiDigunakan untuk mengoptimalkan pergerakan stok dan penyimpanan

Kesimpulan: Mana yang Lebih Baik?

Kedua metode memiliki kegunaan masing-masing dan sebaiknya digunakan secara bersamaan untuk hasil yang optimal.

  • Jika fokus utama adalah mengurangi biaya dan mengoptimalkan pengelolaan barang bernilai tinggi, maka ABC Analysis lebih cocok.
  • Jika fokus utama adalah menjaga kelancaran operasional dengan memastikan barang tersedia berdasarkan frekuensi penggunaannya, maka FNSD Analysis lebih efektif.

Sebagai solusi terbaik, banyak perusahaan menggabungkan kedua metode ini, misalnya dengan menggunakan ABC Analysis untuk pengelolaan anggaran inventaris dan FNSD Analysis untuk menentukan kebijakan pemesanan dan penyimpanan barang.

🚀 Dengan memahami perbedaan antara kedua metode ini, perusahaan dapat mengoptimalkan manajemen persediaan, mengurangi pemborosan, dan meningkatkan efisiensi operasional!

Tuesday, March 4, 2025

Mengapa Inventory Auditing Penting dalam Manajemen Persediaan?

Inventory auditing adalah proses pengecekan dan verifikasi stok barang dalam suatu perusahaan untuk memastikan bahwa jumlah yang tercatat dalam sistem sesuai dengan jumlah fisik yang ada di gudang. Proses ini sangat penting dalam operasional bisnis, terutama bagi perusahaan yang bergantung pada manajemen persediaan untuk menjalankan usahanya dengan efisien.

Tanpa audit inventaris yang teratur, perusahaan berisiko mengalami berbagai masalah, mulai dari kesalahan pencatatan stok, kerugian akibat kehilangan barang, hingga kesalahan dalam pengambilan keputusan bisnis. Berikut adalah lima alasan utama mengapa inventory auditing sangat penting:


1. Akurasi: Memastikan Data Stok yang Tepat

Salah satu manfaat utama dari inventory auditing adalah menjaga akurasi dalam pencatatan stok. Jika stok yang tercatat dalam sistem tidak sesuai dengan jumlah fisik yang sebenarnya, maka bisnis dapat mengalami berbagai masalah, seperti:

  • Kekurangan barang yang menyebabkan keterlambatan pengiriman ke pelanggan.
  • Keputusan pembelian yang salah akibat stok yang tidak sesuai.
  • Overstock yang menyebabkan pemborosan ruang penyimpanan dan modal.

Dengan melakukan audit secara berkala, perusahaan dapat mengidentifikasi kesalahan pencatatan lebih cepat dan memperbaikinya sebelum menjadi masalah besar.


2. Loss Prevention: Mencegah Kehilangan dan Kecurangan

Persediaan yang tidak diaudit secara teratur lebih rentan terhadap pencurian, penyusutan, dan kehilangan barang. Beberapa penyebab umum hilangnya inventaris meliputi:

  • Pencurian internal oleh karyawan yang tidak jujur.
  • Kesalahan administratif dalam pencatatan stok.
  • Kerusakan barang yang tidak terdeteksi akibat penyimpanan yang tidak tepat.

Inventory auditing membantu mendeteksi anomali dalam stok lebih awal, sehingga perusahaan dapat menerapkan langkah-langkah pencegahan seperti peningkatan pengawasan, penerapan sistem keamanan yang lebih baik, dan perbaikan dalam prosedur pencatatan inventaris.


3. Financial Integrity: Memastikan Keakuratan Laporan Keuangan

Laporan keuangan perusahaan sangat bergantung pada keakuratan data inventaris. Jika stok yang tercatat dalam laporan keuangan tidak sesuai dengan jumlah sebenarnya, maka perusahaan bisa menghadapi berbagai risiko, seperti:

  • Kesalahan dalam perhitungan laba dan rugi.
  • Penyajian laporan keuangan yang tidak akurat kepada investor dan pemegang saham.
  • Masalah kepatuhan terhadap standar akuntansi dan regulasi keuangan.

Dengan melakukan inventory auditing secara rutin, perusahaan dapat memastikan bahwa laporan keuangan mereka mencerminkan kondisi bisnis yang sebenarnya dan menghindari potensi masalah hukum atau pajak di masa depan.


4. Optimized Inventory Level: Menjaga Keseimbangan Stok

Salah satu tantangan terbesar dalam manajemen persediaan adalah menjaga stok dalam jumlah yang tepat—tidak terlalu banyak (overstock) dan tidak terlalu sedikit (understock). Audit inventaris membantu perusahaan:

  • Menghindari overstocking, yang menyebabkan biaya penyimpanan yang tinggi dan risiko barang kadaluarsa.
  • Mencegah understocking, yang bisa menyebabkan hilangnya pelanggan akibat keterlambatan pengiriman.
  • Memastikan rotasi stok yang optimal untuk produk yang memiliki masa simpan terbatas.

Dengan audit yang baik, perusahaan dapat mengelola stoknya dengan lebih efisien, mengurangi pemborosan, dan meningkatkan profitabilitas.


5. Informed Decision: Mendukung Pengambilan Keputusan yang Lebih Baik

Inventory auditing memberikan data yang akurat dan terkini tentang kondisi stok barang. Dengan informasi ini, manajemen dapat mengambil keputusan yang lebih baik dalam berbagai aspek bisnis, seperti:

  • Strategi pembelian, dengan menyesuaikan jumlah pesanan berdasarkan data stok yang real-time.
  • Perencanaan produksi, agar produksi tidak terganggu oleh kekurangan bahan baku.
  • Strategi harga dan promosi, dengan mengetahui barang mana yang perlu segera dijual untuk menghindari penumpukan stok.

Tanpa audit yang baik, perusahaan berisiko membuat keputusan berdasarkan data yang tidak akurat, yang dapat berdampak negatif pada efisiensi operasional dan profitabilitas bisnis.


Kesimpulan

Inventory auditing adalah bagian penting dari manajemen persediaan yang tidak boleh diabaikan. Dengan melakukan audit secara berkala, perusahaan dapat memastikan akurasi stok, mencegah kehilangan barang, menjaga integritas laporan keuangan, mengoptimalkan tingkat persediaan, dan mendukung pengambilan keputusan bisnis yang lebih baik.

Tanpa proses audit yang baik, perusahaan berisiko mengalami kerugian finansial, ketidakefisienan operasional, dan penurunan kepuasan pelanggan. Oleh karena itu, setiap bisnis yang bergantung pada persediaan harus menjadikan inventory auditing sebagai bagian dari strategi manajemen mereka untuk memastikan kelangsungan dan kesuksesan bisnis dalam jangka panjang. 🚀

Sunday, March 2, 2025

Perbedaan antara Physical Inventory dan Cycle Counting dalam Manajemen Persediaan

Dalam dunia manajemen persediaan (inventory management), ada dua metode utama yang digunakan untuk mengevaluasi akurasi stok barang, yaitu Physical Inventory dan Cycle Counting. Kedua metode ini memiliki tujuan yang sama, yaitu memastikan bahwa jumlah stok yang tercatat dalam sistem sesuai dengan kondisi fisik di gudang. Namun, keduanya memiliki pendekatan yang berbeda dalam pelaksanaannya.


1. Physical Inventory: Penghitungan Stok Secara Menyeluruh

Physical Inventory adalah proses penghitungan stok secara menyeluruh yang biasanya dilakukan setahun sekali. Dalam metode ini, seluruh barang di gudang dihitung dan dicocokkan dengan catatan sistem untuk mengidentifikasi perbedaan atau varians dalam stok.

Karakteristik Physical Inventory:

  • Intensif dalam Tenaga dan Waktu: Penghitungan seluruh inventaris membutuhkan banyak tenaga kerja dan waktu, karena semua barang harus dihitung secara menyeluruh.
  • Data Inventaris Diperoleh Setahun Sekali: Hasil dari proses ini memberikan gambaran akurat tentang kondisi persediaan, tetapi hanya sekali dalam setahun.
  • Membutuhkan Downtime pada Fasilitas: Karena semua barang harus dihitung, sering kali operasi gudang harus dihentikan sementara, yang dapat mengganggu produktivitas.
  • Dilakukan Sekali dalam Setahun: Biasanya dilakukan pada akhir tahun fiskal atau saat perusahaan ingin melakukan audit keuangan dan operasional.

Kelebihan Physical Inventory:
✅ Memberikan gambaran lengkap tentang stok secara keseluruhan.
✅ Memastikan kepatuhan terhadap standar audit dan laporan keuangan.

Kekurangan Physical Inventory:
❌ Proses panjang dan memakan banyak sumber daya.
❌ Mengganggu operasional gudang karena membutuhkan downtime.
❌ Tidak mendeteksi variansi inventaris secara real-time.


2. Cycle Counting: Penghitungan Stok Secara Berkala

Cycle Counting adalah metode penghitungan stok yang dilakukan secara berkala dengan hanya menghitung sejumlah kecil barang dalam satu waktu tertentu. Berbeda dengan Physical Inventory yang menghitung semua stok sekaligus, Cycle Counting hanya fokus pada kategori atau item tertentu yang dipilih berdasarkan strategi tertentu.

Karakteristik Cycle Counting:

  • Lebih Efisien dalam Tenaga dan Waktu: Karena tidak perlu menghitung seluruh stok sekaligus, metode ini lebih mudah dikelola dan tidak terlalu membebani tenaga kerja.
  • Mengurangi Variansi Inventaris Secara Proaktif: Dengan melakukan pengecekan rutin, perusahaan dapat segera menemukan dan mengoreksi kesalahan pencatatan stok sebelum menjadi masalah besar.
  • Tidak Membutuhkan Downtime pada Fasilitas: Karena hanya sebagian kecil barang yang dihitung dalam satu waktu, operasional gudang tetap berjalan normal.
  • Dilakukan Secara Berkala untuk Item Tertentu: Bisa dilakukan harian, mingguan, atau bulanan tergantung pada strategi perusahaan.

Kelebihan Cycle Counting:
✅ Mencegah kesalahan pencatatan inventaris sebelum menjadi besar.
✅ Tidak mengganggu operasional gudang.
✅ Lebih hemat biaya dan waktu dibandingkan Physical Inventory.

Kekurangan Cycle Counting:
❌ Tidak memberikan gambaran menyeluruh seperti Physical Inventory.
❌ Membutuhkan sistem yang baik untuk menentukan barang mana yang perlu dihitung secara berkala.


Kesimpulan: Mana yang Lebih Baik?

Baik Physical Inventory maupun Cycle Counting memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Physical Inventory cocok digunakan untuk keperluan audit tahunan atau jika perusahaan memiliki sistem yang kurang akurat dalam mencatat stok. Sementara itu, Cycle Counting lebih ideal bagi perusahaan yang ingin menjaga akurasi inventaris secara real-time tanpa harus menghentikan operasional gudang.

Saat ini, banyak perusahaan lebih memilih Cycle Counting karena lebih efisien dan memungkinkan mereka untuk segera mendeteksi serta memperbaiki kesalahan pencatatan stok sebelum menjadi masalah besar. Namun, dalam beberapa kasus, kombinasi antara kedua metode bisa menjadi solusi terbaik, di mana perusahaan tetap melakukan Cycle Counting secara berkala, tetapi juga melaksanakan Physical Inventory sekali setahun untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.

🔹 Gunakan Physical Inventory jika: Anda membutuhkan laporan lengkap tahunan untuk keperluan audit.
🔹 Gunakan Cycle Counting jika: Anda ingin menjaga akurasi stok sepanjang tahun tanpa mengganggu operasional gudang.

Friday, February 21, 2025

Warehouse and Distribution Logistics: Proses dan Pentingnya dalam Supply Chain

Warehouse and Distribution Logistics adalah bagian krusial dalam rantai pasok yang memastikan barang dari pemasok dapat disimpan, dikelola, dan dikirim ke pelanggan dengan efisien. Proses ini terdiri dari beberapa tahapan utama, yaitu Receiving, Put Away, Storage, Pick and Pack, dan Shipping. Masing-masing tahap memiliki peran penting dalam menjaga kelancaran distribusi barang.


1. Receiving (Penerimaan Barang)

Receiving adalah tahap pertama dalam logistik gudang, di mana barang dari pemasok tiba dan diverifikasi sebelum masuk ke sistem penyimpanan. Proses yang dilakukan dalam receiving meliputi:

  • Pemeriksaan dokumen: Mengecek faktur, packing list, dan surat jalan untuk memastikan kesesuaian dengan pesanan.
  • Pemeriksaan fisik: Memastikan jumlah barang, kondisi, dan kualitas sesuai standar.
  • Pembuatan catatan stok: Barang yang diterima dicatat dalam sistem inventaris agar mudah dilacak.
  • Labeling: Setiap barang diberi label atau barcode untuk mempermudah proses tracking di tahap selanjutnya.

Receiving yang dilakukan dengan benar akan menghindari kesalahan pencatatan stok dan memastikan barang yang diterima dalam kondisi baik.


2. Put Away (Penyimpanan Awal Barang)

Setelah barang diterima dan diperiksa, proses selanjutnya adalah Put Away, yaitu memindahkan barang ke lokasi penyimpanan yang tepat di dalam gudang. Langkah-langkahnya meliputi:

  • Menentukan lokasi penyimpanan: Barang ditempatkan berdasarkan kategori, ukuran, atau frekuensi pemakaian.
  • Memanfaatkan sistem WMS (Warehouse Management System): Untuk memastikan barang ditempatkan di lokasi yang optimal agar mudah diambil saat dibutuhkan.
  • Menggunakan peralatan gudang seperti forklift atau conveyor belt: Memindahkan barang dengan aman dan efisien.

Proses Put Away yang baik mengurangi waktu pencarian barang dan meningkatkan efisiensi pengelolaan stok.


3. Storage (Penyimpanan Barang)

Storage adalah fase di mana barang disimpan di gudang sebelum diambil untuk diproses lebih lanjut. Penyimpanan yang baik memastikan barang tetap dalam kondisi optimal dan mudah diakses. Beberapa strategi dalam penyimpanan barang meliputi:

  • FIFO (First In, First Out): Barang yang lebih dulu masuk akan lebih dulu dikeluarkan untuk menghindari produk kadaluarsa atau usang.
  • LIFO (Last In, First Out): Barang yang terakhir masuk digunakan lebih dahulu, sering diterapkan untuk produk yang tidak mengalami perubahan kualitas dalam jangka waktu lama.
  • Slotting Optimization: Menempatkan barang dengan permintaan tinggi di lokasi yang lebih mudah diakses.
  • Temperature-Controlled Storage: Untuk barang yang memerlukan suhu khusus seperti makanan atau obat-obatan.

Gudang yang terorganisir dengan baik menghindari kekacauan operasional, meningkatkan efisiensi picking, dan mengurangi risiko kehilangan barang.


4. Pick and Pack (Pengambilan dan Pengemasan Barang)

Setelah ada pesanan, proses berikutnya adalah Pick and Pack, yaitu mengambil barang dari penyimpanan dan mengemasnya sebelum dikirim ke pelanggan. Proses ini terdiri dari:

  • Picking: Mengambil barang sesuai pesanan. Bisa dilakukan secara manual oleh pekerja gudang atau dengan bantuan robot otomatis.
  • Checking: Memastikan jumlah dan jenis barang sesuai pesanan pelanggan.
  • Packing: Mengemas barang dengan bahan yang sesuai untuk mencegah kerusakan saat pengiriman.
  • Labeling: Memberi label alamat pengiriman dan informasi penting lainnya.

Picking yang efisien dapat dilakukan dengan metode seperti:

  • Zone Picking: Pekerja hanya mengambil barang dari zona tertentu untuk meningkatkan efisiensi.
  • Batch Picking: Mengambil beberapa pesanan sekaligus untuk mengurangi pergerakan yang tidak perlu.
  • Wave Picking: Mengambil barang berdasarkan jadwal pengiriman.

Proses Pick and Pack yang optimal mengurangi kesalahan pengiriman dan meningkatkan kepuasan pelanggan.


5. Shipping (Pengiriman Barang)

Shipping adalah tahap terakhir dalam proses distribusi gudang, di mana barang dikirim ke pelanggan atau ke titik distribusi lainnya. Beberapa langkah penting dalam shipping meliputi:

  • Penyortiran pesanan: Memisahkan barang berdasarkan lokasi tujuan.
  • Pengecekan ulang: Memastikan barang yang akan dikirim sesuai dengan pesanan dan dalam kondisi baik.
  • Memilih metode pengiriman: Menggunakan transportasi yang paling efisien berdasarkan jarak, biaya, dan waktu.
  • Tracking dan notifikasi pelanggan: Memberikan nomor resi atau informasi pelacakan agar pelanggan bisa memantau status pengiriman.

Pengelolaan shipping yang baik akan mengurangi keterlambatan pengiriman dan memastikan barang sampai dalam kondisi baik.


Kesimpulan

Warehouse and Distribution Logistics adalah sistem yang terdiri dari lima proses utama yang saling terhubung: Receiving, Put Away, Storage, Pick and Pack, dan Shipping. Pengelolaan yang efisien di setiap tahap memastikan stok barang tetap terorganisir, pesanan diproses dengan cepat, dan pengiriman dilakukan dengan akurat.

Dalam era digital saat ini, penggunaan teknologi seperti Warehouse Management System (WMS), Internet of Things (IoT), dan otomatisasi semakin meningkatkan efisiensi gudang dan distribusi, memungkinkan perusahaan untuk memberikan layanan yang lebih cepat dan andal kepada pelanggan.

Sunday, November 17, 2024

Optimalisasi Layout Gudang

Strategi Cerdas untuk Efisiensi Operasional

Manajemen gudang yang efektif berperan penting dalam mendukung kelancaran rantai pasok. Salah satu kunci keberhasilannya adalah mengoptimalkan layout gudang agar proses penyimpanan, pengambilan, dan distribusi menjadi lebih efisien. 

Berikut ini adalah penjelasan mendalam mengenai beberapa pendekatan utama dalam optimalisasi layout gudang:

1. Zonasi Berdasarkan Frekuensi

Barang yang sering diakses (frekuensi tinggi) memerlukan lokasi yang mudah dijangkau, seperti di dekat pintu masuk atau area picking. Dengan zonasi ini, waktu tempuh untuk pengambilan barang berkurang, sehingga meningkatkan produktivitas staf gudang. Barang yang jarang digunakan (frekuensi rendah) dapat ditempatkan di rak atas atau area belakang tanpa mengganggu alur operasional utama.

Tips Implementasi:

  • Gunakan data historis penjualan atau permintaan untuk menentukan barang mana yang termasuk kategori frekuensi tinggi.
  • Sesuaikan zonasi secara berkala berdasarkan perubahan tren permintaan.

2. Prinsip FIFO dan FEFO

Memilih sistem yang tepat untuk pengelolaan stok memastikan rotasi barang berjalan optimal:

  • FIFO (First In, First Out): Barang yang masuk pertama kali harus keluar terlebih dahulu. Cocok untuk produk yang tidak memiliki batas waktu penggunaan, seperti material mentah atau barang industri.
  • FEFO (First Expired, First Out): Produk yang memiliki batas waktu penggunaan, seperti makanan dan obat-obatan, harus dikeluarkan berdasarkan tanggal kedaluwarsa terdekat.

Keunggulan:

  • Menghindari akumulasi barang usang atau kadaluarsa.
  • Memastikan kepatuhan terhadap standar kualitas produk.

3. Layout Sesuai Jenis Barang

Setiap barang memiliki karakteristik unik yang memengaruhi cara penyimpanannya:

  • Barang berukuran besar: Tempatkan di area khusus dengan ruang yang luas, seperti rak palet.
  • Barang kecil: Gunakan rak dengan partisi untuk menghindari pencampuran.
  • Barang berisiko tinggi: Simpan di area terkunci dengan akses terbatas, seperti produk elektronik atau bahan berbahaya.

Contoh Penerapan:

  • Pisahkan barang yang membutuhkan suhu tertentu dalam gudang bersuhu terkendali.
  • Tempatkan produk berat di rak bawah untuk memudahkan pengangkatan dan mencegah risiko kecelakaan.

4. Manfaat Optimalisasi Layout Gudang

Mengimplementasikan layout yang optimal memberikan banyak keuntungan:

  • Efisiensi Waktu: Proses penyimpanan dan pengambilan barang menjadi lebih cepat.
  • Pengurangan Biaya Operasional: Meminimalkan waktu idle dan meningkatkan produktivitas staf.
  • Peningkatan Kepuasan Pelanggan: Pesanan dapat diproses lebih cepat dan akurat.

Kesimpulan

Optimalisasi layout gudang adalah investasi strategis untuk meningkatkan efisiensi operasional dan daya saing perusahaan. Dengan memanfaatkan zonasi berbasis frekuensi, prinsip FIFO/FEFO, serta layout yang disesuaikan dengan jenis barang, gudang dapat berfungsi sebagai tulang punggung rantai pasok yang efektif. Dengan terus memantau dan menyesuaikan layout sesuai kebutuhan, perusahaan dapat memastikan operasional gudang selalu berjalan optimal di tengah dinamika pasar yang cepat berubah.

Wednesday, February 2, 2022

Inventory Control vs Inventory Management

Apa Perbedaan Inventory Control dan Inventory Management

by Dicky Saputra

Januari 30, 2022

Kali ini kita akan membahas apa perbedaan antara inventory control dan inventory management, serta bagaimana kedua fungsi tersebut saling terkait satu sama lain.

Postingan ini juga akan membahas tentang fitur yang perlu Anda pertimbangkan ketika Anda sedang mencari inventory system untuk bisnis Anda.

Sebelum kita masuk lebih jauh, pastikan juga Anda sudah bergabung dengan scmguide telegram channelkarena bakal banyak lagi yang akan saya bagikan di sana seputar supply chain management yang pastinya bermanfaat.


Inventory management vs. inventory control

Inventory management dan inventory control memang serupa. Tapi, keduanya punya fokus yang berbeda. Inventory management berhubungan dengan forecasting dan pemesanan stok.

Sedangkan inventory control, atau dikenal sebagai sebagai stock control, adalah bagian dari inventory management yang berfungsi untuk menangani on-hand stock.


Apa itu inventory management?

Inventory management mengelola proses pemesanan, penyimpanan, dan penggunaan inventory, baik pada tingkat bahan baku, maupun barang jadi. Inventory management membantu Anda mengidentifikasi stok mana yang harus Anda pesan, berapa banyak, dan kapan Anda harus membuat pesanan.

Proses yang terkadang kita kenal juga sebagai stock management, melibatkan pelacakan life cycle barang mentah dan barang jadi, mulai saat memesan produk dari supplier sampai mengirimkannya ke customer, termasuk segala sesuatu di antaranya.

Inventory management adalah bagian penting dari supply chain yang memastikan stok cukup tersedia untuk memenuhi pesanan customer, tapi ngga lebih dari yang bisa bisnis jual. Misalnya, truk penjual makanan bisa menggunakan data inventory mereka untuk memprediksi dengan akurat kalau mereka butuh lima kilogram tomat selama seminggu.

Maka, bisnis tersebut ngga akan membuang-buang uang dengan membeli tomat matang yang ngga akan digunakan. Begitu juga, seorang event organizer ngga akan menghabiskan uang untuk menyewa ruang ekstra cuma untuk menyimpan cangkir kertas yang ngga akan mereka gunakan.

Menerapkan praktik inventory management yang efektif bisa membantu bisnis Anda menyimpan lebih sedikit inventory, meningkatkan akurasi pemenuhan pesanan, dan mengurangi biaya.

Beberapa elemen dasar dari inventory management meliputi:

  • Mengelola stok end-to-end, mulai dari pemesanan sampai penjualan.
  • Peramalan permintaan menggunakan data penjualan masa lalu untuk memperkirakan permintaan produk customer di masa depan. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang kemungkinan permintaan, Anda bisa membuat keputusan yang lebih baik tentang inventory. Anda bisa menggunakan data ini untuk memahami potensi pasar, menyesuaikan harga, dan mengidentifikasi cara untuk lebih berkembang.
  • Menentukan kapan harus mengisi kembali stok Anda.
  • Melacak perputaran inventory, atau seberapa sering suatu barang terjual, atau berpindah, dalam waktu tertentu.
  • Melakukan cycle count, atau pemeriksaan rutin terhadap sejumlah kecil barang untuk memastikan tingkat akurasi inventory.
  • Melakukan audit untuk memverifikasi kalau penghitungan inventory sudah benar saat stok bergerak melalui setiap tahap.


Apa itu inventory control?

Inventory control adalah bagian dari proses inventory management.

Ini adalah kegiatan sehari-hari pengelolaan stok di dalam gudang.

Kegiatan inventory control termasuk menerima, menyimpan dan mentransfer stok, serta melacak dan memenuhi pesanan, juga pengembalian. Memegang kendali atas rotasi stok Anda adalah bagian penting dari inventory control dan proses inventory management yang efisien secara keseluruhan.

Mendefinisikan aliran stok memastikan Anda punya kendali atas barang apa yang Anda gunakan untuk memenuhi pesanan customer, dan kapan. Tergantung pada portofolio produk Anda, Anda bisa menentukan bagaimana produk tersebut Anda gunakan untuk memenuhi pesanan customer.

 

Beberapa metode inventory control yang umum adalah:

  • FIFO (First in, First out) – inventory tertua Anda gunakan lebih dahulu untuk memenuhi pesanan customer.
  • LIFO (Last in, First out) – inventory yang diterima paling akhir Anda gunakan untuk memenuhi pesanan customer.
  • FEFO (First Expired, First Out) – inventory yang paling dekat dengan tanggal kedaluwarsa Anda gunakan untuk memenuhi pesanan customer.

Organisasi gudang juga berada di bawah inventory control. Ketika produk baru tiba, staf memindai barcode atau tag RFID menggunakan scanner. Setiap jenis produk yang diterima punya kode unik. Anda juga bisa menetapkan kode unik untuk produk bernilai tinggi. Misalnya, perangkat mahal seperti sound system kelas atas bisa Anda tandai berdasarkan nomor seri uniknya.

Tim memeriksa pesanan pengiriman yang masuk dan mencatat detail pengiriman. Ketika suatu produk Anda jual, tim pemenuhan pesanan mencatat dan mengemas pesanan untuk keluar dari gudang.

Vendor-Managed Inventory (VMI) adalah model bisnis yang bisa meniadakan fungsi inventory management dari pengecer. Customer berhubungan langsung dengan vendor yang memasok barang (walaupun mereka ngga selalu tahu tentang pengaturan semacam ini).

Vendor kemudian memutuskan kapan harus mengisi ulang pesanan dan berapa banyak yang harus mereka kirim. Seringkali pilihan ini didasarkan pada data yang diterimanya dari sistem Point-of-Sale (POS).

Beberapa elemen dasar inventory control meliputi:

  • Menyimpan stok dan melacak lokasi persisnya di dalam gudang.
  • Memastikan stok tetap dalam kondisi baik, ngga rusak, dan digunakan sebelum tanggal kedaluwarsa.
  • Meletakkan barang-barang fast moving di dekat area pengepakan untuk mempercepat pemenuhan pesanan.

Manfaat inventory control mencakup pendapatan yang lebih tinggi dan customer yang lebih puas. Saat Anda melacak stok secara akurat, Anda akan mengurangi kemungkinan terjadinya kehabisan stok dan backorder.

Mengurangi kelebihan stok dan inventory usang bisa membantu Anda meminimalkan terjadinya kerusakan inventory dan menghilangkan perlunya biaya penyimpanan tambahan.


Perbedaan antara inventory control dan inventory management

Inventory control bertanggung jawab atas pergerakan inventory di dalam gudang. Dengan stock control, Anda melacak barang atau bahan mana yang Anda punya dan berapa jumlahnya. Anda juga melacak kondisi dan status barang.

Sebaliknya, inventory management mencakup seluruh proses peramalan permintaan, pemesanan, dan pengelolaan stok yang ada (on-hand). Proses ini melihat ke masa depan untuk melihat apa yang customer ingin beli dan membuat pesanan sesuai dengan forecast tersebut.


Kesamaan inventory control dan inventory management

Inventory control dan inventory management melacak dan mengelola stok. Inventory control adalah bagian dari keseluruhan proses inventory management dan melacak tren harian untuk setiap item. Inventory management mengikuti tren yang lebih luas selama periode yang lebih lama.

Kedua fungsi tersebut menggunakan perangkat seluler untuk memindai barcode dan RFID untuk pembaruan data secara real-time dan akurat.


Mana yang Anda urus lebih dulu: inventory control atau inventory management?

Stock management yang sukses dimulai dengan stock control yang baik. Anda bisa memulainya dengan memahami stok apa yang ada di gudang Anda dan bagaimana kondisinya. Selanjutnya, tinjau topik strategis, seperti lokasi dan tata letak gudang, prakiraan, dan musim.

Terakhir, sesuaikan jenis stok, jumlah, dan siklus pemesanan untuk memenuhi perubahan permintaan, supplier, dan events. Keuntungan nyata akan datang sesudah Anda memahami ke mana arah bisnis Anda dari sudut pandang inventory.

Inventory management harus Anda dahulukan sebelum inventory control. 


Inventory management system vs. inventory control system

Inventory management system dan inventory control system keduanya merupakan tools untuk mengelola stok. Anda bisa menggunakan satu program yang sama dengan fitur untuk manajemen dan inventory control, atau Anda juga bisa menggunakan sistem terpisah untuk setiap tugas.

Idealnya, Anda harus memastikan kedua sistem inventory tersebut saling “berkomunikasi”.


Inventory management system

Mayoritas bisnis saat ini menjual produk mereka lewat berbagai saluran, seperti online, di dalam toko, dan melalui pengecer pihak ketiga. Selain itu, banyak juga bisnis menyimpan inventory mereka di beberapa gudang, dan banyak juga yang menggunakan 3PL untuk menyimpan stok mereka.

Semua ini menambah kerumitan dalam mengelola inventory Anda secara efisien dan efektif. Sistem yang memberikan visibilitas untuk melacak inventory di beberapa lokasi, memungkinkan Anda menggunakan inventory Anda secara lebih efektif dan menyimpan lebih sedikit inventory.

Inventory management system memungkinkan komunikasi dan pelacakan produk yang lancar di seluruh dunia. Sistem ini juga punya API yang terhubung dengan banyak sistem Enterprise Resources Planning (ERP) perusahaan.

Perusahaan dengan banyak gudang dan beberapa saluran penjualan menggunakan ERP untuk mengoordinasikan sistem inventory management mereka.

ERP menghasilkan informasi produk, biaya, penawaran, dan permintaan secara real-time, jadi perusahaan ngga perlu lagi menyimpan banyak inventory, bisa lebih memenuhi permintaan customer, dan merencanakan fluktuasi pasar.


Sumber :

https://scmguide.com/apa-perbedaan-inventory-control-dan-inventory-management/

Wednesday, December 29, 2021

Arus Barang di Gudang Berikat Diperketat

Dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.155/PMK.04/2019 tentang Gudang Berikat, Kemenyerian Keuangan menekankan bahwa pengetatan pengawasan ini dilakukan dalam dua bentuk baik dari sisi perpajakan maupun mekanisme pemasukan barang. 

Edi Suwiknyo - Bisnis.com 10 November 2019  |  15:51 WIB 

Pemerintah memperketat pengawasan barang di gudang berikat untuk menyesuaikan perubahan-perubahan di Pusat Logistik Berikat dan Kawasan Berikat. Dalam Peraturan Menteri Keuanga (PMK) No.155/PMK.04/2019 tentang Gudang Berikat, Kementerian Keuangan menekankan bahwa pengetatan pengawasan ini dilakukan dalam dua bentuk baik dari sisi perpajakan maupun mekanisme pemasukan barang. 

https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2019/155~PMK.04~2019.pdf

Dari sisi perpajakan, melalui beleid ini pihak otoritas menjelaskan bahwa barang yang masuk ke gudang berikat harus memenuhi mekanisme misalnya wajib membuat faktur pajak dan harus dibuktikan dengan dokumen pemberitahuan pabean serta menyimpan dan memelihara dengan baik buku dan catatan serta dokumen yang terkait dengan pemasukan barang ke Gudang Berikat. 

“Faktur pajak sebagaimana dimaksud harus diberikan keterangan "PPN tidak dipungut dipungut sesuai dengan Peraturab Pemerintah tempat penimbunan berikat,” tulis beleid yang dikutip Bisnis, Minggu (10/11/2019). 

Sementara itu dari sisi pemasukan barang, otoritas juga menyatakan bahwa setiap barang yang masuk ke gudang berikat juga harus mempehatikan sejumlah ketentuan. 

Pertama, terhadap barang yang dimasukkan ke gudang berikat wajib dilakukan pembongkaran (stripping). Kedua, pembongkaran (stripping) dilakukan segera setelah barang dimasukkan ke Gudang Berikat. Ketiga, jika karena proses bisnis perusahaan sehingga menyebabkan pembongkaran (stripping) tidak dapat dilakukan dengan segera, barang yang dimasukan ke Gudang Berikat dapat dilakukan penundaan pembongkaran (stripping) dengan persetujuan dari Kepala Kantor Pabean. 

Namun demikian, ketentuan tersebut dikecualikan terhadap barang cair, curah, gas atau sejenisnya serta barang lain  berdasarkan persetujuan dari Kepala Kantor Pelayanan Utama atau Kepala Kantor Pabean dengan mempertimbangkan profil risiko perusahaan. 

Kepala Sub Direktorat Komunikasi dan Publikasi Ditjen Bea Cukai Kementerian Keuangan Deni Surjantoro tak menampik jika aturan ini akan memperketat proses pengawasan keluar masuknya barang di gudang berikat. 

“Bisa dikatakan demikian, termasuk menyesuaikan juga dengan perubahan-perubahan yang ada di Pusat Logistik Berikat dan Kawasan Berikat,” kata Deni kepada Bisnis. 

Sementara itu terkait barang-barang yang sudah masuk ke gudang berikat, pemerintah menekankan bahwa barang-barang tersebut tidak boleh dipindahtangankan selama dua tahun, kecuali barang berupa pengemas yang digunakan untuk mengemas barang timbun yang akan dikeluarkan ke perusahaan tujuan distribusi. 

Gudang berikat sendiri merupakan adalah Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun barang impor, dapat disertai 1 atau lebih kegiatan berupa pengemasan, pengemasan kembali, penyortiran, penggabungan (kitting), pengepakan, penyetelan, pemotongan, atas barang-barang tertentu dalam jangka waktu tertentu untuk dikeluarkan kembali.


Sumber :

https://ekonomi.bisnis.com/read/20191110/9/1168761/arus-barang-di-gudang-berikat-diperketat.

Prosedur Pengajuan Fasilitas Gudang Berikat

PASAL 6 PER-18/BC/2019 TENTANG TATA LAKSANA GUDANG BERIKAT

PERSYARATAN BANGUNAN DAN TEMPAT UNTUK GUDANG BERIKAT (GB)

  1. Terletak di lokasi yang dapat dilalui oleh sarana pengangkut peti kemas dan/atau sarana pengangkut lainnya;
  2. Mempunyai batas-batas dan luas yang jelas;
  3. Mempunyai tempat untuk pemeriksaan fisik;
  4. Mempunyai tempat untuk penimbunan, pemuatan, pembongkaran, serta pintu pemasukan dan pengeluaran barang;
  5. Mempunyai tata letak dan batas yang jelas untuk melakukan setiap kegiatan; dan
  6. Dalam hal menimbun barang curah, harus dilengkapi dengan alat ukur yang telah ditera oleh instansi yang berwenang, atau surat pernyataan sanggup untuk menyediakan alat ukur yang memadai.


PASAL 10 PER-18/BC/2019 TENTANG TATA LAKSANA GUDANG BERIKAT

SYARAT ADMINISTRATIF

Perusahaan yang bermaksud menjadi Penyelenggara Gudang Berikat harus:

  1. Memiliki Nomor Induk Berusaha;
  2. Memiliki izin usaha perdagangan, izin usaha industri, atau izin lain yang berkaitan dengan penyelenggaraan gudang atau tempat;
  3. Memiliki hasil konfirmasi status wajib pajak sesuai dengan aplikasi yang menunjukkan valid;
  4. Memiliki bukti kepemilikan atau penguasaan suatu kawasan, tempat, atau bangunan yang mempunyai batas-batas yang jelas berikut peta lokasi/tempat dan rencana tata letak/denah yang akan dijadikan Gudang Berikat; dan
  5. Telah dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak dan telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak terakhir sesuai dengan kewajibannya.

Permohonan dapat diajukan setelah atau sebelum fisik bangunan berdiri termasuk ruangan dan sarana kerja bagi Petugas Bea dan Cukai.

Dalam hal persyaratan fisik belum dipenuhi, izin Penyelenggara Gudang Berikat dapat diberikan dengan ketentuan perusahaan yang akan menjadi penyelenggara Gudang Berikat wajib memenuhi persyaratan dalam batas waktu tertentu yang ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah atau Kepala Kantor Pelayanan Utama.


PASAL 11 PER-18/BC/2019 TENTANG TATA LAKSANA GUDANG BERIKAT

Perusahaan yang bermaksud menjadi Pengusaha Gudang Berikat atau PDGB harus:

  1. Memiliki Nomor Induk Berusaha;
  2. Memiliki izin usaha perdagangan, izin usaha industri, atau izin usaha lain yang dipersamakan dengan izin usaha industri;
  3. Memiliki hasil konfirmasi status wajib pajak sesuai dengan aplikasi yang menunjukkan valid;
  4. Memiliki bukti kepemilikan atau penguasaan suatu kawasan, tempat, atau bangunan yang mempunyai batas-batas yang jelas berikut peta lokasi/tempat dan rencana tata letak/denah yang akan dijadikan Gudang Berikat; dan
  5. Telah dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak dan telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak terakhir sesuai dengan kewajibannya;
  6. Mendapat rekomendasi dari Penyelenggara Gudang Berikat dalam hal perusahaan mengajukan permohonan izin PDGB.


PASAL 12 PER-18/BC/2019 TENTANG TATA LAKSANA GUDANG BERIKAT

ALUR PENGAJUAN PERMOHONAN GUDANG BERIKAT

  1. Permohonan disampaikan secara elektronik melalui portal Indonesia National Single Window (INSW) di https://www.insw.go.id/;
  2. Dalam hal permohonan tidak dapat dilakukan secara elektronik, permohonan disampaikan secara tertulis kepada Kepala Kantor Wilayah melalui Kepala Kantor Pabean;
  3. Dalam hal permohonan disampaikan secara elektronik, sistem komputer pelayanan memberikan respon kepada kepala Kantor Pabean untuk:
    1. Melakukan pemeriksaan dokumen dan lokasi;
    2. Menerbitkan berita acara pemeriksaan lokasi;
  4. Dalam hal permohonan disampaikan secara tertulis, Kepala Kantor Pabean:
    1. Melakukan pemeriksaan dokumen dan lokasi;
    2. Menerbitkan berita acara pemeriksaan dokumen dan lokasi;
  5. Pemeriksaan dokumen dan lokasi meliputi:
    1. Validasi Nomor Induk Berusaha, izin usaha, dan bukti penguasaan lokasi;
    2. Validasi konfirmasi status wajib pajak;
    3. Validasi pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak terakhir;
    4. Pemeriksaan terhadap pemenuhan kriteria, seperti:
      1. Pendayagunaan teknologi informasi untuk pengelolaan pemasukan dan pengeluaran barang (IT Inventory) dan closed circuit television (CCTV);
      2. Terletak di lokasi yang dapat dilalui oleh sarana pengangkut peti kemas dan/atau sarana pengangkut lainnya di air;
      3. Batas-batas lokasi yang jelas;
      4. Tempat untuk pemeriksaan fisik;
      5. Tempat untuk penimbunan, pemuatan, pembongkaran serta pintu masuk dan pengeluaran barang;
      6. Alat ukur yang memadai atau yang telah ditera oleh instansi yang berwenang, dalam hal menimbun barang curah; dan
      7. Rekomendasi dari Penyelenggara Gudang Berikat dalam hal izin PDGB; dan
  6. Melakukan pemeriksaan terhadap:
    1. Kontrak kerja sama antara Pengusaha Gudang Berikat atau PDGB dengan perusahaan tujuan distribusi untuk perusahaan yang mendistribusikan barang ke manajemen yang berbeda; dan
    2. Keterkaitan antara jenis barang yang ditimbun oleh Pengusaha Gudang Berikat atau PDGB dengan izin kawasan berikat, izin toko bebas bea, izin usaha industri, atau izin usaha yang lain yang dipersamakan dengan izin usaha industri dari perusahaan tujuan distribusi.
  7. Melakukan pemeriksaan lainnya terkait pemenuhan kriteria, yang dipandang perlu berdasarkan prinsip manajemen risiko, seperti:
    1. Sistem Pengendalian Internal (SPI) perusahaan;
    2. Analisa dampak ekonomi yang dihasilkan dari pemberian izin Gudang Berikat; dan
    3. Pemenuhan kewajiban sebagai Gudang Berikat.
  8. Pemeriksaan dokumen, lokasi, dan penerbitan berita acara pemeriksaan lokasi dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak tanggal kesiapan pemeriksaan lokasi sesuai pernyataan yang disampaikan dalam permohonan;
  9. Tata cara penyampaian permohonan dilakukan sesuai dengan Lampiran huruf B PER-18/BC/2019;
  10. Berita Acara Pemeriksaan Dokumen dan Lokasi sesuai contoh format Lampiran huruf A PER-18/BC/2019.


PASAL 13 PER-18/BC/2019 TENTANG TATA LAKSANA GUDANG BERIKAT

PEMAPARAN PROSES BISNIS

  1. Pihak yang akan menjadi penyelenggara Gudang Berikat, Pengusaha Gudang Berikat, atau PDGB harus melakukan pemaparan proses bisnis kepada Kepala Kantor Wilayah;
  2. Pemaparan dilakukan oleh wakil anggota direksi perusahaan;
  3. Pemaparan dilakukan paling cepat pada hari kerja berikutnya atau paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah tanggal penerbitan berita acara pemeriksaan dokumen dan lokasi;
  4. Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri memberikan:
    1. Persetujuan dengan menerbitkan Keputusan Menteri Keuangan mengenai izin Penyelenggara Gudang Berikat, izin Pengusaha Gudang Berikat, atau izin PDGB; atau
    2. Penolakan dengan menerbitkan surat penolakan yang disertai dengan alasan penolakan
  5. Persetujuan atau penolakan diberikan paling lama 1 (satu) jam setelah pemaparan selesai dilakukan.


Sumber :

https://kwbcsumut.beacukai.go.id/prosedur-pengajuan-fasilitas-gudang-berikat

Wednesday, December 8, 2021

Apa itu Gudang Berikat?

Selain Kawasan Berikat, salah satu bentuk fasilitas dari Kementerian Keuangan kepada perusahaan yang diatur dan dijalankan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah Gudang Berikat. 

Gudang berikat adalah Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun barang impor, dapat disertai 1 (satu) atau lebih kegiatan berupa pengemasan/pengemasan kembali, penyortiran, penggabungan (kitting), pengepakan, penyetelan, pemotongan, atas barang-barang tertentu dalam jangka waktu tertentu untuk dikeluarkan kembali

Tempat Penimbunan Berikat itu sendiri adalah bangunan, tempat, atau kawasan yang memenuhi persyaratan tertentu yang digunakan untuk menimbun, mengolah, memamerkan dan/atau menyediakan barang untuk dijual dengan mendapatkan penangguhan Bea Masuk.

Selain mendapatkan penangguhan bea masuk, kepada Gudang Berikat juga diberikan fasilitas kemudahan pelayanan perijinan, kemudahan pelayanan kegiatan operasional dan kemudahan kepabeanan dan cukai lainnya. 

Terhadap Gudang Berikat juga dapat dilakukan pemeriksaan pabean dalam rangka pengawasan, namun dilakukan secara selektif berdasarkan manajemen resiko dengan tetap menjamin kelancaran arus barang.

Ada 3 (tiga) jenis Gudang Berikat, yaitu:

  1. Gudang Berikat Pendukung Kegiatan Industri, yaitu Gudang Berikat yang menimbun dan menyediakan barang impor untuk didistribusikan kepada industri di dalam daerah pabean atau Kawasan Berikat. Industri yang dimaksud dapat berupa: manufaktur, pertambangan, alat berat, atau industri jasa perminyakan;
  2. Gudang Berikat Pusat Distribusi Khusus Toko Bebas Bea, yaitu Gudang Berikat yang menimbun dan mendistribusikan barang impor ke Toko Bebas Bea; atau
  3. Gudang Berikat Transit, yaitu Gudang Berikat yang menimbun dan mendistribusikan barang impor ke luar daerah pabean.

Sedangkan subjek Gudang Berikat itu sendiri ada 3 (tiga), antara lain:

  1. Penyelenggara Gudang Berikat, yaitu pihak yang melakukan kegiatan menyediakan dan mengelola kawasan untuk kegiatan pengusahaan kawasan berikat, izinnya ditetapkan oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri Keuangan dan mempunyai masa berlaku ijin selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang;
  2. Pengusaha Gudang Berikat, yaitu pihak yang melakukan kegiatan pengusahaan Gudang Berikat, izinnya ditetapkan oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri Keuangan dan mempunyai masa berlaku ijin selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang;
  3. Pengusaha di Gudang Berikat merangkap Penyelenggara di Gudang Berikat (PDGB).


Sumber :

https://bcbogor.beacukai.go.id/layanan/gudang-berikat/

Tempat Penimbunan Berikat

Tempat Penimbunan Berikat adalah bangunan, tempat atau kawasan yang memenuhi persyaratan tertentu yang digunakan untuk menimbun, mengolah, memamerkan dan/atau menyediakan barang untuk dijual dengan mendapatkan penangguhan Bea Masuk.

Terdapat 6 (enam) jenis Tempat Penimbunan Berikat (TPB) yaitu 

  1. Gudang Berikat (GB), 
  2. Kawasan Berikat (KB), 
  3. Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat (TPPB), 
  4. Toko Beras Bea (TBB), 
  5. Tempat Lelang Berikat (TLB), 
  6. Kawasan Daur Ulang Berikat (KDUB).

Mari kita bahas satu persatu definisi dari 6 jenis TPB diatas

  1. Gudang Berikat adalah Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun barang impor, dapat disertai 1 (satu) atau lebih kegiatan berupa pengemasan/pengemasan kembali, penyortiran, penggabungan (kitting), pengepakan, penyetelan, pemotongan, atas barang-barang tertentu dalam jangka waktu tertentu untuk dikeluarkan kembali.
  2. Kawasan Berikat adalah Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun barang impor dan/atau barang yang berasal dari tempat lain dalam daerah pabean guna diolah atau digabungkan, yang hasilnya terutama untuk diekspor.
  3. Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat adalah Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun barang impor dalam jangka waktu tertentu, dengan atau tanpa barang dari dalam Daerah Pabean untuk dipamerkan.
  4. Toko Bebas Bea adalah Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun barang asal impor dan/atau barang asal Daerah Pabean untuk dijual kepada orang tertentu.
  5. Tempat Lelang Berikat adalah Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun barang impor dalam jangka waktu tertentu untuk dijual secara lelang.
  6. Kawasan Daur Ulang Berikat adalah Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun barang impor dalam jangka waktu tertentu yang di dalamnya dilakukan kegiatan daur ulang limbah asal impor dan/atau asal Daerah Pabean sehingga menjadi produk yang mempunyai nilai tambah serta nilai ekonomi yang lebih tinggi.


Sumber :

https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2009/32TAHUN2009PP.htm

https://www.beacukai.go.id/faq/pengertian-tempat-penimbunan-berikat.html

http://repository.stei.ac.id/849/3/BAB%202%20TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf

Wednesday, November 24, 2021

'Kiamat' Kontainer Makin Gawat

'Kiamat' Kontainer Makin Gawat, Korsel Minta Bantuan ke RI

23 November 2021

Pemulihan ekonomi global dari pandemi Covid - 19 dinilai lebih cepat dari yang diekspektasi banyak pihak. Sehingga produksi dan perdagangan melonjak signifikan yang membuat ketidakseimbangan pasar, yang berimbas pada kekurangan bahan baku dan kelangkaan kontainer.

Menteri BUMN Erick Thohir bicara mengenai permasalahan rantai pasok global yang menjadi tantangan bagi Indonesia ke depan. Salah satu yang menjadi permasalahan adalah kelangkaan kontainer.

Kelangkaan kontainer terjadi karena tidak ada keseimbangan perdagangan dunia. Jadwal kapal berlayar semakin sedikit yang membuat harga pengiriman kargo atau freight melonjak drastis. Sehingga beberapa negara banyak terkendala pasokan bahan baku.

"Kontainer sangat kekurangan, kemarin saya rapat dengan Dubes Korea Selatan untuk pertama kali Korea Korea kekurangan untuk UREA Industri minta kita ekspor ke sana. Kebijakan perdagangan global disampaikan presiden waktu G20 supply chain ini mempengaruhi, sehingga kita diminta kirim raw material sebanyak-banyaknya," kata Erick dalam webinar Potret Masa Depan Industri Logistik Indonesia di Era Disrupsi, Selasa, (23/11/2021).

Erick mewanti-wanti perlu adanya antisipasi supaya tidak terjadi shock di Indonesia. terlebih ada tekanan global shock dimana harga komoditas sedang tinggi.

Selain itu Erick Thohir juga menyinggung biaya logistik Indonesia yang masih mahal. Dimana Indonesia tercatat 23% dari Gross Domestic Product (GDP), beda dengan Singapura hanya 8%, Malaysia 13%, dan India 13%.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo resah dengan gangguan rantai pasok global. Ini yang menjadi masalah bau yang menghantui dunia usai pandemi Covid - 19.

"Bingungnya negara-negara sekarang ini berkaitan dengan global supply chain dan ketergantungan kita pada satu, dua, tiga negara. Juga kesulitan kontainer, hampir semua ini karena disrupsi yang memang mengacaukan dan kompleksitas tambah, semakin bertambah," tegas Jokowi.


Sumber :

https://www.cnbcindonesia.com/news/20211123155050-4-293793/kiamat-kontainer-makin-gawat-korsel-minta-bantuan-ke-ri

Friday, September 3, 2021

Warehouse vs Logistik

Apa sih perbedaan perusahaan Warehouse dan Logistik?

5 Apr 2020

Masih banyak orang yang mengira kalau perusahaan Logistics dan Perusahaan Warehouse adalah perusahaan yang sama. Memang sama-sama memiliki gudang, tapi jika dilihat lebih dalam lagi, penggunaan gudang tersebut bisa dikatakan berbeda walaupun cuma sedikit.

Yuk kita bahas apa itu perusahaan Logistics dan apa itu perusahaan Warehouse.


Perusahaan Warehouse

Biasanya perusahaan ini adalah perusahaan pergudangan yang di mana di gudang ini akan memproduksi suatu bahan/barang dan menghasilkan jumlah dalam periode waktu tertentu yang nanti akan dikirimkan ke pelanggan sesuai pesanan. Warehouse tidak hanya menyimpan barang, tapi juga membuat, mengolah, dan mengirimkan ke para pelanggan.

Contoh perusahaan Warehouse : perusahaan STOQO, HappyFresh, PT.Gumindo, dan ID Commerce


Perusahaan Logistics

Perusahaan ini bisa disebut sebagai perusahaan yang bergerak di bidang transportasi dan juga pergudangan. Pergudangan di perusahaan logistik digunakan untuk menyimpan barang untuk sementara. Barang ini bisa berasal dari produsen atau perusahaan lain, yang menggunakan jasa perusahaan logistik untuk mengirimkan barang tersebut ke pelanggan.

Contoh perusahaan Logistik : ID Express, Ninja Xpress, Rara Delivery, JET Express, dan lain-lain


Intinya, kedua perusahaan ini bisa disatukan menjadi satu kategori menjadi Logistics&Warehouse. Soalnya, perusahaan ini sama-sama menggunakan gudang dan sama-sama melakukan pengiriman dari gudang ke konsumen atau ke produsen yang lain. Bedanya hanya penggunaan gudang yang ke dua perusahaan ini miliki.

Sumber : https://www.workmate.asia/id/blog/apasih-perbedaan-perusahaan-warehouse-dan-logisitik


Ketahui Apa Itu Warehouse & Logistik, Serta Kegunaannya

June 2, 2021

Warehouse dan logistik mempunyai fungsi yang berbeda meskipun tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Mari kita pahami lebih dalam mengenai perusahaan warehouse dan perusahaan logistik serta perbedaan mendasar dari keduanya.


Pengertian Perusahaan Warehouse

Perusahaan warehouse adalah perusahaan yang bergerak di jasa pergudangan. Akan tetapi, perusahaan warehouse tidak hanya menyimpan barang. Perusahaan ini juga memproduksi produk dengan jumlah tertentu pada periode tertentu untuk kemudian dikirimkan kepada para pelanggan sesuai dengan pesanan yang dibuat.


Pengertian Perusahaan Logistik

Perusahaan logistik lebih fokus di jasa transportasi dan pergudangan. Memang benar bahwa perusahaan logistik dan warehouse adalah perusahaan yang sama-sama bergerak di bidang pergudangan. Akan tetapi, perusahaan logistik menggunakan pergudangannya hanya untuk menyimpan produk untuk sementara. 

Perusahaan logistik tidak memproduksi barang yang disimpan di dalam warehouse sendiri. Barang yang disimpan dalam pergudangan perusahaan logistik berasal dari perusahaan lain yang menggunakan layanan perusahaan logistik untuk mengirimkan barang tersebut ke alamat pengiriman pelanggan.


Warehouse Logistik

Jika disederhanakan, perusahaan warehouse adalah pergudangan perusahaan yang memproduksi barang untuk dikirim langsung ke pelanggan, sementara perusahaan logistik adalah perusahaan jasa pengiriman yang menggunakan pergudangan untuk menyimpan barang kiriman pelanggan untuk sementara.

Akan tetapi, kedua jenis perusahaan ini sering disatukan ke dalam satu kategori, yaitu warehouse logistik. Mengapa demikian? Lihat saja, kedua perusahaan tersebut sama-sama memakai pergudangan dalam rantai produksinya. Selain itu, keduanya juga sama-sama mengirim produk dari gudang ke pelanggan baik konsumen maupun produsen lain. Tidak heran jika kedua perusahaan tersebut sering dianggap sama walaupun pemanfaatan gudang logistik dan warehouse adalah berbeda sama sekali.


Manfaat Warehouse Logistik

Berikutnya kita bahas manfaat warehouse logistik sehingga kita tak perlu ragu untuk menggunakan jasa perusahaan warehouse logistik. 

Alasan pertama untuk menggunakan jasa perusahaan warehouse logistik adalah kontrol kualitas barang yang disimpan di dalamnya. Perusahaan warehouse logistik menyediakan fasilitas yang sesuai dengan barang yang akan disimpan. Gudang produk makanan misalnya mempunyai fasilitas yang berbeda dengan gudang penyimpanan barang bukan makanan. Kualitas produk yang disimpan dalam gudang tetap terjaga sebelum dikirim karena kondisi produk akan dicatat secara berkala.

Selain itu, warehouse juga menjadi pusat informasi yang berguna bagi perusahaan. Dari warehouse, perusahaan bisa mendapatkan informasi mengenai ketersediaan produk, permintaan dan penawaran, perputaran produk, dan pergerakan produk tersebut ke konsumen. Dari data tersebut, produsen bisa mengambil keputusan berdasarkan produk mana yang akan tren maupun tidak.

Karena lengkapnya data warehouse, pengiriman produk akan menjadi lebih efisien. Tak hanya membuat produk lebih cepat diterima oleh konsumen, menggunakan jasa warehouse juga akan membuat kepuasan pelanggan meningkat.

Walaupun pada dasarnya warehouse adalah tempat untuk menyimpan produk, warehouse juga bisa memberikan ruang untuk merakit barang sebelum dikirim ke konsumen. Warehouse juga bisa menjadi pusat pengembalian barang.

Sumber : https://blog.shipper.id/tips/ketahui-apa-itu-warehouse/

Tuesday, July 28, 2020

How COVID-19 Has Changed Consumer Behaviors And The Supply Chains That Serve Them

Jul 28, 2020
By Öykü Ilgar, SAP

As COVID-19 continues to affect our lives and forces us to change our daily routines, our shopping habits are evolving. As I look at my monthly bills, most of them are for necessities such as food, and very little is on luxury or discretionary items. According to McKinsey, this “conscious consumption” has been a widely adopted behavior and purchases are mainly centered on basic needs.

Buyers, through necessity, have started to use online shopping.  Generations that previously would not have dreamt of buying something online as they have to “feel and touch” something before they buy it, are realizing that the comfort of reaching various goods with one click and picking up the groceries from the front door, has its benefits.


The challenges of a Covid-19 world

All of this of course has had a dramatic impact on the supply chains that service this market.

For the past few months uncertainty about demand, unstable supply and constrained capacity have been the biggest challenge around the globe.

The pandemic has clearly shown us that an effective running supply chain should focus not only the cost factor but also balancing this with managing risk by improving resiliency and agility to cope with such demand and supply disruptions.

As a result, we have seen companies re-design and re-think supply chain processes.


Last Mile Delivery

My monthly bills show that I am ordering 90% of the things I buy on-line. Let’s just walk backwards through the supply chain to see how this shift has affected the processes that make this happen.

As more and more people expect a delivery to their doorstep, the volume and size of shipments have changed considerably. This was highlighted in a recent podcast with Lorcan Sheehan, the founder and CEO of PerformanSC, who discussed how supply chains have been “shocked” by the COVID-19 crisis.

“I think the other big change that we will continue to see is the shift in channels,” said Lorcan. “That has been happening for quite some time. There will be new ways of getting products into consumer hands. There will be new marketplaces that will exist. There will be new ways that consumers can interact more directly with the companies.”

Recently, businesses are more focused on enhancing the last mile capabilities to suit changes while both protecting the customers and the delivery personnel. Contactless delivery has become a buzzword during the crisis, and it is unlikely to disappear in the post- COVID-19 world.

In China, delivery app Meituan Dianping launched a contactless delivery initiative across various districts to send grocery orders by using autonomous vehicles. In Ireland, Manna Aero received a license from the Irish Aviation Authority to do drone deliveries for a restaurant chain in Dublin. If you order your meal using the Camile Thai restaurant app, you can drop a pin where you want the drone to deliver the order by using satellite view of the street. The same drone company pivoted and delivered groceries and medicines to vulnerable people in lockdown.


Pop-up Warehouses

With the extreme fluctuations and changes in customer demand during the crisis, pop-up warehouses have become an ideal solution for rapid order fulfillment. Renting and stocking the warehouses close to the end consumers is the time and cost-effective way to process, especially when there is a peak in demand.

Richard Kirker, Global Solution Lead for Extended Warehouse Management at SAP, explained the scope of Pop-up Warehouses in our supply chain podcast and said “The idea with pop up warehouses is not just to set up temporary warehouses but permanently simple warehouses. It can be extended with as much as functionally you like with the full EWM (Extended Warehouse Management) software.”


Planning and Simulation

What we see as a result of COVID-19 is not only the importance of data, but more importantly the ability to leverage it to generate different scenarios and make more agile decisions across the supply chain.

By using integrated business planning capabilities, businesses can optimize their resource efficiency. They can make use of real time visibility to both supply and demand to perform scenario planning, and inventory optimization strategies.


A great example is the residential market for tissue paper, which exploded because of heavy demand. Isabelle Leclerc, VP at Cascades, discussed the tissue paper industry in one of our supply chain podcast series, mentioning that businesses that usually sell in bulk to institutions are responding to the drop in demand in this market and the increase in the consumer market. Leclerc said “The demand has shifted and changed. The distributers of this market reinvented the model and went online to support the end consumers.”

Leclerc continued “As you know, manufacturing is stable and it is working for 24 hours, we needed more manufacturing capacity within a couple of weeks. Our way of doing that was to rationalize our portfolio and became more efficient in manufacturing, so we can have better outputs.” Cascades, one of the best-known tissue paper manufacturer in North America, chose to move forward with an agile approach to adapt market changes in the right time


Alternate Sourcing Strategies

Another tip coming from Leclerc, VP at Cascades. “Diverse sourcing and digitization will be the key to build stronger, smarter supply chains.” When the crisis knocks on the door, businesses need to figure out how to quickly find alternate sourcing strategies. What if something happens to a manufacturing plant or country? What is the level of inventory needed, and where should it be? And many more questions.


End-to-End Visibility

Founder and president of global logistics research and consulting firm Logistics Trends & Insights, Cathy Roberson remarks on the importance of supply chain transparency and agility in our coronavirus themed podcast. Roberson points out that “Businesses need to monitor the environment. To understand and adapt to the changes in the markets and mitigating the possible risks internally, players needs to understand what is going on in the environment”.


Employee Safety

Crises also lead businesses to invest more in improving their environment, health and safety operations. Businesses which have an ability to monitor the full picture of the potential risks within the factory can give agile responses and mitigate the possible risks.

What we also saw with COVID-19 is that manufacturing companies with high levels of automation did not have as many productivity issues as the more labor-intensive ones that were affected by physical distancing.

To reduce the financial impact and many other economic challenges of the crisis, manufacturers realized the importance of investing more in automation and transforming manufacturing processes with Industry 4.0.


The pandemic has changed how we think of, and leverage supply chains moving forward. 

As we change the way we shop, dine and entertain ourselves, supply chains must evolve to create the future we need in these unprecedented times.

The next time you click to order, think of the complex supply chain that delivers on that digital promise.

To find out the latest trends, check out The Digital Supply Chain podcast,  a twice weekly show hosted by SAP Innovation Evangelist Tom Raftery, discussing thought leadership, best practices, and the latest innovations in delivering a sustainable supply.


Sumber :
https://www.forbes.com/sites/sap/2020/07/28/how-covid-19-has-changed-consumer-behaviors-and-the-supply-chains-that-serve-them/#62362f1f150f

Saturday, June 27, 2020

FIFO


FIFO adalah singkatan dari First In, First Out (Pertama Masuk, Pertama Keluar), yang merupakan cara mengatur sesuatu terhadap waktu dan prioritas. Prinsip ini digunakan sebagai teknik pengolahan antrean untuk melayani permintaan yang saling bertentangan dengan proses pemesanan berdasarkan perilaku first-come, first-served (FCFS): di mana orang-orang meninggalkan antrean dalam urutan mereka tiba, atau menunggu giliran satu di sebuah sinyal kontrol lalu lintas.

FCFS juga merupakan jargon istilah untuk sistem operasi penjadwalan algoritme FIFO, yang memberikan setiap proses CPU waktu sesuai dengan urutan mereka datang.

Terdapat prinsip lain selain FIFO yaitu LIFO (Last-In-First-Out), FILO (First-In-Last-Out), dan OFFO (On-Fire-First-Out).

Metode FIFO ini didasarkan pada asumsi bahwa aliran cost masuk persediaan harus dipertemukan dengan hasil penjualannya. Sebagai akibatnya, biaya per unit persediaan yang masuk terakhir dipakai sebagai dasar penentuan biaya barang yang masih dalam persediaan pada akhir periode (persediaan akhir).

Dalam penerapan metode FIFO berarti perusahaan akan menggunakan persediaan barang yang lama/pertama masuk untuk dijual terlebih dahulu. Jadi biasanya persediaan akhir barang dagangan akan dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang terakhir masuk. Metode FIFO cocok diterapkan pada perusahaan yang menjual produk yang memiliki masa kadaluarsa, seperti makanan, minuman, obat dan lain sebagainya.

Metode FIFO merupakan metode yang paling umum digunakan dalam penilaian persediaan.


Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/FIFO
https://www.jurnal.id/id/blog/2018-perbedaan-metode-persediaan-fifo-lifo-dan-average/

Related Posts