Pages

Friday, September 27, 2013

ERP dengan Excel

Menurut saya, ramai antara teman teman mengaku bahawa Excel itu “life saver’. Apa sahaja yang tidak bisa dilakukan di ERP sama ada terencana atau sebaliknya, biasanya dapat kita lakukan memakai Excel. Benar ka??? Memang sudah terbiasa kita mendengar dari sang penjual ERP bahawa ERP bisa melakukan semuanya. Walau bagaimanapun kita yakin terus pada Excel untuk memanage, menganalisa dan merencanakan supply chain kita. Kita amat nyaman bersama Excel.

Dengan arsenal kapabilitas yang ada, ramai yang menganggap Excel sebagai “unspoken ERP”. Excel merupakan perangkat perencanaan paling awal yang pernah saya gunakan. Walaupun penggunaan tersebut terbatas pada demand supply balancing yang sederhana, menurut saya ia jauh lebih mudah, lebih cepat dan lebih efektif dari ERP system saya saat itu. Sampai saat ini saya masih pakai Excel untuk menganalisa data dan sebagai satu perangkat pengukur.  Memang saya peminat Excel! Yang harus kita hati-hati adalah: banyak area pengelolaan global supply chain yang tidak cukup dengan pakai Excel sahaja.

Nah ini ada satu analogi – saat bermain golf, apakah harus pakai driver termahal atau cukup dengan 9 iron ? The right answer depends on what kind of shot you need!  Kalau anda berada di tee Par 3, jawaban  sudah cukup jelas walaupun ramai ahli golf punya masaalah memilih club yang cocok. Hal ini sama terkait keputusan yang harus diambil pada supply chain management. Kita harus pasti sebagai seorang ahli professional di supply chain untuk mengerti kapan sebuah tantangan dilapangan membutuhkan alat yang lebih mutakhir.

Saya pengen berbagi beberapa persyaratan yang tidak dapat dipenuhi ketika mencoba untuk mengelola supply chain yang lebih canggih dengan Excel:

 Apabila anda punya multiple data sources di beberapa tempat atau lokasi dari beberapa sumber yang berbeda termasuk suppliers dan customers
Aabila anda menghabiskan lebih banyak waktu mengumpul data daripada bekerja dengan informasi (working with information)

Apabila supply chain anda menjadi lebih rumit – bukan sekadar menentukan supply dan demand berdasarkan due date sahaja. Anda harus mengalokasikan barang berdasarkan prioritas  atau pelanggan; anda menggunakan aggregated atau disaggregated forecasts menggunakan rasio perencanaan yang berbeda; anda menggunakan alternative sourcing, substitute atau kebijakan inventori yang bervariasi

Apabila anda mendapati bahawa anda tidak lagi bisa merespon pada variabilitas demand secara efektif dan menguntungkan

Apabila anda harus melakukan simulasi  ‘what if’ dalam hitungan menit atau detik versus jam, hari atau minggu.

Apabila siklus S & OP anda terlalu panjang dan sulit untuk mencapai konsensus sebelum siklus berikutnya dimulai

Jika teman2 telah menerapkan Excel sebagai alat stop gap di salah satu situasi tsb, saya pikir anda akan setuju bahawa anda hanya dapat menemukan nilai yang terbatas. Pada awal 80-an, ramai yang befikir mereka bisa membuat solusi apa sahaja dengan menggunakan Excel. Yang jelas, sampai saat ini, situasi tersebut masih belum berubah. Jika gejala di atas pernah anda temu, anda mungkin telah sampai ke batas akhir kapabilitas Excel. Anda mungkin hanya perlu mengganti klub golfnya untuk tembakan supply chain yang lebih sulit.

Salam
Ramlee

Sumber : milis Asosiasi Logistik Indonesia [ALI]

Monday, September 2, 2013

Mengenal Supply Chain Management

BY Niniet Indah Arvitrida

Tulisan ini hanya bertujuan untuk memandu pengenalan terhadap ilmu Supply Chain Management (SCM), atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Manajemen Rantai Pasok, dengan bahasa yang lebih mudah untuk kalangan orang awam. Untuk ilmu yang lebih dalam mengenai apa itu SCM, silahkan membeli buku yang spesifik membahas mengenai SCM yang dikarang oleh orang-orang yang memiliki kompetensi dalam bidang SCM. Bagi pemula, saya sangat menyarankan untuk membeli buku daripada melakukan browsing di internet, karena pengetahuan yang disajikan oleh buku lebih tersusun sistematis, sehingga alur logikanya bisa kita tangkap dan kita uraikan sendiri. Adapun beberapa buku yang sementara ini bisa saya rekomendasikan bagi pemula dalam memahami dasar-dasar ilmu SCM adalah sebagai berikut.

1. Supply Chain Management : Strategy, Planning, and Operation, karangan Sunil Chopra dan Peter Meindl (English)

2. Supply Chain Management, karangan Nyoman Pujawan dari ITS (Indonesian)

Sebenarnya banyak sekali buku-buku SCM yang beredar di pasaran, namun kebanyak dari buku-buku tersebut sudah memiliki spesialisasi terhadap fungsi SCM yang dibahas, misal, untuk fungsi ERP, SAP, logistik, transportasi, distribusi, produksi, dll.

Sedangkan Laboratorium pertama di Indonesia yang banyak melakukan riset tentang SCM ada di Jurusan Teknik Industri – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, yaitu Laboratorium Logistics and Supply Chain Management (LSCM) , yang didirikan oleh Prof. Nyoman Pujawan. Untuk kontak dengan lab tersebut, bisa via email labscm@gmail.com.

Ok, sekarang kita mulai spesifik masuk ke pengertian Supply Chain itu sendiri. Menurut Pujawan (2005) Supply Chain adalah jaringan perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk sampai ke end customer. Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya terdiri dari rangkaian supplier/pemasok, pabrik, distributor, toko atau ritel, serta perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik.

Pada suatu supply chain, ada 3 macam aliran yang harus dikelola mulai dari hulu (upstream, yaitu sisi dimana barang masih berbentuk raw) hingga ke hilir (downstream, yaitu sisi dimana barang sudah berbentuk final product atau end item yang siap dikonsumsi oleh end customer), yaitu aliran material, informasi, dan uang.

Sedangkan SCM sebenarnya sudah mulai dikenalkan sejak tahun 1982 oleh Oliver dan Weber. Kalau Supply Chain adalah jaringan fisiknya (karena terdiri dari perusahaan-perusahaan), sedangkan SCM adalah ilmunya, metode, alat, atau pendekatan untuk mengeolal Supply Chain tersebut SCM menghendaki pendekatan yang terintegrasi mulai dari hulu hingga hilir, karena memiliki prinsip 3C, yakni Coordination, Cooperative, dan Cooperation antar seluruh pelaku dalam Supply Chain tersebut.

Berikut ini adalah beberapa ilustrasi sederhana mengenai SCM.

Gambar pertama dan kedua menggambarkan bahwa aliran-aliran yang terjadi di sepanjang supply chain harus dikelola secara terintegrasi, sehingga barang bisa sampai tepat waktu dan tepat jumlah di tangan end customer, dengan beroperasi secara efektif dan efisien, dan meminimumkan distorsi informasi antar pelaku supply chain.

Sumber:
http://arvietrida.wordpress.com/

Friday, July 26, 2013

Cerita Implementasi SAP ERP System

Perusahaan kami telah mengimplementasikan SAP selama 2 Th. Sebenarnya dalam mengimplementasikan sebuah ERP ( baik SAP, BAAN, Symix, Mincom dll ) tidak ada yang namanya "yang mana telur dan yang mana ayam". Kenapa saya bilang begitu ???? Sudah disepakati secara UMUM, Laporan keuangan merupakan barometer kegiatan usaha. Mau tidak mau, setuju tidak setuju bagaimanapun kita harus akui bahwa pembuatan Laporan Keuangan terletak dibagian Financial Accounting.

Nah yang menjadi pertanyaan, apabila si akuntan ngotot minta FI/CO ( modul Accounting di SAP ) diimplementasikan Accounting terlebih dahulu, atau apabila si insinyur produksi ngotot minta Prod Planning ( modul produksi di SAP) diimplementasikan untuk produksi terlebih dahulu, atau apabila si Mgr PPC/Purchasing ngotot minta Material Mgmt ( salah satu modul di SAP) diimplementasikan untuk management inventory terlebih dahulu, atau apabila si Salesman ngotot minta Sales Distribution ( modul produksi di SAP) diimplementasikan marketing terlebih dahulu, dan lain sebagainya ....

Apakah diperlukan urutan untuk mengimplementasikan modul-2 tsb diatas??
Jawabannya tidak perlu....kita dapat mengimplentasikan ERP dengan beberapa modul sekaligus.

Yang terpenting membentuk suatu siklus yang muaranya menjadi laporan keuangan.Kalau tidak bisa membuat siklus ( kasarnya setiap modul bediri sendiri dan tidak conect ke modul lain) system ERP yang mahal akan mubazir diterapkan alias buang - buang duit saja.


Contoh sederhana di system SAP u/manuf :

Modul SD
Salesman terima PO dari Customer dan menginput PO tersebut di sebagai Sales
Order yang nantinya berfungsi sbg
1. Permintaan Produksi ke PPIC ( bagi perusahaan manufacture)
2. sebagai dasar pembuatan dokumen-2 untuk intern ( surat jalan dll)
maupun extern ( Invoice, F.Pajak dll )

Modul MM
1. Berdasarkan SO dari marketing, PPIC merencanakan produksi,melakukan penyediaan material untuk produksi membuat PO (prod Order) ke Pabrik sebagai perintah produksi.
2. Agar material u/prod terjamin cukup atau tidak berlebihan, PPIC dapat melihat ketersediaan Inventory digudang. Apabila material belum ada PPIC akan meminta bagian Purchasing untuk membeli barang.
3. Selanjutnya Purchasing membuat PO ( Purchasing Order) ke Vendor dan diterima Oleh Gudang.Setelah barang diterima oleh gudang, Purchasing akan mencatat Invoice / faktur dari Vendor sebagai Utang.
4. Selanjutnya berdasarkan Prod Order, Gudang akan mengirim barang ke bagian Produksi.

Modul PP
1. Berdasarkan Prod Order, melakukan Produksi . Disini semua material dan tenaga Kerja dipakai dicatat.
2. Setelah selesai dikirim ke gudang

Modul FI/CO
1.Memverifikasi t serta meng automatic counting Cost product
2. Melakukan pencatatan Pembayaran Utang dan Penerimaan Piutang
3. Memverifikasi laporan keuangan yang timbul dari transaksi tsb diats ( jurnal terjadi secara Automatic)

PO Cust---> Permintaan Barang o/Marketing ke PPIC--> Permintaan Produksi oleh PPIC ke Pabrik ----> Produksi oleh Pabrik ----> Pembuatan dan Penagihan Invoice ke Customer oleh Acc/Fin ----> Lapoaran Keuangan

paling tidak modul diatas dapat diimplementasikan serentak.


Salam ERP
Team Help Desk

Sumber: www.erpweaver.com

Wednesday, July 10, 2013

Manajemen Persediaan: Pengantar

Persediaan (inventory)  adalah stok atau item-item yang digunakan untuk mendukung produksi (bahan baku dan barang setengah jadi), kegiatan-kegiatan (perawatan, perbaikan, dan operating supplies), dan pelayanan pelanggan (barang jadi dan suku cadang). Dalam theory of contraints, item-item tersebut dibeli untuk dijual kembali, mencakup barang jadi, barang setengah jadi, dan bahan baku (APICS Dictionary, 10th ed.)

Menurut Stock & Lambert (2001), persediaan harus diadakan dengan beberapa alasan, yaitu: (1) economies of scale, yaitu pengadaan akan bersifat ekonomis jika mencapai jumlah tertentu, (2) keseimbangan jumlah pasokan dan permintaan, (3) spesialisasi, (4) melindungi dari ketidakpastian, dan (5) sebagai penyangga (buffer) sepanjang rantai pasok.

Persediaan dapat dibedakan atas beberapa jenis atau tipe, yaitu: persediaan siklus (cycle stock), persediaan in-transit, persediaan pengaman atau penyangga (safety atau buffer stock), persediaan spekulatif (speculative stock), persediaan musiman (seasonal stock), dan dead stock.

Konsekuensi dari adanya persediaan adalah munculnya biaya-biaya yang harus dikeluarkan. Biaya utama persediaan dapat dibedakan atas: inventory carrying costs, order/setup costs, expected stock-out costs, dan in-transit inventory carrying costs.

Inventory carrying costs mencakup: biaya modal (capital cost), biaya ruang penyimpanan (storage space cost), biaya pelayanan persediaan (inventory service cost), dan biaya risiko persediaan (inventory risk cost).

Jumlah persediaan harus dikelola pada suatu tingkat yang optimal. Jumlah persediaan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan berdampak terhadap biaya atau risiko tertentu.
a. Jumlah atau tingkat persediaan yang tinggi memang memberikan beberapa keuntungan, seperti jaminan terpenuhinya pasokan untuk kegiatan produksi atau pemenuhan permintaan pelanggan. Namun, konsekuensi dari tingkat persediaan yang tinggi adalah biaya besar yang harus ditanggung, baik biaya modal maupun biaya risiko persediaan. Risiko persediaan mencakup risiko-risiko: kehilangan, kerusakan, dan keusangan (obsolescence).

b. Dengan jumlah atau tingkat persediaan yang rendah, berarti biaya modal yang dikeluarkan juga rendah. Namun, jumlah atau tingkat persediaan yang rendah berdampak terhadap jaminan pasokan yang rendah untuk produksi dan pemenuhan permintaan pelanggan. Apabila produksi dan pemenuhan permintaan pelanggan terganggu, maka terjadi kehilangan peluang penjualan (lost of sales) hingga kehilangan pelanggan (lost of customers).

Dead Stock

Secara umum "inventory" untuk orang finance merupkan satu "asset". Akan tetapi untuk kita di jurusan operasi harus menganggapnya satu "liability" karena tiap satu unit inventory yang disimpan tidak mempunyai nilai (value).

Karena inventory yang disimpan dan tidak dijual menaggung kos - opportunity cost. Kalo tidak disimpan, opportunity cost nya dlm bentuk interest yang bisa dapet apabila wang itu diinvestasi di bank. Kalo bicara slow moving atau regular inventory maka cost of money akan terikat sampei waktu stok itu dapet dijual.

Akan tetapi kalo dead stock, itu akan mendatangkan kos yang lebih tinggi dan merupakan risiko obsolosence dlm mana kos nya akan masuk obsolesence cost, dan lain kos lagi yang terkait termasuk write down kos apabila stok itu mati terus dan harus di buang atau dijual below cost of good sold (COGS) nya.

Garis ukur stok tersebut sebelum kita deklarasi skrap tergantung dasar policy organisasi masing masing. Garis umum: apabila stok itu dirancang sudah tentu perancanaan itu di buat atas pertimbangan lakunya stok itu - fast mover, medium atau slow mover?

Yang harus hati2 adalah medium dan slow mover oleh karena stok tipe ini mengandung risiko obsolesence.


Ramlee
Sumber : milis Asosiasi Logistic Indonesia

Transportasi

Transportasi merupakan salah satu komponen dalam sistem logistik (di samping persediaan, pergudangan, dan sistem informasi). Dengan membagi logistik menjadi dua aktivitas utama, yaitu pemindahan (flow) dan penyimpanan (storage), maka transportasi berperan dalam aktivitas pemindahan/pengiriman barang.

Dalam sistem logistik, aktivitas transportasi mencakup perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian aktivitas yang berkaitan dengan moda, vendor, dan pemindahan persediaan masuk dan keluar dalam suatu perusahaan.

Pemilihan moda merupakan permasalahan yang penting. Pemilihan moda dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal, seperti kondisi geografis, kapasitas, frekuensi, biaya (tarif), kapasitas, availabilitas, kualitas pelayanan dan reliabilitas (waktu pengiriman, variabilitas, reputasi, dll.).

Pada umumnya, moda transportasi dibedakan atas kereta api, truk, transportasi air, transportasi udara, dan pipa. Pemilihan moda didasarkan pada kriteria pemilihan yang ditunjukkan pada tabel berikut ini.


Tabel Kriteria Pemilihan Moda

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam transportasi adalah mengenai local pickup and delivery serta long-haul movements. Perusahaan terkait biasanya memperhatikan perbedaan karakteristik jangkauan atau jarak ini dengan strategi transportasi yang berbeda. Untuk local pickup and delivery, perusahaan biasanya menggunakan armada sendiri. Untuk long-haul movements, biasanya menggunakan outsourcing dari penyedia jasa logistik (third-party logistics provider).

Dalam transportasi, pertimbangan ekonomis mencakup jarak, volume, berat, kepadatan (density), dan bentuk (stowability). Pertambahan jarak, misalnya, akan berakibat bertambahnya biaya. Namun, pertambahan jarak tidak berbanding lurus dengan pertambahan biaya. Pertambahan biaya ini cenderung akan berkurang ketika jarak terus bertambah.

Volume dan berat barang atau produk akan mempengaruhi ekonomisasi transportasi, yaitu biaya per satuan berat barang. Semakin berat barang, maka biaya per satuan berat barang akan cenderung semakin murah.

Tingkat kepadatan dan kemudahan bentuk barang atau produk untuk disusun dalam moda transportasi juga akan mempengaruhi ekonomisasi transportasi. Semakin mudah penyusunan barang atau produk tersebut berarti transportasi semakin ekonomis, karena barang atau produk tersebut akan semakin memaksimalkan penggunaan kapasitas moda.

Semoga bermanfaat.

Salam,
Setijadi

www.SupplyChainIndonesia.com

Tuesday, March 26, 2013

Manajemen Persediaan



2.1    Manajemen Persediaan

2.1.1    Pengertian Persediaan
Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan dagang dan perusahaan industry serta perusahaan jasa. Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada keadaan bahwa perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan para pelanggannya sehingga kontinuitas perusahaan dapat teranggu karena sumber utama pendapatan perusahaan berasal dari penjualan persediaan. Ini berarti perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang seterusnya didapatkan.

Istilah persediaan memberikan pengertian yang berbeda-beda tetapi pada dasarnya maksud dan tujuannya adalah sama. Menurut C. Rolln Niwwonger, Philip E. Fess dan Carl S. Wareen : “istilah persediaan (inventories) merupakan barang dagangan yang disimpan untuk dijual dalam operasi perusahaan dan merupakan barang yang terdapat dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan itu”.

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam buku Standar Akuntansi Keuangan :
1.    Tersedia untuk dijual (dalam kegiatan operasi normal)
2.    Dalam proses produksi (dalam kegiatan usaha normal)
3.    Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supllies) untuk digunakan proses produksi atau pemberian jasa  

Persediaan mempunyai arti dan peranan yang penting dalam suatu perusahaan. Persediaan barang dagangan yang secara terus menerus dibeli dan dijual yang merupakan salah satu unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan, baik itu perusahaan dagang maupun perusahaan industry. Penjualan barang dagangan merupakan sumber utama penghasilan bagi perusahaan, karena sebagian besar sumber perusahaan tertanam dalam persediaan.

2.1.2    Jenis-jenis Persediaan
Persediaan yang terdapat dalam perusahaan dapat dibedakan atas :

a.    Jenis Persediaan Menurut Fungsinya
1.    Bacth Stock/Lot Size Inventory, yaitu persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar yang dibutuhkan pada saat itu. Jadi, dalam hal ini pembelian atas pembuatan yang dilakukan dalam jumlah besar sedangkan penggunaan atau pengeluarannya dalam jumlah kecil.
Terjadinya persediaan karena pengadaan barang atau bahan yang dilakukan lebih banyak lagi yang dibutuhkan. Keuntungan yang akan diperoleh dari adanya Bacth Stock/Lot Size Inventory ini adalah :
-    Memperoleh potongan harga pada harga pembelian
-    Memperoleh efisiensi produksi (manufacturing economic) karena adanya operasi (production run) yang lebih lama.
-    Adanya penghematan dalam biaya pengangkutan

2.    Fluctuation Stock, yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang dapat diramalkan. Dalam hal ini perusahaan mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen. Apabila tingkat permintaan menunjukkan keadaan yang tidak beraturan atau tidak tetap dan fluktuasi permintaan yang sangat besar, maka persediaan yang dibutuhkan sangat besar pula untuk menjaga kemungkinan naik turunnya permintaan tersebut.

3.    Anticipation Stock, yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan/penjualan atau permintaan yang meningkat. Disamping itu, menurut Rangkuti Freddy dalam buku Manajemen Persediaan, “anticipation stock juga dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan sukarnya diperoleh bahan-bahan sehingga tidak mengganggu jalannya produksi atau untuk menghindari kemacetan produksi”.

b.    Jenis-Jenis Persediaan Menurut Cara Pengolahannya Dan Posisi Barang
1.    Persediaan bahan baku (Raw Material Stock) yaitu persediaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi.
2.    Persediaan bagian produksi atau parts yang dibeli (Purchased Parts/Component Stock), yaitu persediaan barang yang terdiri dari parts yang diterima dari perusahaan lain yang dapat secara langsung tanpa melalui proses produksi selanjutnya.
3.    Persediaan bahan-bahan pembantu atau bahan-bahan pelengkap (supplier Stock), yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi.
4.    Persediaan barang setengah jadi atau barang-barang dalam proses (Works in Process/Progress), yaitu barang-barang yang dikeluarkan dari tiap-tiap bagian dalam suatu pabrik atau bahan-bahan yang diolah menjadi suatu bentuk tetapi masih perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi.

2.1.3    Klasifikasi Manajemen Persediaan (Inventory)
Ada beberapa macam klasifikasi inventori, menurut Dobler at al, ada beberapa klasifikasi inventori yang digunakan oleh perusahaan, antara lain:
a.    Inventori Produksi
Yang termasuk dalam klasifikasi invetori produksi adalah bahan baku dan bahan-bahan lain yang digunakan dalam proses produksi dan merupakan bagian dari produk. Bisa terdiri dari dua tipe yaitu item spesial yang dibuat khusus untuk spesifikasi perusahaan dan item standart produksi yang dibeli secara off-the-self.

b.    Inventori MRO (Maintaintenance, Repair, and Operating supplies)
Yang termasuk dalam katagori ini adalah barang-barang yang digunakan dalam proses produksi namun tidak merupakan bagian dari produk. Seperti pelumas dan pembersih.

c.    Inventori In-Process
Yang termasuk dalam katagori inventori ini adalah produk setengah jadi. Produk yang termasuk dalam katagori inventori ini bisa ditemukan dalam berbagai proses produksi.

d.    Inventori Finished-goods
Semua produk jadi yang siap untuk dipasarkan termasuk dalam katagori inventori finished goods. PT XYZ adalah sebuah swalayan yang menjual produk-produk yang siap untuk dipakai. Tidak ada proses pengolahan yang ada disana, sehingga semua inventori yang dimilikinya termasuk dalam katagori ini. Setelah diperhatikan definisi inventory diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan persediaan bahan baku adalah barang-barang berwujud yang dimiliki dengan tujuan untuk diproses menjadi barang jadi. Barang ini dihasilkan sendiri dan dibeli dari perusahaan lain yang merupakan produk akhir dari perusahaan itu sendiri barang ini merupakan bahan utama dalam menghasilkan produk akhir, persediaan barang penolong atau pembantu adalah bahan-bahan yang diperlukan untuk menghasilkan produk akhir, api tidak secara langsung ikut serta dalam hasil produk akhir. Persediaan barang dagangan adalah barang-barang yang dibeli dan dimiliki oleh perusahaan dagang untuk dijual kembali. Salah satu perlunya inventory dilaksanakan dengan baik yaitu mengetahui secara pasti harga pokok dari barang-barang dagangan yang terjual. 

Disamping itu untuk menjamin lancarnya arus lintas barang maka perlu diadakan pencatatan terhadap segala penerimaan barang yang berasal dari supplier,barang yang dipesan oleh langganan, barang yang terjual, barang yang dikembalikan oleh langganan dan penyesuaian-penyesuaian (adjusment) terhadap barang. Atas dasar pencatatan tersebut nantinya dapat diketahui antara lain barang mana yang banyak tertimbun (over stock) barang mana yang harus dipesan kembali kepada supplier karena persediannya sudah menipis, apabila terjadi pemesanan barang kepada supplier, maka pemesanan ini perlu pula dicatat untuk mendapatkan informasi tentang inventory yang lengkap, bila segala transaksi yang disebut 4 diatas tidak dicatat dengan baik maka akan menemui kesulitan untuk mengetahui keadaan inventory secara pasti pada suatu saat misalnya kesulitan untuk mengetahui berapa jumlah persedian barang yang ada dan yang sudah dipasarkan serta jumlah barang yang sudah dipesan oleh langganan (Quantity Committed) dan berapa jumlah barang yang dipesan kepada supplier (Quantity Sold) dan informasi penting lainnya. Mengurangi inventori barang. Inventori merupakan aset perusahaan yang berkisar antara 30%-40% sedangkan biaya penyimpanan barang berkisar 20%-40% dari nilai barang yang disimpan.

2.2    Alasan Memiliki Persediaan
Laba yang maksimal dapat dicapai dengan meminimalkan biaya yang berkaitan dengan persediaan. Namun meminimalkan biaya persiapan dapat dicapai dengan memesan atau memproduksi dalam jumlah yang kecil, sedangkan untuk meminimalkan biaya pemesanan dapat dicapai dengan melakukan pesanan yang besar dan jarang. Jadi meminimalkan biaya penyimpanan mendorong jumlah persediaan yang sedikit atau tidak ada, sedangkan meminimalkan biaya pemesanan harus dilakukan dengan melakukan pemesanan ,persediaan dalam jumlah yang relatif besar, sehingga mendorong jumlah persediaan yang besar.

Alasan yang kedua yang mendorong perusahaan menyimpan persediaan dalam jumlah yang relative besar adalah masalah ketidakpastian permintaan. Jika permintaan akan bahan atau produk lebih besar dari yang diperkirakan, maka persediaan dapat berfungsi sebagai penyangga, yang memberikan perusahaan kemampuan untuk memenuhi tanggal penyerahan sehingga pelanggan merasa puas.

Secara umum alasan untuk memiliki persediaan adalah sebagai berikut :
1.    Untuk menyeimbangkan biaya pemesanan atau persiapan dan biaya penyimpanan.
2.    Untuk memenuhi permintaan pelanggan, misalnya menepati tanggal pengiriman.
3.    Untuk menghindari penutupan fasilitas manufaktur akibat :
       a.    Kerusakan mesin
       b.    Kerusakan komponen
       c.    Tidak tersedianya komponen
       d.    Pengiriman komponen yang terlambat
4.    Untuk menyanggah proses produksi yang tidak dapat diandalkan.
5.    Untuk memanfaatkan diskon
6.    Untuk menghadapi kenaikan harga di masa yang akan dating

2.3 Tujuan Persediaan
1.    Menghilangkan pengaruh ketidakpastian (mis: safety stock)
2.    Memberi waktu luang untuk pengelolaan produksi dan pembelian
3.    Untuk mengantisipasi perubahan pada permintaan dan penawaran.

Hal-Hal Yang di Pertimbangkan :
1.    Struktur biaya persediaan.
       a.    Biaya per unit (item cost)
       b.    Biaya penyiapan pemesanan (ordering cost)
              -    Biaya pembuatan perintah pembelian (purchasing order)
              -    Biaya pengiriman pemesanan
              -    Biaya transportasi
              -    Biaya penerimaan (Receiving cost)
              -    Jika diproduksi sendiri maka akan ada biaya penyiapan (set up cost): surat
              -    menyurat dan biaya untuk menyiapkan perlengkapan dan peralatan.
       c.    Biaya pengelolaan persediaan (Carrying cost)
              -    Biaya yang dinyatakan dan dihitung sebesar peluang yang hilang apabila nilai persediaan digunakan untuk investasi (Cost of capital).
              -    Biaya yang meliputi biaya gudang, asuransi, dan pajak (Cost of storage). Biaya ini berubah sesuai dengan nilai persediaan.
       d.    Biaya resiko kerusakan dan kehilangan (Cost of obsolescence, deterioration and loss).
       e.    Biaya akibat kehabisan persediaan (Stockout cost)

2.    Penentuan berapa besar dan kapan pemesanan harus dilakukan.

2.4    Metode Manajemen Persediaan
       a.    Metoda EOQ (economic order quantity)
       b.    Metoda sistem pemeriksaan terus menerus (continuous review System)
       c.    Metoda sistem pemeriksaan periodik (periodic review system)
       d.    Metoda hybridMetoda abc

Sumber:

Saturday, February 9, 2013

Memahami Safety Stock dan Menguasai Rumusnya



Menentukan tingkat inventory yang tepat merupakan pekerjaan yang paling penting dan menantang bagi operation manager. Jika terlalu banyak inventory, uang anda akan mati dalam modal kerja. Jika inventory terlalu sedikit, anda akan mengalami stock out dan customer akan kecewa. Untunglah ada rumus untuk menentukan safety stock
Stock out disebabkan beberapa faktor antara lain: demand yang fluktuasi, forecast yang tidak akurat, lead time yang bervariasi (lead time supplier maupun lead time manufacturing). Banyak juga operation manager yang menetapkan safety stock berdasarkan estimasi atau juga jumlah stock level. Contoh ada yang menetapkan 2 hari stock atau 20% dari total stock.
Safety stock ditetapkan bukanlah untuk menghilangkan seluruh stock out, tapi hanya yang mayoritas saja. Contoh bila kita tetapkan service level 95% artinya 95% order dapat dipenuhi sedangkan 5% tidak dapat dipenuhi (stock out). Jumlah safety stock akan berbanding lurus dengan service level. Dengan menggunakan rumus kita dapat menentukan safety stock yang tetap sesuai dengan customer service level.
Untuk mendapatkan angka safety stock perlu kita lihat data historis aktual demand. Data tsb kemudian kita cari standard deviasinya kemudian dikalikan dengan safety faktor untuk mendapatkan safety stock.
Rumus nya adalah: Safety stock = safety factor x standard deviasi
Safety stock = Z x √ (PC/T) x σD
dengan:
- Z = safety factor (lihat tabel)
- PC = performance cycle = siklus forecast atau siklus order
- σd = standard deviasi dari demand
- T = siklus periode demand
Untuk mencari safety stock anda tinggal pilih dari tabel diatas berapa service level yang diinginkan lalu berapa Z score nya (safety factor). Lalu kalikan dengan standard deviasi.
Ada cara yang lebih mudah dengan menggunakan aplikasi excel yang dapat dilihat dibawah ini.
Contoh
Minggu Actual Pemakaian
1 4,900 Std deviasi = 231
2 4,600
3 5,100 Service level = 90%
4 5,200
5 5,300 Safety stock = 296
6 4,800
7 5,200
8 4,800
9 4,900
10 5,200 Demand rata-rata = 5,000
Data diatas memperlihatkan aktual pemakaian tiap minggu
- Cari standard deviasi nya dengan rumus excel yaitu: std devaisi = STDEV(sorot kolom actual pemakaian) didapat 231
- Tentukan service level nya dalam persen, misalkan 90%
- Hitung safety stock dengan rumus excel: = NORMINV(sorot kolom std deviasi;0;sorot kolom service level) diperoleh angka 296
- Jadi service level 90% kita butuh safety stock sebesar 296 dengan rata2 demand sebesar 5000
- Anda dapat mencoba untuk berbagai service level, akan diperoleh nilai safety stock yang berbeda
- Kasus diatas bila periode forecast sama dengan periode demand
- Bila forecast nya tiap 4 minggu sedangkan demand nya tiap minggu maka rumus nya harus diubah menjadi √(4/1) x safety stock. Jadi untuk kasus diatas menjadi √4 x 296 = 592.
Cara menentukan service level
Bedakan service level untuk masing-masing produk sesuai dengan kriteria, tingkat kepentingan di mata customer, profit margin atau jumlah sales nya
Bagaimana bila terjadi variasi dalam Lead Time?
Rumusnya harus di modifikasi menjadi
Safety stock = Z x σLTLT x D rata2
Dimana:
- Z = safety factor (lihat tabel)
- σLTLT = std deviasi lead time
- D rata2 = demand/kebutuhan rata2
atau dapat di tulis lengkap menjadi
Safety stock = service level x √(PC/T x σD 2 ) + ( σLTLT x D rata2 )2
Bagian sebelah kiri adalah safety stock karena variasi demand, sedangkan sebelah kanan adalah safety stock karena variasi lead time.
Contoh
Sebuah gudang distribusi memasok plastic film roll untuk kebutuhan packaging industri makanan. Kebutuhan rata2 per minggu 50 roll, std deviasi kebutuhan per minggu sebesar 10 roll. Std deviasi lead time 0. Lead time proses produksi stabil sebesar 7 hari dan lead time pengiriman dari pabrik ke gudang selama 1 hari, total 8 hari. Deviasi kebutuhan dihitung tiap periode 1 minggu.
Dengan menggunakan rumus:
Safety stock = Z x √ (PC/T) x σD
Bila service level yang diinginkan sebesar 95% dimana management mengharapkan dari 100 kali order yang diterima, hanya boleh 5x terjadi stock out.
Dari table servicel level diperoleh safety factor sebesar 1.65 untuk 95% servce level.
Dari data diatas PC = 8 hari yaitu 7 hari manufacturing lead time dan 1 hari lead time pengiriman dari pabrik ke gudang.
T = 7 hari karena siklus demand per minggu (7 hari)
Sehingga kalau dimasukkan dalam rumus menjadi:
Safety stock = 1.65 x √ (8/7) x 10 roll = 18 roll
Inilah jumlah safety stock yang harus disimpan di gudang untuk antisipasi demand yang deviasi nya sebesar 10 roll per minggu dengan total lead time 8 hari.
Bagaimana kalau lead time nya bervariasi katakan 1 hari deviasi lead time ( = 0.07 minggu).
Masukkan ke rumus:
Safety stock = service level x √(PC/T x σD 2 ) + ( σLTLT x D rata-rata)2
= 1.65 x √(8/7 x 102 ) + ( 0.07 x 502 ) = 1.65 x √114.3 + 12.2 = 19 roll
Jadi kalau lead time nya memiliki deviasi 1 hari ( 0.07 minggu) maka safety stock akan bertambah menjadi 19 roll.
Hasil ini menunjukkan bahwa vaiasi demand merupakan faktor dominan dalam menentukan safety sotck. Pengaruhnya hampir 10 kali lipat dari variasi yang terjadi di lead time.
Karena itu cara mengurangi safety stock adalah dengan :
1. mengurangi deviasi demand (mengurangi variasi)
2. mempertimbangkan besarnya service level, kalau customer tidak memerlukan service level yang tinggi, turunkanlah service level nya.
Setelah safety stock ditetapkan, harus di monitor secara teratur bagaimana pemakaian safety stock tersebut. Bila yang terpakai hanya setengahnya, evaluasi kembali nilai service level.
Alternatif mengurangi safety stock:
1. bila item yang ditangani cukup ringan, kurangi safety stock, bila demand mencapai puncak kirim barang tsb dengan pesawat (air freight)
2. perbaiki forecast, forecast yang tidak akuran akan menyebabkan terjadi deviasi demand yang besar
3. untuk lingkungan industri yang make to stock perlu dipertimbangkan menjadi make to order bagi item2 yang variasi demand nya tidak menentu. Selama customer mau menunggu tidak ada salahnya mencoba menjadi make to order
4. dengan melakukan postponement (penundaan) packaging. Cara ini adalah mengirim dalam jumlah bulky ke gudang distribusi. Setelah menerima order dari customer, gudang distribusi akan melakukan packaging sesuai permintaan customer. Contoh: biskuit oreo ada yang isi 2, 4, 6, 12. Dikirim bulky ke gudang distribusi lalu kalau ada yang pesan isi 12 baru dibuatkan packagingnya. Jadi mengurangi kesalahan forecasat dengan menimbun lebih banyak safety stock.
Disadur dari Crack the Code, Understanding Safety Stock & Mastering Its Equation by Peter L. King, CSCP, APICS Magazine, May 2011.

Sumber : http://www.supplychainindonesia.com

Volumetrik : Berat dan Volume Maksimal

Pada prinsipnya secara teknis perhitungan adalah Container dapat diisi dengan berat max 28 ton dan / atau volume max 33 m3

Sedangkan container dibangun "bukan untuk diisi dengan barang normal saja". Coba bayangkan secara berat : 1 kg besi sama dengan 1 kg kapas, tetapi secara volumetriknya akan sangat berbeda.

Seandainya yang dimasukkan kedalam container ini berupa besi / biasanya mesin2 maka dasar yang digunakan adalah max load bukan volumenya , begitu juga sebaliknya bila barang yang kita masukkan misal : garment / karton tentunya dasar yang digunakan adalah volume dan bukan max load nya.

Volumetric, weight, rumus (PxLxT /6000) adalah rumus untuk mencari volumetric weight airfreight dan untuk seafreight sendiri menggunakan Cubic meter (cbm / m3) dengan rumus perhitungan PxLxT dalam meter misalnya kita punya barang 75 cm x 60 cm x 60 cm, hitungannya
0.75 x 0.60 x 0.60 = 0.27 cbm atau M3.

Sementara untuk perhitungan berat ini biasanya lebih banyak untuk perhitungan harga di LCL shipment dan ini penghitungan nya bergantung kepada kebijakan forwarder yang dipakai, ada yang per 250 kg , ada yg per 500 kg, ada yang per 1000 kg atau mungkin ada yg lain juga.

cara perhitungan berat ini biasanya dikenakan apabila ada barang yang beratnya tidak seimbang dengan kubikasinya, sebagai contoh ada barang ukurannya 100 cm x 100 cm x 100 cm dengan berat 1 ton. Secara hitungan kubikasi barang ini hanya 1.00 cbm tetapi beratnya mencapai 1 ton dan forwarder biasanya mendefinisikan ini sebagai barang tidak normal karena barang2 yang umum biasanya memiliki berat dibawah 250 kg per cbm nya sehingga apabila forwarder bersangkutan punya aturan kubikasi dari berat per 250 kg maka barang tersebut akan dihitung 4.00 cbm (1 ton / 250 kg) dan perlu di garis bawahi bahwa hal ini biasanya hanya untuk perhitungan biaya
freight nya saja.

Dan untuk FCL secara umum setiap container 20' bisa diisi 33.00 cbm dengan berat maximum 25 ton tetapi perlu digarisbawahi bahwa 33.00 cbm ini adalah kubikasi air atau udara sehingga apabila diisi barang garment atau textile biasanya hanya muat sekitar 29.00 cbm karena bentuk packing barang beda2 sehingga akan menyisakan ruang yang tidak terpakai dalam container dan untuk barang yang berat berat seperti biji besi misalnya maka container akan Cuma berisi setengahnya karena setengah container biji besi beratnya bisa kurang lebih 25 ton.

Untuk sebagai informasi juga kebanyakan shipping line saat ini rata rata hanya mengijinkan berat per 20' maximum 18 ton walaupun ada beberapa yang bisa mengijinkan sampai 25 ton dengan atau tanpa charges tambahan.

Sumber : diskusi milis Logistic

SOP Bahan Baku

Secara umum, untuk Gudang Bahan Baku, dimulai dari :

Proses Incoming, informasikan kepada pihak QC untuk validasi apakah raw material dari supplier passed atau tidak. Apabila passed, kita lanjutkan kepada proses unload, apabila tidak kita reject. Pada saat proses unload, perlu juga diidentifikasi, dengan label, berupa informasi terkait raw material tersebut (no batch, tgl kedatangan, qty, dsb), jangan lupa juga ditempelkan label QC passed.

Setelah itu lanjut kepada proses put away, dan storage. Lebih mudah menggunakan WMS. Sehingga nantinya proses mencari tidak memakan waktu.

Transfer untuk keperluan produksi. Dimulai dari request transfer out/in (referensi dengan batch produksi), kuantitas disesuakan dengan resep pembuatan (referensi batch produksi), approval biasanya menggunakan software ERP apabila telah terintegrasi, apabila tidak menggunakan permintaan manual. Apabila ada reject karena proses produksi atau supplier (referensi batch produksi), maka harus dikembalikan kepada gudang, tentu disertai dokumen pendukung.

Secara system semua transaksi akan terecord di system, akan tetapi sebagai pendukung, harus tercatat juga di log book operator gudang

Pantau terus stock actual dan di system, mencegah discrepancy tak terduga, misalkan raw material chemical yang mudah menguap.


Secara umum, untuk Gudang Barang jadi, dimulai dari :

Serah terima barang jadi dari produksi ke gudang, tentu saja setelah QC passed. Operator melakukan pengecekan aktual terlebih dahulu sebelum menandatangani dokumen. Catat dalam log book akan sangat membantu.


Input ke dalam WMS, agar memudahkan dalam pengambilan (FIFO, batch, dsb).

DO yang turun, di terjemahkan dalam bentuk pick slip sebagai guidance operator dalam pengambilan barang untuk pengiriman. Jangan lupa juga tempatkan checker (gudang dan transporter) di area loading.

Pick slip digunakan sebagai acuan pembuatan Delivery Docket.

Akan sangat membantu dalam proses loading, ketika pembuatan DO disesuaikan dengan truck wise/container wise capacity.

Sumber : milis Logistic

Saturday, January 12, 2013

DUNIA LOGISTIK

Keberhasilan PCS (Port Community System) adalah keterhubungan antara sistem komunitas pelabuhan dengan sistem komunitaspabean (Instansi Bea Cukai).

Berdasarkan pengalaman para konsultan dunia bahwasannya PCS Operator memegang peranan penting dalam hal suksesnya penerapan kolabarasi para perusahaan di dunia logistik agar dapat terjaadi penurunan biaya logistik yang significant.

PCS Operator dikelola oleh suatu perusahaan yang dipimpin oleh seorang CEO yang harus mengerti aspek bisnis dunia logistik. Kemampuan seorang CEO dimaksud bukan dilihat darisegi aspek politis vertikal top down yang semata-mata mengandalkan kebijakan Pemerintah Pusat, tetapi lebih kearah aspek politis horizontal lintas sektoral yang mampu mengkondusifkan atmosfer kolaborasi antara Para Perusahaan Dunia Logistik dengan Horizontal Sektoral Kepemerintahan terkait. Kemampuan ini memiliki 2 (dua) aspek, yakni:

Pertama, pengetahuan dalam dunia logistik:
- supplychain management logistic
- sampai ke proses manufaktur PPIC (Production Planning Inventory Control).

Kedua, pengetahuan mengenai:
- operasional inti kepabeanan dan
- operasional inti kepelabuhanan.

Kedua pengetahuan dimaksud dapat mengendalikan seorang CEO untuk mengenal hal-hal yang sensitif yang perlu dikomunikasi secara kondusif dengan kemampuan inter-personal skill yang memadai.

Kedua kemampuan pengetahuan di atas juga dapat mengarahkan seorang CEO untuk mengerti dunia bisnis logistik (BusinessPerspective) yang juga memiliki area sensitivitas dalam konteks kompetisi.

Jika seorang CEO tidak memiliki latar belakang sebagaimana dimaksud maka hal-hal yang dilakukannya dalam upaya menciptakan adanya penurunan biaya dalam dunia logistik menjadi tidak tercapai.

Hal ini juga memiliki implikasi adanya kehilangan momentum yang sangat berharga dalam hal timing dimulainya suatu reformasi proses kepelabuhanan dan kepabeanan dan memerlukan waktu yang cukup lama lagi untuk mendapatkan momentum kedua dalam hal yang dimaksud.

Metolodologi put the right man on the right place bisa salah-salah menjadi put the right man on the wrong place or put the wrong man on the right place.

Untuk menghindari kejadian ini maka diperlukan Pihak Ketiga untuk mengadakan fit and proper test terhadap seorang CEO yang handal yang dapat memobilisir dunia logistik sebagaimana dimaksud di atas.

Sumber : milis SCI

SISTEM LOGISTIK

Logistik atau manajemen logistik merupakan bagian dari proses supply chain yang merencanakan, mengimplementasikan, dan mengendalikan efisiensi dan efektivitas aliran dan penyimpanan barang, jasa, dan informasi terkait dari titik awal sampai ke titik konsumsi untuk memenuhi keperluan pelanggan (Council of Logistics Management (CLM), 1986).

Pada prinsipnya, dalam suatu sistem logistik terdapat dua aliran utama. Aliran pertama adalah aliran barang dari pemasok, ke pabrik atau manufakturing, hingga ke pelanggan. Berlawanan dengan aliran barang, terdapat aliran informasi yang mengalir dari pelanggan, ke pabrik, hingga ke pemasok. Selain memperhatikan aliran barang, manajemen logistik juga memperhatikan proses penyimpanan barang tersebut.

Sebagai sebuah sistem, logistik terdiri atas beberapa subsistem atau komponen-komponen utama, yaitu Persediaan, Pergudangan, Transportasi, dan Sistem Informasi. Komponen-komponen sistem logistik tersebut saling terkait.

Berikut ini adalah penjelasan singkat masing-masing komponen tersebut.

1. Persediaan
Persediaan (inventory)  adalah stok atau item-item yang digunakan untuk mendukung produksi (bahan baku dan barang setengah jadi), kegiatan-kegiatan (perawatan, perbaikan, dan operating supplies), dan pelayanan pelanggan (barang jadi dan suku cadang). Dalam theory of contraints, item-item tersebut dibeli untuk dijual kembali, mencakup barang jadi, barang setengah jadi, dan bahan baku (APICS Dictionary, 10th ed.)

Keberadaan persediaan berdampak terhadap biaya yang harus dikeluarkan. Namun demikian, persediaan harus diadakan dengan beberapa alasan, yaitu: (1) economies of scale, yaitu pengadaan akan bersifat ekonomis jika mencapai jumlah tertentu, (2) keseimbangan jumlah pasokan dan permintaan, (3) spesialisasi, (4) melindungi dari ketidakpastian, dan (5) sebagai penyangga (buffer) sepanjang rantai pasok.

Persediaan dapat dibedakan atas beberapa jenis atau tipe, yaitu: persediaan siklus (cycle stock), persediaan in-transit, persediaan pengaman atau penyangga (safety atau buffer stock), persediaan spekulatif (speculative stock), persediaan musiman (seasonal stock), dan dead stock.

Konsekuensi dari adanya persediaan adalah munculnya biaya-biaya yang harus dikeluarkan. Biaya utama persediaan dapat dibedakan atas: inventory carrying costs, order/setup costs, expected stock-out costs, dan in-transit inventory carrying costs.
Inventory carrying costs mencakup: biaya modal (capital cost), biaya ruang penyimpanan (storage space cost), biaya pelayanan persediaan (inventory service cost), dan biaya risiko persediaan (inventory risk cost).

Jumlah persediaan harus dikelola pada suatu tingkat yang optimal. Jumlah persediaan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan berdampak terhadap biaya atau risiko tertentu. Jumlah atau tingkat persediaan yang tinggi memang memberikan beberapa keuntungan, seperti jaminan terpenuhinya pasokan untuk kegiatan produksi atau pemenuhan permintaan pelanggan. Namun, konsekuensi dari tingkat persediaan yang tinggi adalah biaya besar yang harus ditanggung, baik biaya modal maupun biaya risiko persediaan. Risiko persediaan mencakup risiko-risiko: kehilangan, kerusakan, dan keusangan (obsolescence).

Dengan jumlah atau tingkat persediaan yang rendah, berarti biaya modal yang dikeluarkan juga rendah.  Namun, jumlah atau tingkat persediaan yang rendah berdampak terhadap jaminan pasokan yang rendah untuk produksi dan pemenuhan permintaan pelanggan. Apabila produksi dan pemenuhan permintaan pelanggan terganggu, maka terjadi kehilangan peluang penjualan (lost of sales) hingga kehilangan pelanggan (lost of customers).

2. Pergudangan
Gudang merupakan fasilitas penting dalam sistem logistik yang mempunyai fungsi utama sebagai tempat penyimpanan barang atau produk. Barang atau produk disimpan sementara waktu sebelum digunakan atau dikirimkan ke tempat yang membutuhkan.

Dalam sistem pergudangan terdapat tiga kegiatan utama penanganan barang, yaitu di bagian penerimaan, di dalam gudang, dan di bagian pengiriman. Penanganan barang tersebut membutuhkan berbagai metode dan peralatan.

Fungsi gudang dapat dibedakan sebagai terminal konsolidasi, pusat distribusi, break-bulk operation, in-transit mixing, dan cross-dock operation.
- Terminal konsolidasi: gudang digunakan untuk mengumpulkan beberapa macam barang dari masing-masing sumber untuk selanjutnya dikirimkan ke tempat tujuan.
- Pusat distribusi: gudang digunakan untuk mengumpulkan beberapa macam barang dari masing-masing sumber untuk selanjutnya dikirimkan ke beberapa tempat tujuan.
- Break-bulk operation: gudang digunakan untuk menerima barang atau produk dalam jumlah atau volume besar, kemudian dipecah-pecah atau dibagi-bagi dalam jumlah atau volume yang lebih kecil dan selanjutnya dikirimkan ke beberapa tempat tujuan.
- In-transit mixing: gudang digunakan untuk menerima atau mengumpulkan beberapa macam barang dari masing-masing sumber, kemudian dibagi-bagi dan digabungkan atau dikombinasikan dengan variasi jenis dan jumlah yang sesuai dengan masing-masing permintaan, serta selanjutnya dikirimkan ke beberapa tempat tujuan (asal permintaan) masing-masing tersebut.
- Cross-dock operation: gudang digunakan untuk menerima barang atau produk dari masing-masing sumber untuk selanjutnya segera dikirimkan ke tempat tujuan masing-masing tanpa mengalami proses penyimpanan di gudang tersebut.

Hal penting berkaitan dengan gudang adalah penentuan jumlah, lokasi, dan kapasitas. Jumlah gudang harus dipertimbangkan secara optimal. Selain akan mempengaruhi biaya operasional, jumlah gudang akan mempengaruhi pula pola, frekuensi, dan biaya transportasi. Lokasi dipertimbangkan dengan mempertimbangkan akses, baik akses dari tempat-tempat pasokan maupun akses ke tempat-tempat permintaan atau tujuan. Kapasitas gudang berkaitan dengan jumlah dan dimensi barang atau produk yang akan disimpan. Semua hal yang dipertimbangkan tersebut akan mempengaruhi kinerja pergudangan maupun sistem logistik secara keseluruhan.

3. Transportasi
Dalam sistem logistik, transportasi berperan dalam perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian aktivitas yang berkaitan dengan moda, vendor, dan pemindahan persediaan masuk dan keluar suatu organisasi.

Pemilihan moda merupakan permasalahan yang penting. Pemilihan moda dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal, seperti kondisi geografis, kapasitas, frekuensi, biaya (tarif), kapasitas, availabilitas, kualitas pelayanan dan reliabilitas (waktu pengiriman, variabilitas, reputasi, dll.). Secara umum, moda transportasi dibedakan atas kereta api, truk, transportasi air, transportasi udara, dan pipa.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam transportasi adalah mengenai local pickup and delivery serta long-haul movements. Perusahaan terkait biasanya memperhatikan perbedaan karakteristik jangkauan atau jarak ini dengan strategi transportasi yang berbeda. Untuk local pickup and delivery, perusahaan biasanya menggunakan armada sendiri. Untuk long-haul movements, biasanya menggunakan outsourcing kepada penyedia jasa logistik (third-party logistics provider).

Dalam transportasi, pertimbangan ekonomis mencakup jarak, volume berat, kepadatan (density), dan bentuk (stowability). Pertambahan jarak, misalnya, akan berakibat bertambahnya biaya. Namun, pertambahan jarak tidak berbanding lurus dengan pertambahan biaya. Pertambahan biaya ini cenderung akan berkurang ketika jarak terus bertambah.

Volume berat barang atau produk akan mempengaruhi ekonomisasi transportasi, yaitu biaya per satuan berat barang. Semakin berat barang, maka biaya per satuan berat barang akan cenderung semakin murah.

Tingkat kepadatan dan kemudahan bentuk barang atau produk untuk disusun dalam moda transportasi juga akan mempengaruhi ekonomisasi transportasi. Semakin mudah penyusunan barang atau produk tersebut berarti transportasi semakin ekonomis, karena barang atau produk tersebut akan semakin memaksimalkan penggunaan kapasitas moda.

4. Sistem Informasi
Sistem informasi merupakan saling keterkaitan perangkat keras dan perangkat lunak komputer dengan orang dan proses yang dirancang untuk pengumpulan, pemrosesan, dan diseminasi informasi untuk perencanaan, pengambilan keputusan, dan pengendalian (APICS Dictionary, 10th ed.)

Sistem informasi diperlukan untuk mengintegrasikan komponen-komponen dan kegiatan-kegiatan dalam sistem logistik. Efektivitas proses-proses dalam sistem logistik sangat dipengaruhi oleh kualitas informasi yang digunakan. Kualitas informasi dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu: (1) ketersediaan informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan-keputusan terbaik, (2) keakuratan informasi, (3) efektivitas komunikasi.

Semoga bermanfaat.

Salam,
Setijadi

SUPPLY CHAIN INDONESIA
Education | Training | Consulting | Research | Development

www.SupplyChainIndonesia.com

Purchasing dalam Sistem Logistik

Purchasing merupakan salah satu bagian penting dari sistem logistik.

Dalam prosesnya, sistem logistik bisa kita bagi atas tiga bagian, yaitu:
1. Inbound logistics
Inbound logistics merupakan aliran masuk yang mencakup kegiatan purchasing/procurement. Jadi, aliran barang dari supplier ke perusahaan tersebut.

Istilah lain untuk inbound logistics adalah material management.

2. Storage
Storage adalah kegiatan penyimpanan untuk sementara waktu, baik penyimpanan dalam bentuk raw material, work-in-process, atau finished goods.

3. Outbound logistics
Outbound logistics merupakan aliran keluar yang mencakup kegiatan pengiriman barang dari suatu level perusahaan atau dari suatu lokasi, Kegiatan outbound logistics misalnya pengiriman dari gudang bahan baku ke bagian produksi, pengiriman produk jadi dari manufaktur ke retailer.

Outbound logistics disebut juga physical distribution.

Jika kita membagi logistik atas aliran (flow) dan penyimpanan (storage), maka aliran tersebut adalah inbound logistics dan outbound logistics. Aliran-aliran ini bisa berupa aliran internal, maupun eksternal perusahaan.

Sumber : milis SCI

Related Posts