Supply Chain Management (SCM) adalah serangkaian kegiatan yang meliputi koordinasi, penjadwalan, dan pengendalian terhadap pengadaan, produksi, persediaan dan pengiriman produk ataupun layanan jasa kepada pelanggan yang mencakup administrasi harian, operasi , logistik dan pengolahan informasi mulai dari customer hingga supplier.
Sunday, May 24, 2020
Supply Chain Management
Apa itu Supply Chain Management?
Rantai pasokan adalah serangkaian proses yang mengubah bahan mentah menjadi produk akhir. Manajemen rantai pasokan adalah proses di mana organisasi mencapai rantai pasokan yang efisien dan hemat biaya. Ini dapat didefinisikan sebagai manajemen aliran bahan, produk dan layanan. Ini adalah manajemen terpusat dari semua proses, orang dan organisasi yang terlibat dalam rantai pasokan.
Bagaimana ini membantu bisnis?
Manajemen rantai pasokan membantu keberhasilan keuangan organisasi dengan memasukkan semua kegiatan penting dan aspek keuangan. Seiring dengan penciptaan nilai bagi pelanggan mereka, organisasi dapat mencapai mekanisme pengiriman yang lebih baik dan produk yang hemat biaya.
Mengidentifikasi masalah sebelum terjadi membantu dalam manajemen risiko dan perkiraan yang lebih baik memungkinkan bisnis untuk memenuhi target yang meluas. Rekonsiliasi permintaan dan rencana pasokan membantu dalam perencanaan bisnis yang efektif.
Komponen manajemen rantai pasokan
Manajemen rantai pasokan dimulai dengan perencanaan produk dan berakhir dengan pengiriman yang sukses ke pelanggan, memungkinkan rute untuk pengembalian produk yang tidak diterima atau cacat. Komponen manajemen rantai pasokan adalah: Paket, Sumber, Buat, Kirim, Pengembalian.
Key dimensions
Manajemen Rantai Pasokan (SCM) telah banyak berubah sejak pertama kali diperkenalkan; ini memiliki beberapa dimensi internal dan eksternal. Dimensi internal mencakup proses internal yang terkait dengan rantai pasokan seperti desain produk, sumber, produksi, transportasi, penyimpanan, distribusi, ritel, dan keuangan. Dimensi internal dapat dikendalikan sampai batas tertentu.
Dimensi eksternal mencakup perubahan di mana perusahaan tidak memiliki banyak kendali. Dimensi ini mencakup perubahan tak terduga di lingkungan bisnis, aturan & regulasi, dan kendala cuaca, dll.
Manfaat manajemen rantai pasokan
Pengiriman produk / layanan yang tepat waktu dan lengkap
Limbah minimum dan peningkatan efisiensi
Pengurangan biaya: operasi, pergudangan, transportasi, dll.
Peningkatan layanan pelanggan
Manajemen persediaan yang lebih baik
Menjaga bisnis siap untuk perubahan di pasar
Identifikasi risiko dan peluang masa depan
Kesimpulan
SCM, jika dilakukan dengan benar, membantu menyesuaikan rantai pasokan untuk memberikan kinerja optimal. Ini membantu dalam mengelola rantai pasokan multi-segi dengan cara yang efisien.
Sumber :
https://blog.cedarmanagement.co.uk/supply-chain-management
Sunday, May 17, 2020
Perbedaan Logistic Management Dan Supply Chain Management
Logistic Management dan Supply Chain Management adalah dua hal yang berbeda. Tidak terlalu berbeda, tapi tetap saja berbeda.
Untuk menerangkan perbedaannya, saya akan mencoba menjelaskan terlebih dahulu tentang apa itu logistic management dan apa itu supply chain management. Klasik. Untuk membedakan satu dengan yang lain, kita harus memahami dulu masing-masingnya.
Pengertian Logistic Management
Managemen Logistik pada awalnya merupakan cabang ilmu kemiliteran yang digunakan untuk persiapan, pemeliharaan, pengangkutan material personil, dan fasilitas militer, sedangkan pada konteks bisnis, organisasi profesional logistik The Council of Logistics Management (CLM) yang dibentuk tahun 1962, beranggotakan 15.000 organisasi. Logistik didefinisikan sebagai berikut.
Logistik merupakan bagian dari proses rantai suplai yang berfungsi merencanakan, melaksanakan, mengontrol secara efektif, efisien proses pengadaan, pengelolaan penyimpanan barang, pelayanan, dan informasi mulai dari titik awal (point of origin) hingga titik konsumsi (point of consumption) dengan tujuan memenuhi kebutuhan konsumen.
Pengertian Supply Chain Management
Manajemen rantai pasokan, menurut Heizer dan Rander, merupakan kegiatan pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah tersebut menjadi barang dalam proses atau barang setengah jadi dan barang jadi kemudian mengirimkan produk tersebut kepada konsumen melalui sistem distribusi. Kegiatan-kegiatan ini mencakup fungsi pembelian tradisional ditambah kegiatan penting lainnya yang berhubungan antara pemasok dengan distributor.
Perbedaan Logistic Management dan Supply Chain Management
Managemen logistik mengutamakan pengelolaan, termasuk arus barang dalam perusahaan. Orientasi pada perencanaan dan kerangka kerja yang menghasilkan rencana tunggal arus barang dan informasi perusahaan.
Sedangkan Supply Chain Management, mengutamakan arus barang antar perusahaan, mulai dari awal kegiatan sampai produk akhir, sedangkan orientasinya atas dasar kerja sama dan mengusahakan hubungan serta kordinasi antar proses dari perusahaan mitra guna menunjang kegiatan proses sampai ke tangan konsumen.
Dilihat dari kegiatannya, logistik meliputi kegiatan seperti pergudangan (warehouse), distribusi barang (distribution), transportasi barang (freight transportation), dan pengelolaan pesanan (sales order processing).
Sementara, Supply Chain meliputi kegiatan Logistik diatas, ditambah dengan beberapa kegiatan lagi seperti pembelian (Purchasing), pengadaan (Procurement), perencanaan kapasitas produksi (capacity planning), perencanaan pasokan (supply planning), dan perencanaan kebutuhan (forecast demand).
Kegiatan yang terpenting dalam Supply Chain adalah bagaimana cara untuk menyeimbangkan Supply dan Demand.
Sehingga, berdasarkan kegiatan yang dilakukan diatas, secara organisasi, seorang direktur supply chain biasanya akan membawahi bagian pengadaan (procurement), bagian logistik, bagian perencanaan pasokan (Supply Planning), bagian pengelolaan pesanan (Customer Order), dan bagian perencanaan penjualan (Demand Planning).
Dilihat dari sisi system informasi yang biasanya diimplementasikan, bagian logistik biasanya mempunyai system informasi yang disebut WMS (Warehouse Management System) yang meliputi kegiatan pengelolaan gudang, penjadwalan transportasi, dan pengelolaan keluar masuk barang (inbound-outbound).
Di cakupan yang lebih besar, Supply Chain biasanya melibatkan system informasi yang dinamakan ERP (Enterprise Resource Planning) yang meliputi berbagai kegiatan perencanaan mulai dari perencanaan material, penjadwalan produksi, perencanaan inventory, sampai dengan perencanaan penjualan.
Karena banyaknya cakupan kegiatan perencanaan yang ada di dalam sistem informasi ERP, maka system informasi ini biasanya dipecah dalam beberapa modul. Untuk mengadopsi keseluruhan modul ERP tentu menyerap investasi yang sangat besar, sehingga banyak perusahaan memilih hanya membeli modul-modul tertentu yang dianggap perlu. Modul WMS biasanya merupakan salah satu bagian dari modul-modul ERP.
Jadi, berbicara mengenai supply chain management, maka kita berbicara mengenai manajemen rantai pasokan (supply) mulai dari hulu sampai ke hilir untuk memenuhi kebutuhan (demand) dimana logistik merupakan bagian di dalamnya.
Sumber :
http://finishgoodasia.com/perbedaan-logistic-management-dan-supply-chain-management/
https://surabaya.proxsisgroup.com/pengertian-supply-chain-manajemen-dan-logistics-manajemen/
Monday, May 4, 2020
Siasat Startup Logistik Cegah Penyebaran Corona saat Pengiriman Barang
23/3/2020
Sejumlah startup logistik telah menerapkan protokol untuk mencegah penyebaran virus corona dalam pengiriman barang. J&T EXPRESS Ilustrasi. J&T Ekspress dan sejumlah startup logistik lainnya telah menerapkan sejumlah protokol untuk mencegah penyebaran virus corona.
Pantau Data dan Informasi terbaru Covid-19 di Indonesia pada microsite Katadata ini. Sejumlah startup logistik mencatat kenaikan pengiriman barang hingga mencapai 80% sejak wabah virus corona merebak di Indonesia.
Perusahaan seperti Paxel, J&T, Prahu Hub, Ninja Xpress, Gojek hingga Grab pun telah menyiapkan strategi guna mencegah penularan Covid-19 dari pengiriman barang. COO Paxel Zaldy Ilham Masita menjelaskan perusahaan mencatatkan kenaikan pengiriman makanan dan bahan makanan segar hingga mencapai 80% dalam 10 hari terakhir.
Mayoritas kliennya merupakan usaha mikro kecil dan menengah atau UMKM serta pedagang di pasar. Selain itu, terdapat pula e-commerce.
"Kurir kami dilengkapi masker dan sarung tangan kain sehingga bisa dicuci kembali, serta hand sanitizer. Selain itu, semua lokasi operasional kami juga dibersihkan dengan disfektan setiap hari," ujar Zaldy kepada Katadata.co.id, Senin (23/3).
Ia mengeluhkan pihaknya mengalami kesulitan mendapatkan alat pelindung diri dengan jumlah banyak dan harga yang terjangkau. Padahal, alat pelindung diri menjadi barang yang langka padahal dibutuhkan setiap hari agar tim kurir bisa membantu para UMKM tetap bisa berjualan.
Senada dengan Paxel, CEO J&T Ekspress Robin Lo mengatakan bahwa perusahaan juga mencatat ada kenaikan pengiriman barang sejak wabah virus corona merebak. Namun, kenaikannya tak terlalu signifikan.
Adapun saat ini, 60% sampai 70% transaksi pengiriman barang perusahaan berasal dari e-commerce. Robin menjelaskan pihaknya telah menyiapkan sejumlah langkah pencegahan untuk mencegah penyebaran virus corona melalui barang kiriman.
"Kami mewajibkan seluruh karyawan terutama kurir untuk menggunakan masker, menjaga kebersihan diri dengan rajin mencuci tangan terutama sesering mungkin sebelum pengantaran paket. Selain itu, kami juga menginstruksikan untuk menyemprotkan disinfektan pada seluruh cabang dan setiap paket yang dikirimkan," kata Robin.
Berbeda dengan Paxel dan J&T, CEO Prahu Hub Benny Sukamto mengatakan terjadi penurunan pengiriman barang sejak wabah virus corona merebak. Meski demikian, perusahaan menilai bahwa dampak penurunan itu belum terlalu signifikan.
"Namun kami percaya bahwa seiring dengan waktu, kebutuhan mendasar tetap akan ada, dan masyarakat akan melirik cara kerja tanpa perlu meninggalkan rumah, di sanalah peluang kami akan semakin besar," ujar Benny kepada Katadata.co.id, Senin (23/3).
Prahu juga menerapkan langkah serupa Paxel dan J&T dalam pencegahan penyebaran virus corona melalui pengiriman barang. Sementara layanan pengiriman barang dan makanan milik Gojek dan Grab memiliki strategi lain untuk mencegah penyebaran virus corona.
Chief Operations Officer Gojek Hans Patuwo mengatakan, perusahaan telah membangun layanan tanpa kontak fisik langsung atau contactless delivery untuk perlindungan mitra driver dan pelanggan Go-food dan Go-send
"Kami menyediakan opsi teks pesan cepat pada fitur chat. Hal ini kami lakukan agar semua pihak, termasuk mitra driver kami, dapat terminimalisasi dari kemungkinan penularan," ujar Hans melalui siaran pers, Minggu (22/3).
Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi mengatakan, perusahaan telah memiliki layanan pemesanan tanpa kontak. "Pelanggan GrabFood dan GrabExpress dapat mengikuti panduan Pemesanan Tanpa Kontak yang tersedia dalam aplikasi atau dengan mengikuti tiga langkah mudah," ujar Neneng dalam unggahan di situsnya.
Tiga langkah itu di antaranya yakni menginformasikan mitra driver untuk meletakkan pesanan di luar pintu atau lokasi tertentu, seperti resepsionis gedung. Selanjutnya mitra driver akan memberitahu pelanggan saat mereka telah tiba di lokasi pengantaran, meletakkan pesanan di tempat yang telah ditentukan, dan menunggu pelanggan untuk mengambil pesanan di mana mereka akan berdiri setidaknya 2 meter dari pesanan tersebut.
Terakhir, perusahaan menyarankan pelanggan untuk memilih pembayaran nontunai. Jika penggunaan uang tunai tidak dapat dihindari, pelanggan dapat meletakkan uang tersebut di dalam amplop dan menaruhnya di tempat pesanan yang telah ditentukan sebelumnya. Senada dengan Gojek dan Grab, layanan pengantaran barang Ninja Xpress juga melakukan hal yang sama yakni dengan mendorong social distancing antara kurir pengantar dan penerima barang.
Perusahaan juga telah memberikan edukasi mengenai pencegahan penularan virus melalui setiap station pengiriman barang. “Kami berupaya agar pengiriman barang dari transaksi jual beli online tidak terganggu dengan adanya pandemi ini dan kami berharap agar isu ini dapat segera teratasi dan berlalu.” ujar Country Head Ninja Xpress Indonesia Ignasius Eric Saputra
Sumber :
https://katadata.co.id/berita/2020/03/23/siasat-startup-logistik-cegah-penyebaran-corona-saat-pengiriman-barang
Sejumlah startup logistik telah menerapkan protokol untuk mencegah penyebaran virus corona dalam pengiriman barang. J&T EXPRESS Ilustrasi. J&T Ekspress dan sejumlah startup logistik lainnya telah menerapkan sejumlah protokol untuk mencegah penyebaran virus corona.
Pantau Data dan Informasi terbaru Covid-19 di Indonesia pada microsite Katadata ini. Sejumlah startup logistik mencatat kenaikan pengiriman barang hingga mencapai 80% sejak wabah virus corona merebak di Indonesia.
Perusahaan seperti Paxel, J&T, Prahu Hub, Ninja Xpress, Gojek hingga Grab pun telah menyiapkan strategi guna mencegah penularan Covid-19 dari pengiriman barang. COO Paxel Zaldy Ilham Masita menjelaskan perusahaan mencatatkan kenaikan pengiriman makanan dan bahan makanan segar hingga mencapai 80% dalam 10 hari terakhir.
Mayoritas kliennya merupakan usaha mikro kecil dan menengah atau UMKM serta pedagang di pasar. Selain itu, terdapat pula e-commerce.
"Kurir kami dilengkapi masker dan sarung tangan kain sehingga bisa dicuci kembali, serta hand sanitizer. Selain itu, semua lokasi operasional kami juga dibersihkan dengan disfektan setiap hari," ujar Zaldy kepada Katadata.co.id, Senin (23/3).
Ia mengeluhkan pihaknya mengalami kesulitan mendapatkan alat pelindung diri dengan jumlah banyak dan harga yang terjangkau. Padahal, alat pelindung diri menjadi barang yang langka padahal dibutuhkan setiap hari agar tim kurir bisa membantu para UMKM tetap bisa berjualan.
Senada dengan Paxel, CEO J&T Ekspress Robin Lo mengatakan bahwa perusahaan juga mencatat ada kenaikan pengiriman barang sejak wabah virus corona merebak. Namun, kenaikannya tak terlalu signifikan.
Adapun saat ini, 60% sampai 70% transaksi pengiriman barang perusahaan berasal dari e-commerce. Robin menjelaskan pihaknya telah menyiapkan sejumlah langkah pencegahan untuk mencegah penyebaran virus corona melalui barang kiriman.
"Kami mewajibkan seluruh karyawan terutama kurir untuk menggunakan masker, menjaga kebersihan diri dengan rajin mencuci tangan terutama sesering mungkin sebelum pengantaran paket. Selain itu, kami juga menginstruksikan untuk menyemprotkan disinfektan pada seluruh cabang dan setiap paket yang dikirimkan," kata Robin.
Berbeda dengan Paxel dan J&T, CEO Prahu Hub Benny Sukamto mengatakan terjadi penurunan pengiriman barang sejak wabah virus corona merebak. Meski demikian, perusahaan menilai bahwa dampak penurunan itu belum terlalu signifikan.
"Namun kami percaya bahwa seiring dengan waktu, kebutuhan mendasar tetap akan ada, dan masyarakat akan melirik cara kerja tanpa perlu meninggalkan rumah, di sanalah peluang kami akan semakin besar," ujar Benny kepada Katadata.co.id, Senin (23/3).
Prahu juga menerapkan langkah serupa Paxel dan J&T dalam pencegahan penyebaran virus corona melalui pengiriman barang. Sementara layanan pengiriman barang dan makanan milik Gojek dan Grab memiliki strategi lain untuk mencegah penyebaran virus corona.
Chief Operations Officer Gojek Hans Patuwo mengatakan, perusahaan telah membangun layanan tanpa kontak fisik langsung atau contactless delivery untuk perlindungan mitra driver dan pelanggan Go-food dan Go-send
"Kami menyediakan opsi teks pesan cepat pada fitur chat. Hal ini kami lakukan agar semua pihak, termasuk mitra driver kami, dapat terminimalisasi dari kemungkinan penularan," ujar Hans melalui siaran pers, Minggu (22/3).
Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi mengatakan, perusahaan telah memiliki layanan pemesanan tanpa kontak. "Pelanggan GrabFood dan GrabExpress dapat mengikuti panduan Pemesanan Tanpa Kontak yang tersedia dalam aplikasi atau dengan mengikuti tiga langkah mudah," ujar Neneng dalam unggahan di situsnya.
Tiga langkah itu di antaranya yakni menginformasikan mitra driver untuk meletakkan pesanan di luar pintu atau lokasi tertentu, seperti resepsionis gedung. Selanjutnya mitra driver akan memberitahu pelanggan saat mereka telah tiba di lokasi pengantaran, meletakkan pesanan di tempat yang telah ditentukan, dan menunggu pelanggan untuk mengambil pesanan di mana mereka akan berdiri setidaknya 2 meter dari pesanan tersebut.
Terakhir, perusahaan menyarankan pelanggan untuk memilih pembayaran nontunai. Jika penggunaan uang tunai tidak dapat dihindari, pelanggan dapat meletakkan uang tersebut di dalam amplop dan menaruhnya di tempat pesanan yang telah ditentukan sebelumnya. Senada dengan Gojek dan Grab, layanan pengantaran barang Ninja Xpress juga melakukan hal yang sama yakni dengan mendorong social distancing antara kurir pengantar dan penerima barang.
Perusahaan juga telah memberikan edukasi mengenai pencegahan penularan virus melalui setiap station pengiriman barang. “Kami berupaya agar pengiriman barang dari transaksi jual beli online tidak terganggu dengan adanya pandemi ini dan kami berharap agar isu ini dapat segera teratasi dan berlalu.” ujar Country Head Ninja Xpress Indonesia Ignasius Eric Saputra
Sumber :
https://katadata.co.id/berita/2020/03/23/siasat-startup-logistik-cegah-penyebaran-corona-saat-pengiriman-barang
Subscribe to:
Posts (Atom)
Related Posts
-
Sri Mulyani Sebut Biaya Logistik RI Masih Tinggi Jumat, 09 Jun 2023 21:15 WIB Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan biaya logistik di Indo...
-
FIFO adalah singkatan dari First In, First Out (Pertama Masuk, Pertama Keluar), yang merupakan cara mengatur sesuatu terhadap waktu dan p...
-
One Part One Location Memastikan part selalu dalam satu lokasi, untuk mempermudah dalam supply/issue ke line produksi dan untuk mengurangi ...
-
What is Integrated Business Planning (IBP)? Apa itu Perencanaan Bisnis Terpadu (IBP)? Perencanaan Bisnis Terpadu (IBP) adalah bentuk yang di...
-
Selain Kawasan Berikat, salah satu bentuk fasilitas dari Kementerian Keuangan kepada perusahaan yang diatur dan dijalankan oleh Direktorat J...