Pages

Saturday, January 28, 2012

Memotong Rantai Distribusi Pasar


Hendrika Yunapritta, Sri Sayekti

Pelaku bisnis otomotif lokal telah memiliki alternatif pasar di dunia maya. Anggotanya mulai dari agen tunggal pemegang merek (ATPM) hingga toko suku cadang. Pasar ini bisa memotong biaya hingga 40%. Ini portal business to business (B2B) yang ingin menyusul kesuksesan pasar maya mancanegara.

Semurah atau sebaik apa pun sebuah produk tidak akan sampai ke tangan konsumen tanpa bantuan jasa distribusi. Untuk produk-produk tertentu, jaringan distribusinya bisa melibatkan banyak pelaku bisnis. Industri otomotif mungkin bisa menjadi contoh. Mata rantai distribusi di industri yang satu ini ternyata tidak hanya sampai terjualnya kendaraan, tapi juga kegiatan purnajual.

Maklum, sepanjang hidup kendaraan masih akan membutuhkan beragam komponen atau suku cadang. Masalahnya, biaya yang harus ditanggung konsumen bisa membengkak jika mata rantai distribusi kelewat panjang. Nah, rantai distribusi inilah yang ingin dipotong.

Rencananya, pasar maya tadi bakal dipenuhi oleh produsen kendaraan bermotor dan suku cadang, ATPM, dealer, serta toko suku cadang. Mereka bisa saling berkomunikasi, saling memprediksi permintaan, mengecek harga barang, bahkan melakukan transaksi di sana. "Bisa meminimalkan inventori dan pengiriman barang jadi lebih cepat," jelas Indra M. Utoyo, Project Director B2B Commerce Project Telkom yang juga bakal menggarap pasar maya industri farmasi.

Tentu saja, pasar maya ini tidak melayani pembelian eceran. Pemesanan harus dalam partai besar. Misalnya antara dealer dengan ATPM atau produsen suku cadang dengan toko suku cadang. Toko suku cadang alias retailer bisa membayarnya dengan kartu kredit. Keamanan transfer data dijamin oleh i-trust milik Telkom.

Ada prakondisi yang diminta oleh Oto-one: pelanggannya harus fasih dengan komputer. "Bukan internet literacy lho," kata M. Yusrizki, CEOOtogenik.

Soal situs dan jaringan bukan masalah besar. Sebab, sebagai penyedia application service provider (asp) ini, Oto-one bisa membuatkannya. Di samping itu, menurut Indra, sistem internal perusahaan juga sudah harus rapi. Jadi, ketika sistem pasar maya ini diintegrasikan, tidak akan ada masalah.

Investasi untuk membangun pasar maya ini tak murah. Menurut Indra, selama tiga tahun belakangan Oto-one.com sudah mengeluarkan dana sekitar US$ 3 juta. Karena itu, Oto-one.com akan memungut biaya bulanan kepada anggotanya. Untuk ATPM besarnya Rp 10 juta per bulan, Rp 2,5 juta untuk dealer; Rp 250.000 untuk retailer, serta Rp 400.000 bagi pemasok. Ongkos ini jauh sebenarnya lebih murah ketimbang masing-masing pelaku bisnis membuat portal B2B yang bisa mencapai US$ 2 juta.

Belum lagi ongkos pemeliharaan dan upgrade-nya. Bisa menghemat biaya sampai 40%

Sepintas memang seperti memindahkan pasar dan rantai distribusi ke layar monitor. Tapi, kenyataannya tidak semudah itu. Semenjak diluncurkan April lalu, saat ini baru ada beberapa pelaku bisnis otomotif yang membangun jaringan implementasi Oto-one. Ada produsen aki raksasa Yuasa, SCS (importir velg di DKI), sebuah ATPM, serta distributor oli nasional. Tentu saja, setiap perusahaan itu juga menggandeng para pengecernya. Padahal, pasar maya ini mampu memangkas mata rantai dan biaya distribusi. "Ongkos distribusi bisa dipangkas hingga 42%," jelas Indra.

Yusrizki sendiri menargetkan bakal menggaet pelanggan sebanyak 10% dari pelaku bisnis otomotif pada tahun pertama. "Tidak ambisius kan?," katanya. Indra pun bersikap realistis dan memprediksikan saat kembali modal selama lima tahun. "Ini kan sesuatu yang baru," ujar Indra.

Meski pertumbuhannya lambat, ia menaruh optimisme besar pada pasar otomotif. Soalnya, produk otomotif bisa ratusan macam. Apalagi dilihat dari jumlah kendaraan di Indonesia. "Mereka tiap tahun butuh ban, aki, dan macam-macam komponen," kata Indra lagi.

Sebenarnya, pasar maya otomotif begini bukan barang baru di dunia internasional. Beberapa pasar maya telah mencatat sukses dan menjadi patokan portal B2B. Sebut saja Covisint yang didirikan beramai-ramai oleh General Motor, Ford, dan Daimler Chrysler. Yusrizki sendiri mengambil patron KNX atau Korea Network eXchange yang didirikan raksasa mobil KIA dan Hyundai dengan merangkul Korea Telecom.

Soal penetrasi internet Indonesia yang masih rendah, baru sekitar 3 juta netter, juga bukan masalah bagi Yusrizki. Dia percaya bahwa pelaku bisnis otomotif bakal tergiur. "Mereka sudah mengenal konsepnya, tapi belum yakin," kilahnya.


sumber : kontan

Sumber foto :
http://supplychainindonesia.com/new/rantai-pasok-pangan-food-supply-chain/

Related Posts