Pages

Friday, September 27, 2013

ERP dengan Excel

Menurut saya, ramai antara teman teman mengaku bahawa Excel itu “life saver’. Apa sahaja yang tidak bisa dilakukan di ERP sama ada terencana atau sebaliknya, biasanya dapat kita lakukan memakai Excel. Benar ka??? Memang sudah terbiasa kita mendengar dari sang penjual ERP bahawa ERP bisa melakukan semuanya. Walau bagaimanapun kita yakin terus pada Excel untuk memanage, menganalisa dan merencanakan supply chain kita. Kita amat nyaman bersama Excel.

Dengan arsenal kapabilitas yang ada, ramai yang menganggap Excel sebagai “unspoken ERP”. Excel merupakan perangkat perencanaan paling awal yang pernah saya gunakan. Walaupun penggunaan tersebut terbatas pada demand supply balancing yang sederhana, menurut saya ia jauh lebih mudah, lebih cepat dan lebih efektif dari ERP system saya saat itu. Sampai saat ini saya masih pakai Excel untuk menganalisa data dan sebagai satu perangkat pengukur.  Memang saya peminat Excel! Yang harus kita hati-hati adalah: banyak area pengelolaan global supply chain yang tidak cukup dengan pakai Excel sahaja.

Nah ini ada satu analogi – saat bermain golf, apakah harus pakai driver termahal atau cukup dengan 9 iron ? The right answer depends on what kind of shot you need!  Kalau anda berada di tee Par 3, jawaban  sudah cukup jelas walaupun ramai ahli golf punya masaalah memilih club yang cocok. Hal ini sama terkait keputusan yang harus diambil pada supply chain management. Kita harus pasti sebagai seorang ahli professional di supply chain untuk mengerti kapan sebuah tantangan dilapangan membutuhkan alat yang lebih mutakhir.

Saya pengen berbagi beberapa persyaratan yang tidak dapat dipenuhi ketika mencoba untuk mengelola supply chain yang lebih canggih dengan Excel:

 Apabila anda punya multiple data sources di beberapa tempat atau lokasi dari beberapa sumber yang berbeda termasuk suppliers dan customers
Aabila anda menghabiskan lebih banyak waktu mengumpul data daripada bekerja dengan informasi (working with information)

Apabila supply chain anda menjadi lebih rumit – bukan sekadar menentukan supply dan demand berdasarkan due date sahaja. Anda harus mengalokasikan barang berdasarkan prioritas  atau pelanggan; anda menggunakan aggregated atau disaggregated forecasts menggunakan rasio perencanaan yang berbeda; anda menggunakan alternative sourcing, substitute atau kebijakan inventori yang bervariasi

Apabila anda mendapati bahawa anda tidak lagi bisa merespon pada variabilitas demand secara efektif dan menguntungkan

Apabila anda harus melakukan simulasi  ‘what if’ dalam hitungan menit atau detik versus jam, hari atau minggu.

Apabila siklus S & OP anda terlalu panjang dan sulit untuk mencapai konsensus sebelum siklus berikutnya dimulai

Jika teman2 telah menerapkan Excel sebagai alat stop gap di salah satu situasi tsb, saya pikir anda akan setuju bahawa anda hanya dapat menemukan nilai yang terbatas. Pada awal 80-an, ramai yang befikir mereka bisa membuat solusi apa sahaja dengan menggunakan Excel. Yang jelas, sampai saat ini, situasi tersebut masih belum berubah. Jika gejala di atas pernah anda temu, anda mungkin telah sampai ke batas akhir kapabilitas Excel. Anda mungkin hanya perlu mengganti klub golfnya untuk tembakan supply chain yang lebih sulit.

Salam
Ramlee

Sumber : milis Asosiasi Logistik Indonesia [ALI]

Monday, September 2, 2013

Mengenal Supply Chain Management

BY Niniet Indah Arvitrida

Tulisan ini hanya bertujuan untuk memandu pengenalan terhadap ilmu Supply Chain Management (SCM), atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Manajemen Rantai Pasok, dengan bahasa yang lebih mudah untuk kalangan orang awam. Untuk ilmu yang lebih dalam mengenai apa itu SCM, silahkan membeli buku yang spesifik membahas mengenai SCM yang dikarang oleh orang-orang yang memiliki kompetensi dalam bidang SCM. Bagi pemula, saya sangat menyarankan untuk membeli buku daripada melakukan browsing di internet, karena pengetahuan yang disajikan oleh buku lebih tersusun sistematis, sehingga alur logikanya bisa kita tangkap dan kita uraikan sendiri. Adapun beberapa buku yang sementara ini bisa saya rekomendasikan bagi pemula dalam memahami dasar-dasar ilmu SCM adalah sebagai berikut.

1. Supply Chain Management : Strategy, Planning, and Operation, karangan Sunil Chopra dan Peter Meindl (English)

2. Supply Chain Management, karangan Nyoman Pujawan dari ITS (Indonesian)

Sebenarnya banyak sekali buku-buku SCM yang beredar di pasaran, namun kebanyak dari buku-buku tersebut sudah memiliki spesialisasi terhadap fungsi SCM yang dibahas, misal, untuk fungsi ERP, SAP, logistik, transportasi, distribusi, produksi, dll.

Sedangkan Laboratorium pertama di Indonesia yang banyak melakukan riset tentang SCM ada di Jurusan Teknik Industri – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, yaitu Laboratorium Logistics and Supply Chain Management (LSCM) , yang didirikan oleh Prof. Nyoman Pujawan. Untuk kontak dengan lab tersebut, bisa via email labscm@gmail.com.

Ok, sekarang kita mulai spesifik masuk ke pengertian Supply Chain itu sendiri. Menurut Pujawan (2005) Supply Chain adalah jaringan perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk sampai ke end customer. Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya terdiri dari rangkaian supplier/pemasok, pabrik, distributor, toko atau ritel, serta perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik.

Pada suatu supply chain, ada 3 macam aliran yang harus dikelola mulai dari hulu (upstream, yaitu sisi dimana barang masih berbentuk raw) hingga ke hilir (downstream, yaitu sisi dimana barang sudah berbentuk final product atau end item yang siap dikonsumsi oleh end customer), yaitu aliran material, informasi, dan uang.

Sedangkan SCM sebenarnya sudah mulai dikenalkan sejak tahun 1982 oleh Oliver dan Weber. Kalau Supply Chain adalah jaringan fisiknya (karena terdiri dari perusahaan-perusahaan), sedangkan SCM adalah ilmunya, metode, alat, atau pendekatan untuk mengeolal Supply Chain tersebut SCM menghendaki pendekatan yang terintegrasi mulai dari hulu hingga hilir, karena memiliki prinsip 3C, yakni Coordination, Cooperative, dan Cooperation antar seluruh pelaku dalam Supply Chain tersebut.

Berikut ini adalah beberapa ilustrasi sederhana mengenai SCM.

Gambar pertama dan kedua menggambarkan bahwa aliran-aliran yang terjadi di sepanjang supply chain harus dikelola secara terintegrasi, sehingga barang bisa sampai tepat waktu dan tepat jumlah di tangan end customer, dengan beroperasi secara efektif dan efisien, dan meminimumkan distorsi informasi antar pelaku supply chain.

Sumber:
http://arvietrida.wordpress.com/

Related Posts