Pages

Showing posts with label Transportation. Show all posts
Showing posts with label Transportation. Show all posts

Sunday, March 16, 2025

Transport Management System (TMS): Solusi Efisien dalam Manajemen Transportasi

Dalam dunia logistik modern, efisiensi dalam pengelolaan transportasi menjadi faktor kunci dalam rantai pasokan. Transport Management System (TMS) hadir sebagai solusi teknologi yang membantu perusahaan dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengoptimalkan pengiriman barang. Dengan semakin kompleksnya jaringan distribusi, penggunaan TMS memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi biaya, dan memberikan layanan yang lebih baik kepada pelanggan.


Apa Itu Transport Management System (TMS)?

Transport Management System (TMS) adalah perangkat lunak yang dirancang untuk mengelola dan mengoptimalkan proses transportasi dalam rantai pasokan. TMS memungkinkan perusahaan untuk merencanakan pengiriman, melacak pergerakan barang, mengelola armada kendaraan, serta menganalisis data untuk meningkatkan efisiensi operasional.

TMS banyak digunakan oleh perusahaan yang terlibat dalam logistik, termasuk produsen, distributor, perusahaan ritel, dan penyedia jasa transportasi. Dengan bantuan TMS, mereka dapat mengurangi biaya pengiriman, meningkatkan visibilitas dalam rantai pasokan, dan memastikan pengiriman barang tepat waktu.


Fungsi Utama Transport Management System

  1. Perencanaan Transportasi

    • TMS membantu dalam memilih rute terbaik, mode transportasi yang paling efisien, serta operator logistik yang tepat untuk setiap pengiriman.
    • Mengoptimalkan biaya dengan mempertimbangkan jarak, waktu tempuh, dan biaya bahan bakar.
  2. Manajemen Pengiriman

    • Memungkinkan pemantauan pengiriman secara real-time.
    • Memberikan visibilitas terhadap status barang yang sedang dikirim.
  3. Pengelolaan Dokumen & Kepatuhan Regulasi

    • Mengotomatisasi proses pembuatan dokumen pengiriman seperti invoice, bill of lading, dan manifest pengiriman.
    • Memastikan kepatuhan terhadap regulasi transportasi internasional dan nasional.
  4. Optimasi Rute & Pemilihan Carrier

    • Menggunakan algoritma untuk memilih rute tercepat dan termurah berdasarkan data lalu lintas dan kondisi jalan.
    • Membandingkan tarif dari berbagai penyedia layanan logistik untuk memilih opsi terbaik.
  5. Pelacakan & Visibilitas Real-Time

    • TMS memungkinkan pelacakan pergerakan barang secara real-time melalui GPS dan teknologi IoT.
    • Memberikan notifikasi otomatis kepada pelanggan dan pengelola gudang terkait status pengiriman.
  6. Analisis & Laporan Kinerja

    • Mengumpulkan data dari berbagai pengiriman untuk menganalisis kinerja transportasi.
    • Membantu perusahaan dalam membuat keputusan berbasis data untuk meningkatkan efisiensi operasional.

Keuntungan Menggunakan Transport Management System

🔹 Efisiensi Biaya

  • Mengurangi biaya transportasi melalui optimasi rute dan pemilihan carrier terbaik.
  • Menghindari keterlambatan dan biaya tambahan akibat perencanaan yang buruk.

🔹 Peningkatan Visibilitas Rantai Pasokan

  • Pelacakan pengiriman secara real-time memungkinkan pengelolaan inventaris yang lebih baik.
  • Meminimalkan risiko kehilangan atau keterlambatan barang.

🔹 Automasi & Reduksi Kesalahan Manual

  • Menghilangkan proses manual yang rentan terhadap kesalahan seperti pencatatan data pengiriman.
  • Memastikan dokumentasi yang akurat dan mematuhi regulasi transportasi.

🔹 Peningkatan Layanan Pelanggan

  • Memberikan informasi akurat kepada pelanggan mengenai status pengiriman mereka.
  • Meningkatkan kepuasan pelanggan dengan pengiriman tepat waktu.

Jenis Transport Management System

  1. Standalone TMS

    • Perangkat lunak yang berfungsi secara independen dan dapat digunakan oleh perusahaan yang hanya membutuhkan sistem transportasi tanpa integrasi dengan sistem lain.
  2. Cloud-Based TMS

    • Berbasis SaaS (Software-as-a-Service) yang memungkinkan akses dari mana saja dengan koneksi internet.
    • Lebih fleksibel dan memiliki biaya operasional yang lebih rendah dibandingkan sistem berbasis on-premise.
  3. Integrated TMS

    • Dapat diintegrasikan dengan Enterprise Resource Planning (ERP) atau Warehouse Management System (WMS) untuk pengelolaan rantai pasokan yang lebih komprehensif.

Tantangan dalam Implementasi TMS

🚧 Biaya Implementasi Awal

  • Meskipun TMS dapat menghemat biaya dalam jangka panjang, biaya awal untuk pengadaan dan implementasi bisa cukup tinggi.

🚧 Integrasi dengan Sistem yang Ada

  • Perusahaan yang telah memiliki sistem ERP atau WMS harus memastikan bahwa TMS dapat terintegrasi dengan lancar.

🚧 Adopsi oleh Karyawan

  • Karyawan perlu dilatih untuk memahami dan menggunakan TMS dengan efektif.

Kesimpulan

Transport Management System (TMS) adalah solusi penting dalam dunia logistik modern yang memungkinkan perusahaan untuk mengoptimalkan pengiriman barang, mengurangi biaya, dan meningkatkan efisiensi operasional. Dengan fitur seperti optimasi rute, pelacakan real-time, dan manajemen dokumen, TMS membantu perusahaan mengelola transportasi dengan lebih efektif.

Meskipun terdapat beberapa tantangan dalam implementasi, manfaat jangka panjang yang diberikan oleh TMS menjadikannya investasi yang berharga bagi perusahaan yang ingin meningkatkan efisiensi rantai pasokan mereka. Seiring dengan perkembangan teknologi dan digitalisasi logistik, penggunaan TMS akan semakin menjadi standar dalam industri transportasi dan distribusi. 🚚📦

Monday, January 20, 2025

Rangkaian Penting dalam Supply Chain, Logistics, dan Transportation

1. Supply Chain

Supply chain adalah sistem kompleks yang mengelola alur barang, informasi, dan layanan dari pemasok hingga konsumen. Elemen utamanya mencakup:

  • Manufacturing: Produksi barang melalui proses yang efisien.
  • Product Development: Pengembangan produk yang inovatif untuk memenuhi kebutuhan pasar.
  • Performance Measurement: Evaluasi kinerja untuk memastikan target tercapai.
  • Integration of Supply: Penyelarasan antara pemasok, manufaktur, dan distribusi.
  • Information Sharing: Berbagi informasi untuk kelancaran operasi.
  • Customer Service: Meningkatkan pengalaman pelanggan.
  • Logistics: Mengatur penyimpanan dan pengiriman barang.

2. Logistics

Logistik berfokus pada pengelolaan barang dari titik asal hingga tujuan akhir. Komponen pentingnya meliputi:

  • Order Processing: Pengelolaan pesanan untuk memastikan akurasi.
  • Inventory Management: Mengatur persediaan agar optimal.
  • Material Planning: Perencanaan kebutuhan material secara tepat waktu.
  • Warehousing: Penyimpanan barang untuk efisiensi distribusi.
  • Information Sharing: Pertukaran data antar pihak.
  • Transportation: Pengiriman barang secara efisien.

3. Transportation

Transportasi adalah elemen kunci dalam logistik untuk memastikan barang mencapai tujuan dengan aman dan efisien. Fokus utamanya adalah:

  • Warehousing: Koordinasi penyimpanan sebelum pengiriman.
  • Inventory Control: Memastikan barang siap untuk dikirim.
  • Order Administration: Manajemen pesanan dan jadwal pengiriman.
  • Outbound Transportation: Pengiriman barang ke pelanggan.
  • Material Handling: Pengelolaan fisik barang selama transit.
  • Packaging: Pengemasan untuk melindungi barang.
  • Data Processing: Pemrosesan data untuk pelacakan.
  • Communication: Kolaborasi antara pihak terkait untuk kelancaran distribusi.

Kesimpulan

Supply chain, logistics, dan transportation adalah elemen saling terkait yang bekerja secara sinergis. Efisiensi dalam setiap tahap akan meningkatkan produktivitas, meminimalkan biaya, dan memastikan kepuasan pelanggan. Integrasi sistem dan penggunaan teknologi modern menjadi kunci keberhasilan pengelolaan rantai pasok.

Monday, February 21, 2022

FOB Freight Collect dan Freight Prepaid

FOB FREIGHT COLLECT DAN FOB FREIGHT PREPAID

Penggunaan INCOTERMS sering menimbulkan urusan yang agak berbelit – belit, baik dari pembayaran biaya, tanggung jawab dan resiko dari penjual (seller) kepada pembeli (buyer). Urusan ini tidak selalu sama pada setiap titik pergerakan kargo.

Saat ini penggunaan FOB Freight Collect dan Freight Prepaid sering digunakan dalam mengatasi hal tersebut.


Apa itu FOB Freight Collect dan FOB Freight Prepaid?.

FOB Freight Collect adalah sebuah istilah yang digunakan, dimana pembeli (buyer) bertanggung jawab terhadap semua biaya pengiriman dan akan membayarkannya saat pembeli (buyer) menerima kargo.

Penggunaan FOB Freight collect tidak menghilangkan tanggung jawab penjual (seller) terhadap kargo yang rusak atau hilang selama kargo transit. Ini disebabkan karena ketika kargo transit, penjual (seller) masih diasumsikan sebagai pemilik.

FOB Freight prepaid adalah sebuah istilah yang digunakan, dimana penjual (seller)  memikul tanggung jawab atas semua biaya pengiriman termasuk mengatur pengiriman dari titik pusat pemuatan ke titik bongkar.

Semua biaya yang dikeluarkan untuk transportasi tersebut diatas, selanjutnya ditagihkan kepada pembeli (buyer), dan untuk asuransi, dapat diatur oleh salah satu pihak.

Penggunaan FOB Freight prepaid sama dengan penggunaan Freight collect yang tidak menghilangkan tanggung jawab penjual (seller) terhadap kargo yang rusak atau hilang selama kargo transit. Ini disebabkan karena ketika kargo transit, penjual (seller) masih diasumsikan sebagai pemilik.


Bagaimana untuk mengetahui siapa yang mengatur dan membayar biaya pengiriman termasuk yang mengontrak pengangkutan?

Bills of lading adalah dokumen hukum antara pengirim kargo dan pengangkut (carrier), yang memberi rincian jenis, jumlah dan tujuan kargo yang diangkut. Ini berfungsi untuk penerimaan kargo di pelabuhan tujuan yang telah ditentukan.

Pada Bills of lading sebagai dokumen hukum, harus tertera dengan jelas istilah mana yang digunakan dari salah satu istilah tersebut, sehingga dapat diketahui siapa yang mengatur dan membayar biaya pengiriman dan pihak mana yang mengontrak pengangkut untuk pengangkutan kargo.

Pengingat : Penggunaan FOB akan menguntungkan bagi pembeli (buyer) dan penggunaan CIF akan menguntungkan bagi penjual (seller)*


Sumber :
https://readmaritime.wordpress.com/2017/10/03/freight-collect-dan-freight-prepaid/

Friday, February 11, 2022

Zero ODOL 2023

Ini Alasan Kenapa Pengusaha Truk Jarang Patuhi Larangan ODOL

Jumat, 11 Februari 2022

| 17:02 WIB

Codey Fredy Lamahayu Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Khusus Tanjung Perak Surabaya membongkar alasan kenapa pengusaha truk atau pemilik angkutan jarang mematuhi larangan over dimension over loading (ODOL) dari pemerintah. Padahal, pemerintah menargetkan Indonesia akan Zero ODOL atau bebas kendaraan barang kelebihan dimensi dan kelebihan muatan tahun depan.

“Jadi begini, ongkos angkut saat ini sudah sangat rendah. Kira-kira sekitar Rp500-Rp550 per ton kilometer. Sehingga semua truk itu ingin mengangkut lebih banyak, bak lebih besar, agar dapat ongkos untuk membiayai perusahaannya. Itu penyebab utama sehingga mereka tidak mau mematuhi zero ODOL. Tapi kami di Organda mendukung penuh Zero ODOL 2023,” ujarnya.

Problemnya, kata dia, lebih banyak truknya daripada yang diangkut. Para pengusaha pemilik barang ingin mendapatkan angkutan yang murah. Sementara, karena jumlah truk yang terlalu banyak, para pengusaha truk akhirnya saling berebut sehingga satu sama lain saling menurunkan harga dan berupaya supaya bisa mengangkut lebih banyak barang.

“Kebijakan Zero ODOL ini, kalau keseluruhan (pengusaha truk) bisa bersama-sama menerapkannya akan menguntungkan. Tapi kalau cuma satu dua saja, akan merugikan para pengusaha yang patuh. Ukuran kepatuhan ini kan hanya bisa dengan jembatan timbang,” katanya ketika mengudara di Radio Suara Surabaya, Jumat (11/2/2022).

Tidak hanya pengusaha angkutan, Codey menegaskan, berkaitan upaya Zero ODOL ini para pemilik barang juga harus menerima konsekuensi dan mau mendukung penerapan kebijakan itu. Sebab, ketika semua pengusaha truk benar-benar patuh pada larangan ODOL, dia menegaskan, ongkos angkut akan terkerek naik.

“Kalau nanti sudah Zero ODOL, ongkos angkut itu akan naik antara 100-200 persen. Bahkan bisa 200-300 persen. Nah, pemilik barang harus mematuhi ongkos baru itu, harus mau membayar,” ujarnya.

Codey menjelaskan bagaimana penerapan Zero ODOL akan berpengaruh pada kenaikan ongkos atau tarif jasa angkut barang. Sebagaimana diketahui, batas angkut sebuah truk yang dalam aturan pemerintah terkait larangan ODOL ini adalah 12 ton. Padahal, selama ini, truk-truk itu bahkan dimodifikasi sedemikian rupa supaya bisa mengangkut lebih dari 20 ton.

“Jadi kalau Zero ODOL diterapkan, pengangkutan barang jadi terbatas. Sesuai aturan larangan ODOL, satu dump truk itu hanya bisa mengangkut maksimal 12 ton. Padahal, tadinya, satu dump truk bisa mengangkut 25-30 ton. Jadi, mau enggak mau, kalau kami (pengusaha truk) patuh pada aturan Zero ODOL, ongkos angkut itu akan naik sampai 300 persen,” ujarnya.

Codey pun mengakui, bila ongkos angkut barang sudah meningkat, hal itu juga akan berdampak pada kenaikan harga barang. Sebab, para pemilik barang yang memanfaatkan jasa angkut bukan tidak mungkin akan ikut menaikkan harga barang mereka untuk menjaga margin keuntungannya.

Bagi para pengusaha truk, Codey mengakui, larangan ODOL ini memang akan mengurangi margin keuntungannya. Karena itulah, perlu ada penyesuaian tarif angkut supaya pengusaha truk bisa lebih patuh. Sementara, fenomena kendaraan barang ODOL ini tidak hanya berdampak ekonomi, seringkali truk yang kelebihan muatan juga memunculkan korban di jalan raya.

Codey kembali menegaskan, Organda di seluruh Indonesia, dari pusat sampai di daerah mendukung penuh target pemerintah Zero ODOL pada 2023. Hanya saja, dia meminta pemerintah tegas dalam menerapkan kebijakan. Termasuk melakukan sosialisasi kepada semua pihak secara masif dan terus menerus.

“Baru-baru ini Dirjen Hubdat sudah mengeluarkan kebijakan, untuk truk yang masih ODOL dilarang melakukan uji KIR. Organda mendukung ini, asalkan ini diterapkan kepada semuanya, dan semua pihak menjalankan aturan ini bersama-sama,” ujarnya.


Sumber :

https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2022/ini-alasan-kenapa-pengusaha-truk-jarang-patuhi-larangan-odol/

Wednesday, January 6, 2021

Vaccine Supply Chain Management

The Complex Logistical Challenges of Vaccine Distribution


January 4, 2021 · By Newcastle Systems     

Humans have been benefitting from vaccines for over two centuries, but the process for developing and distributing vaccines effectively has been neither neat nor direct.

As the COVID-19 pandemic continues to rage across the country, the sense of urgency for a solution has never been greater.

As a group of potential vaccines for COVID seems within reach, the next hurdle facing experts is how to safely distribute and administer them to hundreds of millions of people. It’s an unprecedented logistical challenge.

Unlike most other medical breakthroughs, the public is being made aware for the first time of the extensive details of what goes into the process – how it was developed, who’s involved, how it’s being paid for, the hiccups, the concerns, the regulatory hurdles (or potential shortcuts) and so much more.

For this particular vaccine, we are also seeing how much variance there is in how vaccines get stored, transported, distributed, and delivered. But historical awareness can help inform some short and long-term solutions to the issues currently faced relative to vaccine production and supply.

What We Know About Early Vaccine Logistics
Edward Jenner, a country doctor in England, is credited with coming up with the first vaccine in 1796 when he took the pus from a cowpox lesion on a milkmaid’s hand to inoculate a small boy against smallpox. Logistically, distributing this type of vaccine initially required sharing the knowledge with health experts around the world.

Once accepted, many countries began mass inoculation programs. The Spanish government adopted a ten-year campaign to bring the smallpox vaccine to its Asian and American countries. In an expedition beginning in 1803, Doctor Francisco Xavier de Balmis brought the vaccine to seven countries in a chain of arm-to-arm distribution.

Advances in Logistics for Vaccine Distribution
Arm-to-arm distribution is neither a practical nor expeditious method for modern  vaccine distribution. One of the barriers to effective vaccine distribution has always been financial.

In the nineteenth century, there was an increased shift away from government entities controlling vaccines in favor of commercial enterprises. The idea was that private companies would foster superior production, increased competition, and lower costs.

But, over the past 50 years, many larger pharmaceutical companies have backed off from the vaccine business because it is encumbered by regulatory barriers and is considered low-margin. For example, ten of the basic childhood vaccines (chickenpox, MMR, DTaP) are produced by just two companies.

Still, the research and development of vaccines takes place largely in the private sector. And public organizations like the World Health Organization (WHO) and the Centers for Disease Control (CDC) will coordinate distribution where appropriate. The WHO does R&D for vaccines where there are no existing options or ones that are being underutilized. Its research arm also helps to improve the introduction and monitoring of vaccines once introduced.

Even though governments may contribute to the development and distribution of certain vaccines, their prices continue to soar. GlaxoSmithKline puts the cost of its DTaP-IPV vaccine at $32.75 per dose a decade ago compared to $42.56 today, a 30% cost increase.

What’s included in those costs? According to the WHO, some of the costs associated with introducing a new vaccine include:
  • Vaccines - You have to have the vaccine itself, and this where big pharma plays  the biggest role.
  • Syringes, Labels, & Safety Boxes - When a vaccine is introduced on a mass scale, it must be safely packaged for transport with the right type of syringes and safety boxes.
  • Waste Management - With mass inoculation comes mass waste. How will this be handled, and what will it cost?
  • Transportation - What is the most practical, safest, and fastest way to get the vaccine to the people that need it?
  • Cold Chain Equipment - Can transportation and storage equipment accommodate the temperature requirements of the vaccine?
  • Training Materials - Health care workers must receive training on the handling and administration of the vaccine as well as how to recognize potential side effects.
  • Social Mobilization - How will you inform both healthcare workers and the general public about the introduction of the vaccine?

Unique Challenges Facing COVID-19 Vaccine Companies
With reference to the COVID-19 vaccine, there are a lot of players and moving parts emerging, creating unique challenges to successful distribution. This pandemic wasn’t even a blip on anyone’s radar a year ago, yet the world is braced for mass inoculation against a deadly virus.

Typically, vaccines take an average of 10-15 years to develop, and the fastest vaccine ever developed until now was the mumps vaccine that took four years. To say that this will be the most logistically challenging vaccination campaign in history might be an understatement. There’s every reason to be optimistic, but some of the potential hurdles that lie ahead are substantial.

Vaccine Approval
There are currently some 250 COVID-19 vaccine candidates, but just three have become frontrunners to have a vaccine approved for distribution in the next one to two months. Those are Pfizer, Moderna, and AstraZeneca/Oxford.
  • Pfizer/BioNTech announced that its vaccine is 95 percent effective and is scheduled for emergency FDA review in December.
  • Moderna states that its vaccine has a 94.1 percent efficacy rate. If approved by the FDA in December, the first injections could start on Dec. 21.
  • AstraZeneca/Oxford announced that its vaccine is 90 percent effective and is completing its trials. It has not yet filed for emergency approval.

Extreme Storage Requirements
As public health officials get ready for the largest vaccine distribution campaign in history, they must also tackle some unprecedented cold storage requirements. In the U.S. alone, Pfizer has committed to producing 100 million doses of its vaccine in December with the option for another 500 million more. In total, the company says it has the capacity to produce 1.2 billion doses within the next year.

The challenge with the Pfizer vaccine is that it falls apart if not kept in extreme temperature environments (the other vaccines don’t have this constraint). Specifically, it needs to be chilled to minus 70 degrees Celsius (minus 94 degrees Fahrenheit) until it’s time for injection. This sounds like an impossible task, but Pfizer is trying to help:
  • The company has developed packing and storage innovations that will suit a range of locations and situations.
  • Its specially-designed thermal shippers will use dry ice as well as GPS sensors to track the location and temperature of the vaccine.
  • The company has developed strategic partnerships with transportation providers.
The vaccine can be stored in the thermal shippers with dry ice for up to 15 days when the dry ice is refilled as well as in normal hospital refrigeration units for an additional five days.

Transportation and Delivery
During the first half of 2020, managing the PPE supply chain was challenging enough. But, things were running smoother, and plenty of lessons were learned by the Summer of 2020, particularly when it came to distributing COVID-19 testing kits that were once in limited supply.

Given the urgency of the pandemic, the vaccines are likely to be transported via air for longer distances. We’re talking about roughly 15,000 flights over two years to move 10 billion doses on pallets.

While aviation has a solid track record with regard to refrigerated cargo, dealing with freezing temperatures is another matter. Dry ice adds a significant amount of weight to a shipment, which will add to the cost and time for distribution.

Further, what happens between the airport and the final destination will be critical. One of the most complex parts of the logistics chain will be the last mile from the airport or local frozen warehouse to the distribution site. As long as additional dry ice is available, shippers can achieve positive results.

The Nursing Shortage
201209 The Complex Logistics of Vaccines BLOG 4aUnfortunately, there remains a shortage of trained healthcare staff to administer the vaccine, particularly in the U.S. Even though healthcare workers will be the first to  receive the vaccine, this industry has been hard-hit by the pandemic.

If there are any flu-like side effects associated with the vaccine, there’s a chance that providers will have to be sidelined in an abundance of caution. For this reason, many facilities may refrain from vaccinating everyone at the same time. These same workers will also need to be trained in handling the storage and administration of the COVID vaccine.

As the vaccine infrastructure takes shape and more advanced versions of vaccines are developed without such extreme requirements, the logistical challenges may not be as severe. In fact, Pfizer is already developing a powdered version of its vaccine with hopes of a 2021 release.


Sumber :
https://www.supplychain247.com/article/the_complex_logistical_challenges_of_vaccine_distribution/newcastle_systems?oly_enc_id=4024G0699590H1Y

Thursday, April 2, 2015

Biaya Operasional Kendaraan

Sebagai informasi, berikut adalah data perincian biaya operasional kendaraan dengan model RUCKS dan hasil survei perusahaan:

MODEL TRUCKS:
Rata-rata untuk semua rute:
Biaya operasional kendaraan Rp 3.093/truk/km
- BBM: 28% (dari total)
- Pelumas: 2%
- Ban: 1%
- Suku cadang: 18%
- Montir: 1%
- Upah awak truk: 10%
- Penyusutan: 27%
- Pembayaran bunga: 10%
- Overhead: 2%

SURVEI PERUSAHAAN:
Rata-rata untuk semua rute:
Biaya operasional kendaraan Rp 3.514/truk/km
- BBM: 39% (dari total)
- Pelumas, ban: 13%
- Biaya pemeliharaan: 4%
- Upah montir: 3%
- Upah supir: 11%
- Penyusutan: 5%
- Pembayaran bunga: 10%


Logistics & Supply Chain Center (LOGIC)
Widyatama University

Wednesday, July 10, 2013

Transportasi

Transportasi merupakan salah satu komponen dalam sistem logistik (di samping persediaan, pergudangan, dan sistem informasi). Dengan membagi logistik menjadi dua aktivitas utama, yaitu pemindahan (flow) dan penyimpanan (storage), maka transportasi berperan dalam aktivitas pemindahan/pengiriman barang.

Dalam sistem logistik, aktivitas transportasi mencakup perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian aktivitas yang berkaitan dengan moda, vendor, dan pemindahan persediaan masuk dan keluar dalam suatu perusahaan.

Pemilihan moda merupakan permasalahan yang penting. Pemilihan moda dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal, seperti kondisi geografis, kapasitas, frekuensi, biaya (tarif), kapasitas, availabilitas, kualitas pelayanan dan reliabilitas (waktu pengiriman, variabilitas, reputasi, dll.).

Pada umumnya, moda transportasi dibedakan atas kereta api, truk, transportasi air, transportasi udara, dan pipa. Pemilihan moda didasarkan pada kriteria pemilihan yang ditunjukkan pada tabel berikut ini.


Tabel Kriteria Pemilihan Moda

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam transportasi adalah mengenai local pickup and delivery serta long-haul movements. Perusahaan terkait biasanya memperhatikan perbedaan karakteristik jangkauan atau jarak ini dengan strategi transportasi yang berbeda. Untuk local pickup and delivery, perusahaan biasanya menggunakan armada sendiri. Untuk long-haul movements, biasanya menggunakan outsourcing dari penyedia jasa logistik (third-party logistics provider).

Dalam transportasi, pertimbangan ekonomis mencakup jarak, volume, berat, kepadatan (density), dan bentuk (stowability). Pertambahan jarak, misalnya, akan berakibat bertambahnya biaya. Namun, pertambahan jarak tidak berbanding lurus dengan pertambahan biaya. Pertambahan biaya ini cenderung akan berkurang ketika jarak terus bertambah.

Volume dan berat barang atau produk akan mempengaruhi ekonomisasi transportasi, yaitu biaya per satuan berat barang. Semakin berat barang, maka biaya per satuan berat barang akan cenderung semakin murah.

Tingkat kepadatan dan kemudahan bentuk barang atau produk untuk disusun dalam moda transportasi juga akan mempengaruhi ekonomisasi transportasi. Semakin mudah penyusunan barang atau produk tersebut berarti transportasi semakin ekonomis, karena barang atau produk tersebut akan semakin memaksimalkan penggunaan kapasitas moda.

Semoga bermanfaat.

Salam,
Setijadi

www.SupplyChainIndonesia.com

Related Posts