Pages

Friday, June 7, 2019

Strategi Kilat Siasati Revolusi Industri 4.0

Gatra.com | 
07 Jun 2019 20:22

Jakarta, Gatra.com - Revolusi Industri 4.0 menghilangkan sekaligus menciptakan pekerjaan baru. Pemagangan Berkualitas atau Apprenticeships menjadi solusi jangka pendek beradaptasi dengan Industri 4.0.

***

Ibarat odong-odong, pendidikan Indonesia riuh tapi pergerakannya lambat. Hal ini terlihat dari kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) atau Human Capital Index Indonesia jauh tertinggal dari negara-negara lain.

Tahun lalu, Bank Dunia mencatat kualitas SDM Indonesia di peringkat ke-6 ASEAN di bawah Singapura, Vietnam, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Pendidikan formal Indonesia juga gagal mencetak lulusan siswa dan mahasiswa yang sesuai dan terkait (link and match) dengan kebutuhan industri.

Fasilitas seperti infrastruktur laboratorium dan praktik di sekolah atau kampus masih jauh tertinggal dan tidak mengikuti standar industri.

“Misalnya alat praktik di politeknik, harusnya alat yang digunakan sesuai standar pabrik. Tapi sekarang alat-alatnya justru ketinggalan dua generasi dari pabrik,” kata Koordinator Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kementerian Perindustrian.

Mujiyono khawatir, jika persoalan link and match tidak diatasi, maka Indonesia hanya akan menjadi penonton di era revolusi industri 4.0. “Pendidikan formal kita masih bersifat konvensional,” katanya kepada GATRA.

Industri 4.0 berbasis pada internet dan digital dengan terapan Internet of Things (IoT), Artificial intelligence (AI), Robotic dan Big Data. Dibandingkan revolusi industri 3.0, revolusi industri 4.0 dapat menciptakan efisiensi produksi dan rantai pasok (supply chain) yang ringkas sehingga harga dan kualitas produk lebih kompetitif.

Mujiyono menjelaskan, industri 4.0 bukan ancaman bagi para pekerja saat ini dan tidak akan menyebabkan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal. Kalaupun ada profesi yang hilang di industri 4.0, tetapi ada juga profesi baru yang muncul. “Kita enggak bisa menghindar,” ujarnya.

Kemenperin memprediksi, pada era industri 4.0 akan ada 75 juta profesi atau jabatan yang hilang. Namun demikian, ada pula 133 juta pekerjaan baru yang tercipta.

Beberapa pekerjaan yang hilang, meliputi: akuntan, auditor, tukang pos, pekerja perakitan pabrik, ahli las, teller bank, travel agen, juru masak dan banyak lainnya.

Sedangkan pekerjaan-pekerjaan baru yang muncul seperti: analis data, data scientist, pengembang piranti lunak, dan sebagainya.“Jadi (revolusi industri 4.0) akan menyerap tenaga kerja. Hanya saja, profesinya yang bergeser,” kata dia.


Pekerjaan yang tumbuh di Revolusi Industri 4.0

Pekerjaan yang tumbang di Revolusi Industri 4.0

Kemenperin dan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi sedang menggagas peningkatan kualitas SDM yang sesuai dengan kebutuhan revolusi industri 4.0 dengan membangun 500 politeknik baru.

Rencananya, pembangunan politeknik akan melibatkan beberapa kementerian dan perusahaan besar dengan rincian: Kemenperin membangun 100 politeknik, Kemenristekdikti membangun 265 politeknik, beberapa Kementerian lain membangun 60 politeknik, dan swasta membangun 75 politeknik.

Khusus untuk 100 politeknik baru yang akan dibangun Kemenperin, akan ditempatkan di 100 kawasan industri.

Berikutnya, strategi kedua adalah merevitalisasi 5.000 Sekolah Menengah Kejuruan hingga tahun 2024 mendatang. Hingga saat ini sudah ada 2.612 SMK yang disesuaikan dengan kebutuhan industri dan sisanya masih akan terus direvitalisasi.

Hanya saja, penerapan dua strategi tersebut membutuhkan anggaran yang tidak sedikit. Untuk membangun satu Politeknik saja dibutuhkan Rp206 miliar di luar pengadaan lahan.

Dengan demikian, untuk membangun 100 Politeknik dibutuhkan setidaknya Rp20,6 triliun atau sekitar Rp103 triliun untuk 500 Politeknik. “Anggaran sebesar itu untuk penyediaan gedung, pelatihan dan alat-alat di dalamnya,” ujar Mujiyono.

Belum lagi “membujuk” perusahaan untuk membangun Politeknik tidaklah gampang. Untuk menarik pihak swasta membangun politeknik, pemerintah menawarkan insentif tax super deduction (keringanan pajak).

Hanya saja, pemberlakuan paket insentif ini belum jelas kepastiannya karena Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP)nya masih menunggu tanda tangan presiden.

Memang, dibutuhkan waktu lama untuk mewujudkan dua strategi di atas. Membangun Politeknik saja menghabiskan waktu satu hingga dua tahun. Setelah itu, begitu politeknik beroperasi, masih dibutuhkan waktu tiga tahun lagi untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan industri 4.0.

Dengan berpijak pada perencanaan di atas, maka Indonesia baru bisa mendapatkan SDM yang sesuai dengan kebutuhan industri 4.0 pada 2024 atau 2025 mendatang. Dengan catatan, pelaksanaan dua langkah di atas sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Di luar dua strategi tadi, ada strategi lain yang lebih efisien untuk mencetak SDM di era industri 4.0, yaitu melalui program pemagangan berkualitas (Apprenticeships). Tahun 2020 pemerintah mentargetkan peserta magang sebanyak 2 juta orang.

Fokus Kemenperin meningkatkan kualitas SDM menghadapi industri 4.0, meliputi beberapa sektor, yaitu makanan dan minuman, tekstil dan busana, otomotif, kimia, serta elektronik.

Lima sektor ini menyumbang sekitar 60 persen Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, menyerap 60 persen tenaga kerja nasional dan menyumbang 65 persen produk ekspor.

Ditargetkan, tahun 2030 mendatang sekitar 50 persen industri dari lima sektor itu sudah menerapkan industri 4.0. Apabila kelimanya tumbuh dengan baik, maka ekonomi nasional bisa berjalan lebih kencang.

***

Salah satu perusahaan otomotif yang mulai mengaplikasikan industri 4.0 adalah PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN). Untuk mendukung pelaksanaan, TMMIN mencetak SDM yang berkompeten dengan cara membuka pemagangan Apprenticeships.

General Manager PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Subchan Gatot mengatakan, TMMIN telah membuka pemagangan sejak dua tahun terakhir. Satu kali proses pemagangan berlangsung selama setengah tahun.

Jumlah peserta magang yang bisa diterima TMMIN dalam enam bulan sekitar 120 orang, yang terbagi dalam dua batch. Adapun total peserta magang yang lulus pemagangan di TMMIN hingga akhir 2018 mencapai 329 peserta.

Dari jumlah tersebut, 95 persen di antaranya langsung diterima bekerja setelah mendapat sertifikat pemagangan. Mereka diterima bekerja bukan saja di TMMIN, tetapi juga di perusahaan-perusahaan otomotif lain.

Pemagangan di TMMIN bukanlah praktik kerja untuk siswa maupun mahasiswa yang sedang studi, melainkan pemagangan untuk pencari kerja, baik dari lulusan SMK maupun Politeknik. Sistem magang TMMIN mengadopsi pemagangan di Jerman, yaitu 70 persen praktik dan 30 persen teori.

Dalam seminggu, peserta mengikuti kelas pemagangan selama lima hari, yaitu empat hari di pabrik dan satu hari di kelas. Mereka didampingi mentor dan instruktur saat teori dan praktik. “Mereka mengajari dan mengawasi selama proses magang,” katanya kepada GATRA.

Di akhir proses magang, peserta akan dievaluasi dan diuji berdasarkan standar Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Jika lulus, peserta akan mendapatkan sertifikat BNSP. “Jadi, begitu lulus dari Toyota mereka mendapatkan dua sertifikasi, pertama sertifikat lulusan internal, lalu kedua sertifikat dari BNSP,” ujarnya.

Saat ini TMMIN memasukkan beberapa materi industri 4.0 dalam proses pemagangan untuk meningkatkan kualitas SDM. Dalam waktu dekat, TMMIN bahkan sudah mempersiapkan modul untuk pemagangan sistem smart manufacturing.

Smart manufacturing merupakan sistem kerja berbasis industri 4.0. Subchan mencontohkan, dalam smart manufacturing, orang bagian maintenance bukan lagi menunggu mesin rusak, kemudian memperbaikinya. Melainkan sudah bisa memprediksi kapan mesin akan rusak, lalu mencegahnya sebelum rusak.

Bidang lain di sektor otomotif yang akan bergeser adalah bagian las. Nantinya pekerjaan las akan dilakukan robot. “Tapi walaupun dia (manusia) bukan yang mengelas, namun dia yang akan mengendalikan robotnya. Robot kan dikendalikan juga sama manusia,” tambah Subchan.

Selain menciptakan peserta magang berbasis industri 4.0, TMMIN juga meningkatkan kualitas instruktur magang berbasis industri 4.0. Salah satu instruktur pemagangan TMMIN bahkan diikutkan dalam Pelatihan Master Trainer.

Output kegiatan yang pertama kali dilakukan di Indonesia ini adalah mencetak para peserta master trainer yang sesuai dengan perkembangan industri 4.0. Para peserta master trainer yang lulus, akan melatih instruktur magang di masing-masing perusahaan.

Selain TMMIN, perusahaan lain di sektor kimia, yaitu PT Pupuk kujang juga aktif melakukan pemagangan sejak 1987. Durasi pemagangan sekitar satu tahun dengan jumlah peserta 30-40 orang per tahun.

Ketua Badan Pembina Manajemen Mutu Terpadu PT Pupuk Kujang Dodi Pramadi mengatakan, para peserta magang di PT Pupuk Kujang adalah para pencari kerja lulusan SMK, politeknik ataupun universitas.

Sejak 2017, proses pemagangan di perusahaan ini dijalankan berdasarkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) sehingga seluruh peserta mendapatkan sertifikasi dari BNSP.

Menurut Dodi, saat ini PT Pupuk Kujang juga sedang menyusun kurikulum berbasis industri 4.0 untuk pemagangan karena banyak pergeseran jabatan dan pekerjaan. Dodi mengakui, di era industri 4.0, perusahaan pupuk akan melakukan efisiensi karyawan.

Sekitar tahun 70an, kata Dodi, industri pupuk merupakan salah satu industri padat karya. Begitu tahun 2000an, pabrik menggunakan teknologi baru. Akibatnya terjadi pemangkasan jumlah karyawan hingga setengahnya.

“Sekarang kita mau membangun pabrik lagi di Sulawesi yang lebih besar dari Jawa Barat. Ini karyawannya semakin lebih sedikit,” katanya kepada GATRA.

Bagian-bagian pekerjaan yang hilang di industri pupuk salah satunya bagian pemutar mesin. Dulu, tenaga pemutar menggunakan manusia dan sekarang diganti mesin. Demikian pula, bagian operator mesin juga akan hilang karena digantikan mesin otomatis.

Meski demikian, ada beberapa pekerjaan yang tetap digunakan di industri pupuk era industri 4.0 seperti bagian pemeliharaan, instrumen, tenaga inspeksi, tenaga safety, kemudian keuangan.

Menurut Dodi, magang dapat menyelesaikan permasalahan link and match antara industri dan pendidikan formal. “Harusnya sekolah melihat itu. Misalnya butuh mengelas di dalam air yang jarang disiapkan. Seharusnya sekolah menyiapkan itu,” ucapnya.

Di sisi lain, pemerintah juga harus terlibat aktif menghubungkan pendidikan dengan pemagangan berbasis industri 4.0. “Dikaitkan ke Balai Latihan Kerja (BLK). Setelah itu, akan terhubung ke industri. Ini harus cepat karena Indonesia termasuk ketinggalan,” tambah Dodi.

***

Selain industri manufaktur, industri jasa keuangan juga mengalami terjangan revolusi industri 4.0. Bank Mandiri misalnya yang menyadari arah bisnis jasa keuangan bergeser ke digitalisasi.

Salah satu penyesuaian yang dilakukan adalah mengurangi peserta magang di bagian teller atau customer service representative (CSR) dan call center. Di tahun 2018 peserta magang Bank Mandiri sebesar 3.007 peserta, lebih rendah dibandingkan tahun 2017 sebanyak 3.383 peserta.

Agar mampu menciptakan SDM yang siap bekerja di industri 4.0, Bank Mandiri sedang menyelesaikan kajian untuk menyesuaikan proses bisnis yang ada saat ini agar sejalan dengan perkembangan teknologi.

Senior Vice President Human Capital Services Bank Mandiri, Putu Dewi Prasthiani mengatakan, sebagai pilot project, Bank Mandiri telah membuka magang di bidang IT dan digital banking.

Menurut Putu, Bank Mandiri sedang mengkaji bidang pekerjaan yang akan terdampak industri 4.0. Salah satu bidang pekerjaan yang akan fokus dimagangkan ke depan adalah bagian Teknologi Informasi (TI) dan analisa data.

Untuk mendukung pemagangan berbasisi revolusi industri 4.0, Bank Mandiri juga meningkatkan kualitas instruktur. “Adapun, instruktur atau mentor akan dipilih dari pegawai Bank Mandiri yang memiliki kualitas dan pengalaman dalam bidangnya,” katanya.

Di Bank Mandiri sendiri, setiap peserta magang menjalani proses pemagangan paling lama satu tahun. Mereka ditempatkan magang di unit-unit Bank Mandiri.

Bagi peserta magang yang lulus akan mendapat dua sertifikat, yaitu sertifikat kompetensi magang yang dikeluarkan oleh Bank Mandiri dan sertifikat kompetensi nasional yang dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi Perbankan (LSPP).

“Program magang akan terus dikembangkan untuk dapat menjaring tenaga kerja potensial sesuai kebutuhan perseroan, khususnya menghadapi tantangan bisnis ke depan yang semakin berat di era Revolusi Industri 4.0,” ujar Putu.

***

Lembaga keuangan seperti Bank Mandiri memang harus siap-siap merombak sistem pemagangannya. Pasalnya jabatan yang selama ini dimagangkan, seperti teller atau customer service representative (CSR) maupun call center, menurut Kementerian Tenaga Kerja adalah jabatan yang akan terhempas oleh revolusi industri 4.0. “Sifatnya yang bisa digantikan komputer,” kata Direktur Pemagangan Kemenaker, Darwanto kepada GATRA.

Selain sektor jasa keuangan dan manufaktur, ada tiga sektor lagi yang akan mengalami revolusi industri 4.0 dalam waktu dekat, yaitu ritel, pariwisata dan kelautan/perikanan.

Darwanto mengatakan, agar lulusan pemagangan siap terjun ke industri 4.0, maka sistem pelatihan dan modul perlu disesuaikan dengan kompetensi yang dibutuhkan. Saat ini kurikulum dan silabus magang berbasisi industri 4.0 belum ditetapkan, baik di tataran standar nasional maupun standar khusus.


Kompetensi Pemagangan Industri 4.0 (Dok. GATRA/far)
Kendati demikian, Darwanto menjelaskan perubahan kurikulum pemagangan di perusahaan bisa disesuaikan dengan cepat sesuai kebutuhan industri 4.0.“Begitu industri berubah, kami berubah. Karena kurikulum magang itu mudah menyesuaikan, beda dengan kurikulum pendidikan,” kata dia.

Penyesuaian kurikulum terletak pada unit kompetensi yang dicapai dalam magang. Misalnya magang pekerjaan programmer, unit kompetensinya perlu disusun industri.

Untuk penerapannya, kata Darwanto, dilakukan secara bertahap. “Jadi jangan dibayangkan, sekarang revolusi industri 4.0, semua harus langsung berubah,” ucap Darwanto.

Posisi-posisi pekerjaan yang saat ini berpotensi hilang di industri 4.0 akan disiasati dengan menyisipkan materi-materi kewirausahaan.

Pemagangan di industri garmen misalnya, Kemenaker menyisipkan materi wirausaha agar peserta magang memiliki kompetensi berbisnis. Jadi ke depan posisi itu hilang, maka pekerja bisa langsung beralih ke wirausaha.

Masalah lain, belum semua industri siap melakukan pemagangan berkualitas untuk mencetak SDM industri 4.0. Sebab membutuhkan investasi besar. Perusahaan harus menyiapkan beberapa instrumen pemagangan berkualitas seperti, infrastruktur, modul pemagangan dan instruktur atau mentor.

Berdasarkan data Kemenaker, sepanjang 2018 hanya ada 1.110 perusahaan yang melakukan pemagangan berkualitas di Indonesia. Padahal di wilayah Jabodetabek saja, ada sekitar 500.000 perusahaan.

Jika setengah dari 500.000 perusahaan saja melakukan pemagangan, kata Darwanto, maka setiap tahun ada 5 juta SDM pencari kerja yang ditingkatkan kualitasnya. Dengan asumsi, setiap tahun perusahaan menerima 20 peserta magang. “Coba kalau di pendidikan formal, itu sudah berapa sekolah. Itu juga butuh 3 tahun,” katanya.


Jumlah perusahaan penyelenggara pemagangan di Indonesia (Kementerian Ketenagakerjaan/far)
Koordinator Nasional untuk Proyek Pemagangan ILO, Dede Sudono mengatakan, dalam industri 4.0 akan terjadi banyak pergeseran pekerjaan. Data International Labour Organization (ILO) menyebutkan sekitar 75 -375 juta tenaga kerja global telah beralih profesi.

Menyikapi ini, ILO mendorong asosiasi dan industri menentukan pekerjaan yang akan hilang dan muncul dalam waktu dekat di era industri 4.0. “Kira-kira keterampilan apa yang akan hilang dan keterampilan apa yang akan dibutuhkan,” katanya kepada GATRA.

Dengan begitu, pemagangan dapat dijadikan solusi jangka pendek untuk membenahi kekosongan kompetensi SDM di industri 4.0. Dede menilai, dengan adanya pemetaan yang tepat menghadapi era industri 4.0, pelaksanaan pemagangan bisa tepat sasaran. “Bukan asal- asalan,” katanya.

Jabatan di bidang perhotelan seperti resepsionis misalnya akan berpotensi hilang. Karena pekerjaan tersebut, kata Dede, berpotensi dialihkan ke teknologi aplikasi. “Bisa saja kunci (hotel) sudah bisa dikirim lewat telepon pintar memakai barcode. Hotel enggak perlu lagi resepsionis,” ujarnya.

Di usianya yang sudah 100 tahun, ILO meyakini, perkembangan industri 4.0 akan berlangsung cepat. Saat ini perusahaan-perusahaan global sedang berlomba-lomba menerapkan industri 4.0. Maklum, penerapan industri keempat ini memberikan efisiensi bagi pelaku usaha.

Cuma di Indonesia, tantangan terbesar ialah mencetak SDM yang siap memasuki industri 4.0. Jika industri bertumpu pada pendidikan formal, maka industri nasional mirip seperti odong-odong tadi. Dampaknya, daya saing industri nasional melempem.

Oleh karena itu, sambung Dede, pemagangan berbasis industri 4.0 bisa dilakukan terlebih dulu sembari menunggu kesiapan dunia pendidikan. “Jika hanya mengandalkan sektor pendidikan semata, maka prosesnya akan sangat lama,” katanya.

Hendry Roris Sianturi


Sumber :
https://www.gatra.com/detail/news/420461/economy/strategi-kilat-siasati-revolusi-industri-40

Friday, May 31, 2019

BP Batam Wujudkan Sistem Logistik yang Modern Lewat Smart Contract

Jumat, 31 Mei 2019 - 10:09 WIB

batampos.co.id – Sebagai lembaga Badan Layanan Umum (BLU) yang bertugas untuk membangun dan mengelola Batam, BP Batam terus memberi inovasi untuk meningkatkan daya saingnya.

Berselang enam hari dari kerjasama antara dClinic International guna mengembangkan sistem Blockchain Kesehatan Publik pertama di Indonesia, BP Batam kembali mengadakan Penandatanganan Nota Kesepahaman tentang Kerjasama Proyek Percontohan Indonesia Blockchain Logistics bersama PLMP Fintech LTD dan PT Central Distribusi Batam.

Kegiatan tersebut berlangsung di Ruang Rapat Mahakam, Gedung Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada Rabu (29/5) siang, dan dihadiri oleh Kym Kee selaku Wakil Direktur (Chief Operating Officer) PLMP Fintech PTE.LTD, Komisaris PT Central Distribusi Batam, Agus Riyanto, Direktur Utama PT Sarinah, Ngurah Yasa, dan Kepala BP Batam, Edy Putra Irawady.

Kepala BP Batam, Edy Putra Irawady mengatakan, kerjasama tersebut merupakan salah satu bentuk wujud prioritas dan komitmen BP Batam untuk tahun 2020 dengan mengintegrasikan kegiatan logistik dan komoditas.

“Nah, kami menghadirkan teknologi Blockchain yang disebut sebagai Smart Contract. Terobosan ini merupakan hal yang krusial, karena logistik adalah kunci dari perekonomian nasional,” ujarnya.

Edy menambahkan, teknologi Smart Contract nantinya akan menggunakan layanan Data Center dari Pusat Data dan Sistem Informasi (PDSI) BP Batam, sebagai salah satu entitas bisnis di BP Batam.

Menurutnya, tantangan yang dihadapi adalah penerapan pemerataan implementasi teknologi di Batam dan kesesuaian bentuk bisnis yang dipersiapkan untuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

“Kita sudah memiliki fasilitasnya dan perbaiki infrastrukturnya, jadi sesegera mungkin bisa terlaksana,” jelasnya. Edy melanjutkan, meski dirancang dalam bentuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), teknologi tersebut tetap di jalan.

“Implementasinya saya harapkan maksimal tiga bulan setelah penandatanganan perjanjian kerjasama,” paparnya..

Kata edy, teknologi Blockchain merupakan platform desentralisasi atau Digital Legder, di mana transaksi dapat terekam dan terintegrasi secara digital.

Wakil Direktur PLMP Fintech PTE.LTD, Kym Kee, mengatakan sistem tersebut tidak menggunakan pihak ketiga. “Sederhananya, catatan transaksi-transaksi yang sudah terjadi, disimpan oleh lebih dari satu komputer. Jadi akan lebih susah untuk men-hack sistem ratusan bahkan ribuan komputer,” jelasnya.

Kym mengungkapkan, kecil kemungkinan adanya gangguan untuk semua komputer pada waktu yang sama. menurutnya, dengan menggunakan metode konvensional biasanya akan menimbulkan masalah kepercayaan.

“Dengan menggunakan jaringan Peer-to-Peer yang Blockchain miliki, hal tersebut dapat teratasi,” katanya.

Sedangkan Smart Contract sendiri lanjutnya, adalah kontrak kripton yang mengizinkan penggunanya untuk mentransfer aset secara digital. Baik mengontrol transfer mata uang digital atau aset antar pihak dalam kondisi tertentu.

Kontrak tersebut kemudian akan tersimpan di dalam teknologi Blockchain dan bersifat Immutable atau tidak bisa diubah.(*)


Sumber :
https://batampos.co.id/2019/05/31/bp-batam-wujudkan-sistem-logistik-yang-modern-lewat-smart-contract/

Wednesday, May 29, 2019

E-Commerce Siap Kirim Barang dengan Drone, Regulasi Belum Ada

Aturan main drone melibatkan banyak instansi termasuk Kementerian Perhubungan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, serta Kementerian Pertahanan.

Deandra SyarizkaDeandra Syarizka - Bisnis.com
29 Mei 2019  |  10:51 WIB

Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan e-commerce JD.ID dan Bukalapak sudah memiliki teknologi untuk mengirimkan barang pesanan menggunakan pesawat nirawak (drone). Namun, teknologi tersebut belum bisa diterapkan karena belum ada aturan tentang penggunaan drone secara komersial.

Head of Corporate Communications & Public Affairs JD.ID Teddy Arifianto menyatakan, perusahaan memang berencana merilis layanan pengiriman produk dengan drone. Akan tetapi, pihaknya masih menunggu kepastian regulasi terkait dengan penggunaan drone karena aturan main drone melibatkan banyak instansi termasuk Kementerian Perhubungan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, serta Kementerian Pertahanan.

“Rencana selalu ada, tetapi masih terkendala aturan. Bukan soal gaya-gayaan siapa yang lebih dahulu, tetapi buat kami sekarang lebih penting mempersiapkan aturan mainnya dulu,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (28/5).

Pada Januari, JD.com, induk usaha JD.ID asal China, mengumumkan suksesnya uji coba drone untuk pengiriman barang pertama kalinya di Indonesia. Uji coba ini diklaim sebagai terobosan di sektor pengiriman dengan menggunakan drone di Asia Tenggara.

Penerbangan uji coba tersebut berlangsung pada 8 Januari 2019 di Jawa Barat. Rute terbang drone dari Desa Jagabita, Parung Panjang, Bogor ke Sekolah Dasar MIS Nurul Falah Leles dengan tujuan mengirimkan tas ransel dan buku-buku kepada para siswa.

Teddy menambahkan, JD.ID berencana menggunakan drone untuk mengirimkan barang ke area yang sulit dijangkau transportasi darat. Menurutnya, penerapan drone dalam pengiriman dagang-el akan memungkinkan warga Indonesia menikmati layanan yang lebih efisien, serta membantu perusahaan mewujudkan cita-cita untuk mengirimkan 85% pesanan pada hari yang sama atau esok harinya.

PT Bukalapak.com juga tengah menguji coba pengiriman barang kebutuhan sehari-hari melalui drone. Rencananya, layanan yang masih dalam tahap penelitian dan pengembangan ini akan diluncurkan pada akhir tahun ini.

Merchant Improvement Senior Manager Bukalapak James Karnadi menyatakan perusahaan baru-baru ini melakukan uji coba pengiriman dengan drone di Tangerang, dengan radius terbatas di bawah 5 kilometer.

“Bukalapak merespons tren global di mana orang-orang membutuhkan produk kebutuhan sehari-hari secara cepat, langsung di depan pintunya,” ujarnya.

Dia menambahkan, pengembangan layanan pengiriman barang dengan drone dilakukan untuk menghemat waktu pengiriman. Pengiriman dengan drone dari gudang ke rumah pelanggan hanya menghabiskan 3—5 menit, dibandingkan dengan pengiriman menggunakan ojek online yang diestimasikan mencapai 15—20 menit.


Sumber :
https://teknologi.bisnis.com/read/20190529/84/928747/e-commerce-siap-kirim-barang-dengan-drone-regulasi-belum-ada

Monday, April 1, 2019

E-Commerce Ramai-ramai Buka Layanan O2O

Senin, 01 April 2019 10:32 WIB

Pelaku bisnis e-commerce berlomba-lomba memberikan layanan omni-channel atau memberikan lebih dari satu channel penjualan, seperti e-commerce, m-commerce, social commerce hingga toko fisik. Ada beberapa tujuan layanan omni-channel, antara lain melakukan riset, menciptakan pengalaman pelanggan secara efektif, konsisten, dan saemless (tanpa hambatan).

Seperti yang dilakukan oleh JD.id, e-commerce asal China JD.com, pada Agustus 2018 lalu meluncurkan JD.id X Mart di Pantai Indah Kapuk (PIK) Avenue. Menariknya, toko ini mengadopsi konsep yang sudah diterapkan di China, yakni toko tanpa kasir. Semua barang di toko ini telah dilengkapi dengan teknologi radio frequency identification (RFID) untuk mengetahui barang apa saja yang dibawa keluar oleh pengunjung. Pada saat pengunjung keluar, secara otomatis barang yang dibawa tercatat dan masuk ke tagihan kartu kredit yang dimiliki oleh pengunjung.

Teddy Ariafianto, Head of Corporate Communications and Public Affairs JD.id mengatakan, dalam 1-2 tahun terakhir telah terjadi pergeseran perilaku konsumen, di mana e-commerce menjadi katalisatornya. Menurutnya, saemless berarti tidak membedakan antara online dan offline. Layanan JD.id X Mart, menurutnya, untuk meningkatkan pengalaman konsumen saat berbelanja.

Hal yang sama dilakukan oleh Tokopedia dengan meluncurkan Tokopedia Official Store, yang hadir sebagai solusi bagi pengguna untuk berbelanja produk-produk yang ada di platform Tokopedia secara langsung, mudah, cepat, dan nyaman. Salah satu official store itu hadir di Lippo Mal Puri, yang dibuka pada Jumat (29/3/2019) lalu.

Inna Chandika, Vice President of Merchants Tokopedia menjelaskan, layanan tersebut untuk meningkatkan cakupan dan kualitas layanan. Kehadiran Tokopedia Official Store menjadi salah satu pilihan untuk memenuhi permintaan pelanggan akan pengalaman belanja yang lebih nyaman. Tokopedia Official Store juga memberikan perlindungan produk berupa garansi pengiriman dan pengembalian produk.

"Tokopedia bekerja sama dengan lebih dari 2.000 mitra untuk menghadirkan jutaan produk pilihan melalui official store," ujar Inna.

Sementara itu, Bukalapak menempuh langkah yang sedikit berbeda dalam menghadirkan layanan offline. Fajrin Rasyid, CEO Bukalapak, mengatakan, pihaknya tidak akan terburu-buru untuk membuka toko atau official store milik Bukalapak sendiri. Tapi pihaknya akan menggandeng pemilik toko yang sudah ada menjadi agen offline Bukalapak.

Menurutnya, saat ini sudah ada lebih dari 500 ribu jaringan warung yang bermitra dengan Bukalapak. Jaringan itu dapat menjadi mitra terpercaya Bukalapak bagi masyarakat yang ingin berbelanja secara offline. Menurutnya, konsep tersebut juga seperti diterapkan oleh perusahaan di China, yang memberdayakan jutaan warung.

"Mungkin kami juga akan bikin store, tapi biayanya besar, jadi testing eksperimen dulu," ujar Fajrin.


Sumber :
https://www.wartaekonomi.co.id/read221848/e-commerce-ramai-ramai-buka-layanan-o2o.html

Sunday, March 24, 2019

Ada Rp740,4 T Uang Berputar di Transportasi, Mana yang Tertinggi?

Supply Chain Indonesia memprediksi pertumbuhan sektor transportasi mencapai 11, 15% menjadi Rp 740,4 triliun.

Rinaldi Mohammad AzkaRinaldi Mohammad Azka - Bisnis.com
24 Maret 2019  |  18:56 WIB

Bisnis.com, JAKARTA – Supply Chain Indonesia (SCI) memprediksi pertumbuhan di sektor transportasi pada tahun ini mencapai 11, 15% menjadi Rp 740,4 triliun dibandingkan dengan realisasi pada tahun lalu.

Adapun, kontributor tertinggi masih dari angkutan darat sebesar Rp 380,8 triliun (51,43%) dan angkutan udara sebesar Rp 282,2 triliun (38,12%). Sementarai itu, Angkutan laut berkontribusi sebesar 6,50% angkutan darat (jalan), angkutan sungai, danau, dan penyeberangan sebesar 2,30% dan angkutan rel sebesar 1,66%.

Ketua SCI, Setijadi menuturkan bahwa walaupun angkutan darat berkontribusi tertinggi, tingkat pertumbuhan tertinggi pada 2019 diprediksi pada angkutan udara mencapai 17,37% dan angkutan rel sebanyak 17,11%.

“Pertumbuhan angkutan-angkutan lainnya diprediksi di bawah 10%, yaitu angkutan darat sebesar 7,55%, angkutan laut sebesar 6,65%, serta angkutan sungai, danau, dan penyeberangan sebesar 6,24%,” ungkapnya akhir pekan lalu.

Dia menilai, kontribusi setiap angkutan atau moda transportasi yang tidak berimbang tersebut menunjukkan ketidakseimbangan penggunaan moda-moda transportasi di Indonesia. Hal ini terangnya, berpotensi terhadap inefisiensi proses dan biaya transportasi dan logistik yang berdampak terhadap harga produk dan komoditas.

“Selain memengaruhi daya saing nasional, untuk beberapa wilayah tertentu, hal ini berdampak pada ketersediaan produk dan komoditas, serta disparitas harga antarwilayah,” katanya.

Pemerintah dan para pihak terkait ujar Setijadi, perlu mendorong peningkatan peranan moda-moda transportasi secara berimbang untuk mewujudkan sistem transportasi multimoda secara terintegrasi dengan transportasi laut sebagai tulang punggung.

Menurutnya, angkutan laut sebagai tulang punggung sesuai dengan karakteristik geografis Indonesia ini akan mendorong efisiensi sistem logistik nasional.

Menurutnya, pemerintah dan para pihak juga harus mencermati pertumbuhan sektor transportasi berdasarkan data PDB tersebut. Nilai sektor transportasi mencakup semua pengeluaran termasuk biaya, termasuk biaya-biaya yang tidak memberikan nilai tambah dalam jalur transportasi seperti karena kemacetan.

Faktor penyebab potensial lainnya adalah inefisiensi dalam proses penanganan barang di simpul-simpul transportasi seperti pelabuhan, bandara, dan terminal barang.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa kontribusi lapangan usaha transportasi dan pergudangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2018 sebesar Rp 797,3 triliun atau 5,37% dari PDB yang bernilai Rp 14.837,36 triliun.

Lapangan usaha tersebut menggambarkan sektor logistik yang mencakup subsektor transportasi per moda, yatu rel, darat, laut, udara, serta sungai, danau, dan penyeberangan. Sektor logistik juga mencakup pergudangan dan jasa penunjang angkutan, serta pos dan kurir.   


Sumber :
https://ekonomi.bisnis.com/read/20190324/98/903713/ada-rp7404-t-uang-berputar-di-transportasi-mana-yang-tertinggi

Thursday, December 20, 2018

Ecommerce Butuh Dukungan Logistik

Dengan suksesnya penetrasi platform e-commerce menjadi gaya hidup di Indonesia melalui berbagai festival belanja, aspek logistik menjadi faktor kunci pendukung bertumbuh kembangnya skala industri e-commerce.

Mia Chitra Dinisari
20 Desember 2018  |  20:23 WIB

Bisnis.com, JAKARTA - Dengan suksesnya penetrasi platform e-commerce menjadi gaya hidup di Indonesia melalui berbagai festival belanja, aspek logistik menjadi faktor kunci pendukung bertumbuh kembangnya skala industri e-commerce.

Apalagi  industri yang satu ini memang sedang mengalami puncak pertumbuhan sepanjang 2018 ini. Dalam acara Harbolnas 2018 kemarin saja misalnya, masalah pengiriman barang pesanan yang tertunda banyak dikeluhkan para konsumen di media sosial.

Bahkan, penjual di lapak online yang notabenenya bukan ecommerce pun kena imbasnya. Mereka ramai-ramai mengumumkan keterlambatan pengiriman barang di jasa kurir karena overload logistik. Keluhan pembeli harus diterima, sementara kewenangan bukan di tangan mereka.

Pelaku ecommerce juga mengerahkan semaksimal mungkin jumlah kurir yang ada selama program Harbolnas berlangsung.

“Di Jabodetabek, kami memiliki lebih dari 35 drop point dimana barang dari gudang disalurkan melalui drop point yang kemudian dijemput oleh para kurir kami yang langsung membawa pesanan ke tangan pelanggan. Selama Harbolnas ini kami mengaktifkan seluruh titik pengepul kami selama 24 jam. Ini wujud komitmen kami kepada pelanggan, mohon maaf kalau masih belum memenuhi ekspektasi,” ujar Teddy Arifianto Head of Corporate Communications dan Public Affairs JD.ID

Melonjaknya lalu lintas pesanan barang di semua e-commerce di hari-hari istimewa seperti 11.11, dan 12.12 kemarin disinyalir menjadi penyebab ketidaksesuaian antara ekspektasi pelanggan dan waktu antar yang dijanjikan.

Karena itu menurut Teddy perlu dipikirkan ke depannya mengenai utilitas teknologi dan yang tak kalah penting adalah pemahaman pelanggan mengenai proses di balik industri logistik mulai dari pesanan diterima hingga pengantaran barang ke tangan pelanggan.

Aulia E. Marinto, mantan Ketua Asosiasi e-Commerce Indonesia (idEA) pada Agustus 2017 lalu pernah mengatakan untuk meningkatkan ketepatan waktu pengiriman. Aulia menyebutkan perlunya kerjasama dan integrasi dari pengelola transportasi, penyedia jasa angkutan, dan pihak terkait.

Semuanya itu menjadi pekerjaaan rumah yang diperlukan untuk membuat Indonesia menjadi salah satu kekuatan e-commerce di kawasan Asia Pasifik. Indonesia ditaksir memiliki potensi ekonomi berbasis elektronik sebesar US$130 miliar sampai 2020.

Apalagi, dengan bentuk negara kepulauan yang terbentang sepanjang lebih dari 13 ribu kilometer dari ujung barat ke timur, bukanlah mudah bagi para pelaku industri logistik tanah air untuk tumbuh dan memberikan layanan terbaik.

Pada medio Agustus 2018 lalu, Bank Dunia atau World Bank membeberkan sejumlah tantangan untuk Indonesia ke depannya menyusul naiknya Logistics Performance Index (LPI) 2018 ke urutan 46 dengan skor 3,15, atau naik 17 peringkat dari dua tahun sebelumnya yang berada diposisi ke-63 dengan skor 2,98 se-dunia.

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai industri logistik menghadapi sejumlah tantangan di era Revolusi Industri 4.0. Dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat, industri logistik diharapkan bisa memanfaatkan hal tersebut agar bisnisnya tetap bisa bertahan.


Sumber :
https://ekonomi.bisnis.com/read/20181220/12/871791/ecommerce-butuh-dukungan-logistik

Saturday, December 15, 2018

Indonesia, Pasar E-commerce yang Menggiurkan

Gatra.com | 
15 Dec 2018 13:27 

Jakarta, Gatra.com - Pesatnya pertumbuhan teknologi digital, terutama di bidang pemasaran, menimbulkan perspektif baru dalam budaya kerja, khususnya bagi generasi milenial. Generasi milenial cenderung menyukai tantangan untuk berinovasi, mengelola start-up, serta mendalami entrepreneurship di era digital.

Tak terkecuali di Indonesia. Semarak dunia digital dan ramainya lini e-commerce pun tersaji di negeri ini. Sebuah era “baru” yang begitu dinamis sekaligus menantang. Segalanya dituntut serba cepat dan mudah.

“Indonesia merupakan pasar e-commerce yang begitu menggiurkan,” kata Mr. Dato' Lawrence Teo - founder & managing director iSynergy International Sdn Bhd, dalam konferensi persnya usai peluncuran training centre, di gedung Anugrah, Kantor Taman E3.3, unit A.2, di kawasan Mega Kuningan, Jakarta, Sabtu (15/12).

Mr. Dato' Lawrence Teo yang juga sebagai pendiri mengharapkan dengan peresmian training centre ini, bisnis pemasaran afiliasi dapat meningkatkan pertumbuhan pendapatan secara eksponensial dengan pencapaian yang signifikan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, pertumbuhan ini diharapkan mampu membangun basis afiliasi yang solid dan luas seiring pertumbuhan e-commerce Indonesia yang melejit pesat.

“Peluncuran training centre baru ini merupakan bukti komitmen Affiliate Junction dalam menghadirkan ragam fasilitas untuk kemudahan serta kenyamanan berbisnis bagi para afiliasi dan prospek baru,” katanya.

Mr. Dato' Lawrence Teo mengungkapkan bahwa Affiliate Junction hadir di Indonesia sebagai sebuah solusi bisnis pemasaran terbaru yang mengedepankan kinerja afiliasi, sebagai sumber pendapatan utama atas keberhasilan promosi mitra merchant.

“Semakin efektif kinerja Afiliasi, maka semakin tinggi pendapatan yang diraih,” katanya.

Salah satu program AJ yang berkembang di Indonesia adalah Smart$aver. Smart$aver merupakan brand terkemuka untuk program belanja ritel secara online dan offline di Indonesia. Dengan program ini, memungkinkan bagi member untuk mendapatkan manfaat Cash Point dan Reward Point pada setiap transaksi yang dilakukan.

“Selain itu, afiliasi juga akan mendapatkan komisi untuk setiap transaksi member,” kataya.

Keunggulan dari AJ, di antaranya, setiap afiliasi tidak hanya tergabung dalam sistem pemasaran jaringan afialiasi global, tapi juga diberikan pelatihan terstruktur dan didukung perangkat system yang ideal untuk memperkuat bakat dan keahlian dalam menjalankan bisnis afiliasi ini.

“Ke depannya, diharapkan bisnis pemasaran afiliasi dapat semakin meningkatkan jumlah pertumbuhan entrepreneur di Indonesia, sebagai solusi alternatif dalam mencari sumber penghasilan,” kata Dato’ Lawrence Teo.

Sementara itu, Mr. Will Ong selaku CEO PT. Inovatif Sinergi Internasional (PT.ISI) mengungkapkan bahwa iSYNERGY Group Limited (“iSYNERGY”) adalah bisnis jaringan pemasaran afiliasi terkemuka dan penyedia solusi bisnis berbasis kinerja. iSYNERGY menghubungkan pengiklan dengan afiliasi melalui platform pemasaran afiliasi untuk memberikan solusi berbasis kinerja untuk mempromosikan produk / brand dan mendorong prospek bisnis untuk berpartisipasi.

“Platform pemasaran afiliasi, Afiliasi Junction, merupakan rumah bagi lebih dari 25.000 afiliasi dan 1.000 mitra pengiklan. Di bawah platform Affiliate Junction, tersedia berbagai program afiliasi yang melayani berbagai industri vertikal dan sektor pasar,” katanya.

iSYNERGY sendiri, kata Mr Will telah memulai kiprahnya di kalangan entrepreneur Indonesia melalui platform AJ sejak tahun 2016 silam. Perusahaan yang bermarkas di Malaysia, telah sukses melakukan ekspansi ke berbagai negara di kawasan Asia Tenggara, dan mulai merambah pasar baru di Indonesia.

“Hal ini bertujuan untuk memberikan solusi pemasaran inovatif melalui platform yang menguntungkan secara universal,” katanya.

Dikatakan bahwa melalui terobosan baru ini, iSYNERGY , dengan platform Affiliate Junction (AJ), melihat betapa besarnya peluang bisnis ini kedepan dengan menyediakan solusi bisnis pemasaran afiliasi yang tidak hanya terbatas pada ranah pasar online saja, tetapi juga meliputi ranah pasar offline (O2O).

Adapun Lutfi Sahlan - Bussiness Strategic & operational manager PT. Inovatif Sinergi Internasional, yang mengelola kegiatan bisnis iSYNERGY di Indonesia, mengungkapkan bahwa PT ISI perkuat basis afiliasi dengan meluncurkan training centre di Jakarta.

“Ini bukti komitmen dalam menghadirkan ragam fasilitas untuk kemudahan serta kenyamanan berbisnis pemasaran afiliasi di Indonesia,” katanya.


Sumber :
https://www.gatra.com/detail/news/372666-Indonesia-Pasar-E-commerce-yang-Menggiurkan

Related Posts