Kamis 16/1/2020 | 00:02
JAKARTA – Pemerintah mesti bisa mempengaruhi perusahaan e-commerce skala global, seperti Amazon dan Alibaba untuk memasarkan produk-produk Indonesia.
“Indonesia dengan populasi keempat terbesar dunia merupakan pasar yang sangat penting dan strategis untuk pertumbuhan pasar masa depan bagi Amazon, Alibaba, dan e-commerce companies. Untuk itu, pemerintah harus mempunyai pengaruh besar untuk mendorong e-commerce companies untuk komit mengekspor produk-produk dalam negeri dari Indonesia,” kata pemerhati bisnis dalam jaringan (online), Edi Humaidi, saat dihubungi, Rabu (15/1).
Edi menanggapi kebijakan pemerintah India yang mampu mengajak Amazon asal Amerika Serikat (AS) mengembangkan e-commerce. “India dan Indonesia hampir mirip, sama-sama mempunyai penduduk yang besar. Namun, India bisa mengajak Amazon untuk memasarkan produk dalam negeri, bukan menjadikan India sebagai pasar barang impor,” paparnya.
Diketahui, sekitar 90 persen produk yang dipasarkan melalui e-commerce di Indonesia merupakan barang-barang impor. Kondisi ini menyebabkan neraca perdagangan Indonesia menjadi defisit dan daya saing produk dalam negeri menjadi melemah.
Sebelumnya, CEO Amazon.com Inc, Jeff Bezos, mengatakan perusahaannya akan menginvestasikan satu miliar dollar AS untuk mendorong usaha kecil dan menengah di India, merambah pasar dalam jaringan (online) dan meningkatkan ekspor produk India senilai 10 miliar dollar AS pada 2025.
Sampai saat ini Indonesia tidak mempunyai perwakilan dan program pemasaran ekspor yang efektif untuk produk-produk nasional. Karena hampir semua pembantu Presiden lebih banyak berbicara tentang impor, antara lain garam, gula, kedelai, terigu, dan migas.
Itulah sebab, kesepakatan dagang tahap pertama AS-Tiongkok tidak akan mengangkat permintaan komoditas Indonesia dari Tiongkok secara signifikan, karena dari nilai 200 miliar dollar AS pembelian produk AS oleh Tiongkok bersifat konsumsi, seperti kedelai, pesawat terbang, LNG, produk industri, yang semua itu bukan kontributor pertumbuhan peningkatan produktivitas industri bagi Tiongkok. Akibatnya, perjanjian dagang tahap pertama AS-Tiongkok tidak membawa dampak kenaikan signifikan bagi ekspor Indonesia.
“Bargaining Power”
Namun, e-commerce raksasa dunia dapat mengangkat permintaan produk-produk nasional Indonesia, seperti Alibaba yang menjual duren Malaysia ke Tiongkok secara besar-besaran. Untuk itu, diperlukan bargaining power yang besar untuk mendorong e-commerce raksasa dunia dan retailer raksasa dunia untuk memasarkan dan menyerap produk-produk hasil dalam negeri Indonesia.
Adanya wacana Pemprov untuk mewajibkan mal untuk memfasilitasi 20 persen areal sewa untuk produk nasional, termasuk UKM adalah hal yang sangat penting agar produk Indonesia bisa secara berimbang dapat bersaing dengan produk impor multinasional raksasa dunia.
Kualitas produk nasional sulit untuk meningkat bertaraf dunia jika pasarnya terbatas atau hanya dipasarkan di pasar kumuh sehingga harus sangat murah, apalagi kualitasnya seadanya. Tidak mungkin produk UKM dan industri kecil dalam negeri dapat bersaing tanpa adanya proaktif tindakan dan kebijakan pemerintah yang pro-industri dalam negeri.
Pada Rabu (15/1), Bezos hadir dalam sebuah acara perusahaan di Stadion Jawaharlal Nehru, di New Delhi, yang disebutnya sebagai konferensi tingkat tinggi terbesar pertama untuk menyatukan lebih dari 3.000 usaha kecil. “Amazon akan memanfaatkaan ukuran, cakupan, dan skala bisnis untuk mengekspor produk lokal India senilai 10 miliar dollar AS sampai dengan 2025,” ujarnya.
Sumber :
http://www.koran-jakarta.com/pemerintah-harus-dorong-ekspor-melalui--e-commerce--global/
No comments:
Post a Comment