Pages

Wednesday, November 20, 2024

PPIC : Kunci Efisiensi Manufaktur

PPIC (Production Planning and Inventory Control)

PPIC, atau Production Planning and Inventory Control, adalah bagian penting dalam manajemen produksi yang bertugas mengintegrasikan perencanaan produksi dan pengelolaan inventaris. Peran utama PPIC adalah memastikan proses produksi berjalan lancar, efisien, dan sesuai permintaan pasar.

Tugas Utama PPIC

  1. Forecasting Permintaan:
    PPIC memulai dengan menganalisis data penjualan dan tren pasar untuk memprediksi kebutuhan pelanggan. Hasilnya menjadi dasar penyusunan rencana produksi.
  2. Perencanaan Produksi:
    Menyusun jadwal produksi berdasarkan perkiraan permintaan dan kapasitas mesin.
  3. Pengelolaan Inventaris:
    Memastikan ketersediaan bahan baku dan menghindari kelebihan stok.
  4. Koordinasi Antar Departemen:
    Menghubungkan divisi pembelian, produksi, dan distribusi agar operasional berjalan efisien.
  5. Pemantauan dan Evaluasi
    PPIC terus memonitor proses produksi, menyelesaikan masalah jika ada hambatan, dan mengevaluasi kinerja untuk perbaikan berkelanjutan.
    Proses ini menjadikan PPIC sebagai penggerak utama efisiensi dalam operasional perusahaan.

Manfaat PPIC

  • Efisiensi Operasional: Meminimalkan waktu tunggu dan memaksimalkan kapasitas produksi.
  • Pengendalian Biaya: Mengurangi biaya penyimpanan melalui manajemen stok yang optimal.
  • Kepuasan Pelanggan: Memastikan pengiriman tepat waktu dengan produksi yang sesuai permintaan.

Tantangan PPIC

  • Permintaan yang Tidak Stabil: Membutuhkan fleksibilitas tinggi dalam perencanaan.
  • Koordinasi Data: Kesalahan komunikasi antar departemen dapat memengaruhi kelancaran proses.

Berikut adalah beberapa kendala umum yang dihadapi PPIC dalam operasionalnya:

1. Perubahan Permintaan Mendadak
Fluktuasi permintaan yang tidak terduga membuat rencana produksi perlu disesuaikan dengan cepat, yang dapat mengganggu alur kerja.
2. Ketidaksesuaian Data Forecast
Perbedaan antara prediksi permintaan dengan realisasi dapat menyebabkan overstock atau kekurangan bahan baku.
3. Koordinasi Antar Departemen
Komunikasi yang buruk antara PPIC, purchasing, produksi, dan logistik sering memicu kesalahan dalam jadwal atau pengadaan bahan.
4. Keterlambatan Pengadaan Bahan Baku
Jika bahan baku tidak tersedia tepat waktu, produksi bisa terhambat, mengakibatkan keterlambatan pengiriman.
5. Masalah Kapasitas Produksi
Ketidakcocokan antara kapasitas produksi dengan jumlah pesanan dapat menyebabkan backlog atau idle time.
6. Ketidakseimbangan Stok
Kelebihan atau kekurangan stok dapat memengaruhi biaya penyimpanan dan efisiensi operasional.

Kesimpulan

PPIC adalah tulang punggung operasional dalam industri manufaktur. Dengan perencanaan dan pengelolaan inventaris yang baik, PPIC membantu perusahaan mencapai efisiensi, memenuhi permintaan pasar, dan mempertahankan kepuasan pelanggan. Peran strategis ini menjadikan PPIC elemen kunci dalam kesuksesan bisnis.

Monday, November 18, 2024

Pelatihan untuk Purchasing

Kisi-kisi pelatihan untuk Purchasing yang dirancang agar peserta memahami proses, strategi, dan keterampilan penting dalam pengelolaan pembelian dan pengadaan barang/jasa:

1. Pengantar dan Dasar-Dasar Purchasing

  • Materi:
    • Peran Purchasing dalam Supply Chain Management.
    • Hubungan Purchasing dengan fungsi lain (Finance, Production, Logistics).
    • Terminologi penting dalam Purchasing.
  • Tujuan: Memahami dasar-dasar purchasing dan pentingnya dalam mendukung efisiensi perusahaan.

2. Proses Purchasing

  • Materi:
    • Langkah-langkah proses pengadaan (identifikasi kebutuhan, seleksi vendor, negosiasi, kontrak, penerimaan barang).
    • Dokumentasi yang diperlukan dalam purchasing (PO, invoice, dll.).
    • Alur kerja menggunakan sistem ERP (contoh: SAP, Oracle).
  • Tujuan: Peserta mampu memetakan alur kerja purchasing secara efisien.

3. Pemilihan dan Manajemen Vendor

  • Materi:
    • Kriteria seleksi vendor/supplier (harga, kualitas, waktu pengiriman, reputasi).
    • Teknik pengelolaan hubungan vendor (Vendor Relationship Management).
    • Evaluasi kinerja vendor (Key Performance Indicators - KPI).
  • Tujuan: Meningkatkan kemampuan memilih dan mengelola vendor secara strategis.

4. Negosiasi dan Strategi Harga

  • Materi:
    • Teknik-teknik negosiasi efektif.
    • Strategi mendapatkan harga terbaik tanpa mengorbankan kualitas.
    • Studi kasus negosiasi kontrak jangka panjang.
  • Tujuan: Mengembangkan keterampilan negosiasi untuk meningkatkan efisiensi biaya.

5. Pengelolaan Risiko dalam Purchasing

  • Materi:
    • Identifikasi risiko dalam pengadaan (keterlambatan, kualitas rendah, harga fluktuatif).
    • Strategi mitigasi risiko.
    • Contingency planning dalam purchasing.
  • Tujuan: Peserta memahami cara mengantisipasi dan mengatasi risiko pengadaan.

6. Etika dan Kepatuhan dalam Purchasing

  • Materi:
    • Prinsip etika dalam pengadaan (transparansi, integritas, anti-korupsi).
    • Kepatuhan terhadap kebijakan internal perusahaan.
    • Regulasi yang relevan (contoh: UU Anti-Korupsi, aturan tender).
  • Tujuan: Menanamkan etika kerja yang sesuai dengan regulasi.

7. Continuous Improvement dan Teknologi

  • Materi:
    • Penerapan Continuous Improvement (kaizen, lean management) dalam purchasing.
    • Pemanfaatan teknologi (E-Procurement, Data Analytics) untuk meningkatkan kinerja purchasing.
  • Tujuan: Mengoptimalkan proses purchasing melalui inovasi dan teknologi.

8. Studi Kasus dan Simulasi

  • Materi:
    • Analisis kasus nyata dalam purchasing.
    • Simulasi negosiasi dan manajemen vendor.
    • Diskusi kelompok tentang pengadaan strategis.
  • Tujuan: Melatih keterampilan praktis dan pengambilan keputusan.

Durasi Pelatihan

  • Hari 1: Pengantar, Proses Purchasing, dan Pemilihan Vendor.
  • Hari 2: Negosiasi, Pengelolaan Risiko, dan Etika.
  • Hari 3: Teknologi, Studi Kasus, dan Evaluasi.

Target Peserta

  • Staff purchasing baru.
  • Supervisor atau manajer yang ingin mengembangkan keterampilan strategis.
  • Karyawan lintas departemen yang berhubungan dengan pengadaan.

Sunday, November 17, 2024

Optimalisasi Layout Gudang

Strategi Cerdas untuk Efisiensi Operasional

Manajemen gudang yang efektif berperan penting dalam mendukung kelancaran rantai pasok. Salah satu kunci keberhasilannya adalah mengoptimalkan layout gudang agar proses penyimpanan, pengambilan, dan distribusi menjadi lebih efisien. 

Berikut ini adalah penjelasan mendalam mengenai beberapa pendekatan utama dalam optimalisasi layout gudang:

1. Zonasi Berdasarkan Frekuensi

Barang yang sering diakses (frekuensi tinggi) memerlukan lokasi yang mudah dijangkau, seperti di dekat pintu masuk atau area picking. Dengan zonasi ini, waktu tempuh untuk pengambilan barang berkurang, sehingga meningkatkan produktivitas staf gudang. Barang yang jarang digunakan (frekuensi rendah) dapat ditempatkan di rak atas atau area belakang tanpa mengganggu alur operasional utama.

Tips Implementasi:

  • Gunakan data historis penjualan atau permintaan untuk menentukan barang mana yang termasuk kategori frekuensi tinggi.
  • Sesuaikan zonasi secara berkala berdasarkan perubahan tren permintaan.

2. Prinsip FIFO dan FEFO

Memilih sistem yang tepat untuk pengelolaan stok memastikan rotasi barang berjalan optimal:

  • FIFO (First In, First Out): Barang yang masuk pertama kali harus keluar terlebih dahulu. Cocok untuk produk yang tidak memiliki batas waktu penggunaan, seperti material mentah atau barang industri.
  • FEFO (First Expired, First Out): Produk yang memiliki batas waktu penggunaan, seperti makanan dan obat-obatan, harus dikeluarkan berdasarkan tanggal kedaluwarsa terdekat.

Keunggulan:

  • Menghindari akumulasi barang usang atau kadaluarsa.
  • Memastikan kepatuhan terhadap standar kualitas produk.

3. Layout Sesuai Jenis Barang

Setiap barang memiliki karakteristik unik yang memengaruhi cara penyimpanannya:

  • Barang berukuran besar: Tempatkan di area khusus dengan ruang yang luas, seperti rak palet.
  • Barang kecil: Gunakan rak dengan partisi untuk menghindari pencampuran.
  • Barang berisiko tinggi: Simpan di area terkunci dengan akses terbatas, seperti produk elektronik atau bahan berbahaya.

Contoh Penerapan:

  • Pisahkan barang yang membutuhkan suhu tertentu dalam gudang bersuhu terkendali.
  • Tempatkan produk berat di rak bawah untuk memudahkan pengangkatan dan mencegah risiko kecelakaan.

4. Manfaat Optimalisasi Layout Gudang

Mengimplementasikan layout yang optimal memberikan banyak keuntungan:

  • Efisiensi Waktu: Proses penyimpanan dan pengambilan barang menjadi lebih cepat.
  • Pengurangan Biaya Operasional: Meminimalkan waktu idle dan meningkatkan produktivitas staf.
  • Peningkatan Kepuasan Pelanggan: Pesanan dapat diproses lebih cepat dan akurat.

Kesimpulan

Optimalisasi layout gudang adalah investasi strategis untuk meningkatkan efisiensi operasional dan daya saing perusahaan. Dengan memanfaatkan zonasi berbasis frekuensi, prinsip FIFO/FEFO, serta layout yang disesuaikan dengan jenis barang, gudang dapat berfungsi sebagai tulang punggung rantai pasok yang efektif. Dengan terus memantau dan menyesuaikan layout sesuai kebutuhan, perusahaan dapat memastikan operasional gudang selalu berjalan optimal di tengah dinamika pasar yang cepat berubah.

Thursday, November 14, 2024

Sales and Operations Planning (S&OP)

Mengintegrasikan Penjualan dan Operasional untuk Efisiensi Bisnis

S&OP (Sales and Operations Planning) adalah proses perencanaan bisnis terpadu yang bertujuan untuk menyelaraskan fungsi penjualan dan operasi. Dengan S&OP, perusahaan dapat menyinkronkan perencanaan penjualan, produksi, inventaris, hingga rantai pasokan agar mencapai efisiensi dan hasil yang optimal.

Tujuan S&OP

S&OP bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara permintaan pasar dan kapasitas operasional. Dengan sinkronisasi ini, perusahaan dapat meminimalkan kelebihan stok, mengurangi biaya produksi, dan memastikan pelanggan mendapatkan produk tepat waktu.

Langkah-langkah dalam Proses S&OP

Proses S&OP umumnya meliputi lima langkah:

  • Perencanaan Demand: Memperkirakan kebutuhan pasar.
  • Perencanaan Supply: Menyiapkan kapasitas produksi.
  • Balancing Supply dan Demand: Menyusun rencana agar produksi sesuai permintaan.
  • Meeting Keputusan: Pertemuan eksekutif untuk menentukan strategi akhir.
  • Eksekusi dan Tinjauan: Pelaksanaan rencana serta evaluasi berkala.

Manfaat S&OP untuk Bisnis

S&OP membantu perusahaan dalam merespons permintaan dengan lebih cepat, mengurangi biaya inventaris, serta meningkatkan kepuasan pelanggan. Selain itu, koordinasi antara tim penjualan, produksi, dan keuangan menciptakan komunikasi yang lebih efektif sehingga perusahaan bisa lebih fleksibel dalam menyesuaikan strategi bisnisnya.

S&OP adalah alat strategis yang penting bagi perusahaan yang ingin memperkuat kolaborasi antar departemen, meningkatkan efisiensi, dan responsif terhadap perubahan pasar. Dengan penerapan S&OP yang baik, perusahaan dapat lebih kompetitif, efisien, dan mampu memenuhi kebutuhan pelanggan secara optimal.

Monday, June 12, 2023

Biaya Logistik RI Masih Tinggi

Sri Mulyani Sebut Biaya Logistik RI Masih Tinggi

Jumat, 09 Jun 2023 21:15 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan biaya logistik di Indonesia, khususnya di Sumatera, masih tinggi. Padahal pembangunan infrastruktur sudah cukup masif. Pemerintah telah mengucurkan banyak dana untuk membangun infrastruktur. Selain itu, Sri Mulyani mengatakan Indonesia juga perlu memperbaiki indeks kinerja logistik atau logistic performance index yang masih kalah saing dari negara ASEAN.

"Kita lihat Sumatera biaya logistiknya masih 20 persen dibandingkan dengan Jawa dan Jakarta yang hanya 12 persen. Ini menggambarkan PR kita memang sangat tinggi dan masih sangat besar," katanya dalam The New SINSW dan Agenda Diskusi: Let's Talk About INSW, Jumat (9/6).

"Kita juga perlu memperbaiki logistik indeks performance dan cost of logistic yang masih kalah kompetitif di ASEAN dan negara emerging yang lain," lanjutnya.

Sebab itu, pemerintah terus berupaya memperbaiki sinergi antar kementerian dan lembaga dalam menyederhanakan pelayanan karena indeks kinerja logistik tergantung dari banyak sekali kementerian dan lembaga yang masing-masing memiliki persyaratan maupun proses yang menimbulkan beban bagi dunia usaha.

Kementerian dan lembaga berupaya menyamakan visi dan memperbaiki regulasi. Kemudian membuat sistem yang akhirnya menjadi Indonesia National Single Window (INSW). Namun proses INSW tidak berjalan mudah.

"INSW mencoba memperbaiki sistem ini dan kerjasama dengan kementerian lembaga agar the system truly single window," katanya.


Sumber :

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20230609171122-532-959912/sri-mulyani-sebut-biaya-logistik-ri-masih-tinggi

Wednesday, January 11, 2023

FOB, CFR, dan CIF

FOB, CFR, dan CIF diambil dari International Commercial Terms yang disingkat Incoterms. Saat ini yang terbaru adalah Incoterms 2018.

FOB secara sederhana diartikan sebagai Harga Barang, CFR adalah harga barang + ongkos kirim sedangkan CIF adalah harga + ongkir + asuransi #eduBC


Sumber :

https://twitter.com/beacukaiRI/status/1044933082808086533?t=aAk5cSXT_L44WwyFcx4FMg&s=08

Sunday, December 25, 2022

Peran Indonesia dalam Global Value Chain

Kamis, 15 November 2018 / 14:23 WIB

Peran Indonesia dalam global value chain

Bagi para pelaku industri transportasi dan logistik, pertemuan tahunan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) bulan lalu menyiratkan gambaran ke mana arah perdagangan global ke depan.

Dari ajang tersebut ada dua hal utama yang harus diantisipasi dari arah perdagangan global. Pertama, perlambatan pertumbuhan ekonomi di regional Asia, khususnya Asia Timur. Hingga tahun 2017, negara Asia berkontribusi paling tinggi dalam pertumbuhan perdagangan global sebesar 8%, ketimbang rata-rata pertumbuhan perdagangan global sebesar 4%. China, Jepang dan India berkontribusi hampir seperlima dari seluruh perdagangan global sampai tahun 2017.

Tapi, data World Development Indicator Bank Dunia menunjukkan region Asia Timur mengalami perlambatan ekonomi, perdagangan dan investasi yang cukup signifikan dalam periode 10 tahun terakhir. Misalnya; sampai dengan 2010, rata-rata pertumbuhan ekonomi di Asia Timur 9,8% per tahun dan menjadi 6,6% di tahun 2017. Arus masuk investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI) menyusut dari 3,8% terhadap PDB pada 2010 menjadi 1,6% terhadap produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2017. Biaya penelitian dan pengembangan (R&D) sebagai salah satu indikator tingkat inovasi, menyusut dari 57% terhadap PDB di tahun 2010 menjadi 47% di tahun 2017.

Walhasil, moderasi pertumbuhan ekonomi terlihat di dua negara dengan perekonomian terbesar di Asia. Pertumbuhan ekonomi China menyusut dari 10,6% di 2010 menjadi 6,7% di 2017. Sementara pertumbuhan ekonomi Jepang melambat dari 4,2% menjadi 1,7% pada periode sama. Dari sisi perdagangan, total impor Jepang menurun dari 20% terhadap PDB di tahun 2013 menjadi 15% di 2016. Sementara proporsi sama di China menurun dari 22% menjadi 18%.

Mengapa statistik ini penting? China dan Jepang adalah negara tujuan ekspor Indonesia pertama dan ketiga. Nilai ekspor Indonesia ke kedua negara tersebut mencapai seperempat dari total ekspor Indonesia. Dengan demikian, kontraksi perekonomian di kedua negara ini dan negara Asia Timur akan berdampak langsung terhadap penurunan pertumbuhan ekspor Indonesia ke depannya.

Kedua, perselisihan perdagangan mungkin akan menjadi hal yang normal (new normal). Perselisihan perdagangan ini tidak hanya terjadi di antara Amerika Serikat (AS) dan China, juga antara AS dengan beberapa negara lain. Seperti Kanada, Meksiko, dan Uni Eropa, negara yang telah menjadi sekutu AS.

Kebijakan ini mengagetkan banyak mitra dagangnya. Pierre Marcovci menggambarkan bagaimana Prancis dan Jerman mulai gerah dengan ketergantungan dunia terhadap dollar AS sebagai anchor currency perdagangan global dan ingin Euro diberlakukan lebih luas di perdagangan Eropa dan mitra.

Sedikit mengkhawatirkan, Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) Roberto Azevedo dalam sesi pertemuan Bank Dunia-IMF tidak memberikan sinyal tegas berapa lama sengketa ini berakhir dan kebijakan yang akan ditempuh. Sehingga sebagai small and open economy, disrupsi perekonomian di global tidak bisa dikontrol Indonesia. Hanya bisa mengantisipasi dengan baik.

Dari sisi domestik, nilai ekspor non migas Indonesia sampai 2017 sekitar US$ 153 juta, sementara sampai Agustus 2018 sekitar US$ 108 juta, 10% lebih tinggi dari periode sama tahun lalu. Produk utama ekspor kita yakni minyak nabati, mesin dan peralatan listrik serta karet dan olahannya. Lima komoditas impor utama kita adalah mesin, alat elektronik, plastik, besi baja dan bahan kimia organik.

Indonesia mengalami defisit neraca transaksi berjalan sejak tahun 2011 sampai saat ini. Bank Dunia memperkirakan defisit ini masih berlanjut sampai 2019 di kisaran 2,3%–2,4% terhadap PDB

Bagaimana karakteristik komoditas ekspor Indonesia? Jika berkaca data OECD, Indonesia salah satu negara dunia yang menikmati nilai tambah domestik terbesar dari setiap US$ 1 barang ekspor.


Cerita kontradiktif

Dari data OECD, setiap US$ 10 nilai ekspor Indonesia, sekitar US$ 8,8 (88%) nilai tambah domestik. Proporsi ini sangat tinggi jika dibandingkan negara lain. Seperti China (71%), India (79%), Malaysia (61%), Thailand (62%), dan Vietnam (63%). Tapi ada cerita kontradiktif, yakni rendahnya peranan Indonesia dalam pembentukan mata rantai nilai tambah global atau global value chain.

Global value chain menurut Hummels et al. (2001) adalah sebuah proses pembentukan nilai tambah atas suatu barang yang melibatkan tiga hal. Yakni proses produksi barang secara bertahap, terdapat dua atau lebih negara memberikan nilai tambah dan terjadi proses ekspor dan impor barang setengah jadi untuk proses produksi selanjutnya. Keterlibatan suatu negara dalam global value chain dapat dideteksi dengan indeks partisipasi.

Indeks partisipasi ini dipecah menjadi dua, yaitu partisipasi mundur (backward participation), menjelaskan kandungan nilai tambah negara lain dalam komoditas ekspor Indonesia. Dan partisipasi maju (forward participation), menggambarkan berapa kandungan nilai tambah Indonesia dalam ekspor suatu negara.

Ternyata, Indonesia memiliki partispasi maju cukup tinggi yang menjelaskan kita banyak mengekspor bahan setengah jadi yang kemudian diproses lebih lanjut di luar negeri. Namun partispasi mundur kita masih sangat rendah. Komoditas ekspor tidak memiliki keterkaitan dengan input negara lain. Contoh, kecilnya ekspor high-tech products kita dibandingkan negara ASEAN. Bank Dunia mendefinisikan sebagai komoditas dengan kandungan R&D tinggi meliputi produk komputer, mesin elektronika dan farmasi. Dan hingga 2016, Indonesia adalah negara dengan high-tech export paling rendah dibandingkan negara ASEAN lain dengan porsi 5,8% dari total ekspor manufaktur.

Coba lihat Filipina yang memiliki global value chain .tinggi. Lantaran jasa manufaktur elektronik (EMS) dan manufaktur semikonduktor (SMS) menyumbang 51% dari pendapatan ekspor negara.

Rendahnya partisipasi Indonesia dalam global value chain. juga berhubungan dengan rendahnya porsi penelitian dan pengembangan (R&D). Data Bank Dunia (2013) menunjukkan gross expenditure on R&D (GERD) per PDB kita cuma 0,8% di bawah Vietnam (0,37%), Thailand (0,44%), Singapura (2%) dan Filipina (0,4%).

Analisa global value chain penting untuk melihat perubahan dan pergeseran pola produksi, keterhubungan antarnegara dan kontribusi dari masing-masing negara dalam proses pembentukan nilai tambah suatu barang dan jasa. Global value chain. juga bisa menggambarkan spesialisasi, kualitas tenaga kerja, serta transfer teknologi.

Antisipasinya, Indonesia harus memiliki visi meningkatkan partisipasi dalam global value chain. Strategi ini juga akan mengurangi risiko terpuruknya neraca transaksi berjalan akibat sensitivitas terlalu tinggi terhadap perubahan harga komoditas dunia. Sesuatu yang terjadi di Indonesia beberapa tahun terakhir.•


Ibrahim Kholilul Rohman

Kepala Riset Ekonomi Samudera Indonesia


Sumber :

https://analisis.kontan.co.id/news/peran-indonesia-dalam-global-value-chain

Related Posts